01 Desember 2022

5 Cara Penularan HIV AIDS Menurut Studi, Bukan Hanya Seks Bebas!

Ada beberapa cara penularan HIV/AIDS yang perlu diwaspadai
5 Cara Penularan HIV AIDS Menurut Studi, Bukan Hanya Seks Bebas!

Seiring perayaan Hari AIDS Sedunia, mari kenali cara penularan HIV AIDS agar Moms lebih waspada.

Jangan sampai lalai dalam melindungi diri dan malah terinfeksi virus yang mematikan ini.

Cara penularan HIV bisa dari berbagai bentuk alias tak hanya dari perilaku seks bebas saja, lho!

Beberapa studi juga membuktikan bahwa penyebab utama penularan HIV AIDS bisa dari kehamilan.

Yuk, simak cara penularan HIV AIDS dan cara mencegahnya, Moms!

Baca Juga: Ini Manfaat Infused Water Lemon, Serta Cara Membuat dan Resepnya!

Mengenal Penyakit HIV AIDS

Penyakit AIDS
Foto: Penyakit AIDS (Pixabay.com)

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sel dalam sistem kekebalan tubuh.

Virus ini akan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

Sementara itu, AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah nama yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah infeksi.

AIDS adalah penyakit yang berpotensi mengancam nyawa, karena sistem kekebalan tubuh telah dirusak parah oleh virus HIV.

Jadi, saat infeksi HIV tidak mendapatkan perawatan yang tepat, seseorang bisa mengembangkan kondisi AIDS.

Meski AIDS tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, tetapi virus HIV dapat dengan mudah menular.

Melansir data dari World Health Organization (WHO), HIV telah merenggut hampir 33 juta nyawa manusia sejauh ini.

Diperkirakan ada 38 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir 2019.

Untungnya, dengan meningkatnya akses kesehatan, infeksi HIV dapat dikelola.

Alhasil, orang yang hidup dengan HIV bisa hidup lebih lama dan sehat, layaknya manusia yang tidak mengidap penyakit tersebut.

Meski begitu, alangkah lebih baik untuk menjalankan hidup sehat supaya terhindar dari penyakit ini.

Mencegah lebih baik daripada mengobati, ya, Moms!

Baca Juga: 11 Jenis Penyakit Kurap atau Tinea yang Disebabkan oleh Infeksi Jamur

Cara Penularan HIV AIDS

Ilustrasi Berhubungan Seksual
Foto: Ilustrasi Berhubungan Seksual (Orami Photo Stocks)

Perlu diwaspadai, cara penularan HIV AIDS umum terjadi pada pengguna narkoba atau hubungan seksual secara bebas.

HIV ditemukan dalam cairan tubuh, seperti darah, air mani, dan cairan pra-mani ('pre-cum'), cairan rektal/lendir anal, cairan vagina, dan ASI.

Untuk bisa tertular HIV, cairan tubuh dari penderita perlu masuk ke dalam darah, melalui:

  • Selaput lendir, misalnya selaput vagina, rektum, atau lubang penis.
  • Melalui alat suntik yang digunakan bersama
  • Melalui luka terbuka atau kulit yang rusak, seperti robekan.

Ada pula beberapa cara penularan HIV AIDS lainnya yang perlu Moms waspadai, yaitu:

1. Berhubungan Seks Tanpa Kondom

Cara penularan HIV AIDS yang paling umum adalah dengan melakukan hubungan seks tanpa kondom.

Faktanya, hubungan seks vaginal dan seks anal tanpa kondom dapat meningkatkan risiko penularan HIV AIDS.

Risiko ini bisa meningkat apabila sering berganti-ganti pasangan seksual.

2. Berbagi Peralatan Suntik

Cara penularan HIV AIDS yang selanjutnya adalah berbagi peralatan suntik.

Moms juga bisa tertular HIV jika berbagi jarum suntik atau peralatan lain yang digunakan untuk mempersiapkan dan menyuntikkan.

Terutama, suntikan yang digunakan oleh pengguna narkoba yang mengidap HIV.

Baca Juga: 4 Cara Menurunkan Tekanan Bola Mata, Latihan Mata hingga Bedah

3. Kehamilan, Persalinan, dan Menyusui

Ilustrasi Menyusui
Foto: Ilustrasi Menyusui (Babycenter.com)

Tahukah Moms kalau kegiatan, seperti persalinan, menyusui, bahkan kehamilan bisa menjadi cara penularan HIV AIDS?

Seorang ibu yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus ke bayi melalui darahnya selama kehamilan dan kelahiran.

Proses menyusui pun menjadi salah satu penyebab penularan HIV AIDS yang jarang disadari.

Menurut dr. Ulul Albab, Sp.OG, ibu pengidap HIV/AIDS yang melahirkan secara normal dapat meningkatkan risiko penularan HIV ke bayi sebanyak 1,5 kali lipat.

Sebab, persalinan normal melibatkan paparan cairan vagina dan darah kepada bayi yang baru lahir.

“Penderita HIV/AIDS sebaiknya melahirkan secara caesar,” saran dokter spesialis kandungan yang praktik di Rumah Sakit Aulia Jakarta itu.

ASI juga menjadi salah satu medium penularan HIV dari ibu ke anak (transmisi vertikal).

Ibu dengan HIV/AIDS tidak boleh menyusui bayinya, karena bisa meningkatkan risiko penularan HIV hingga 3 kali lipat.

4. Transfusi Organ yang Terkontaminasi

Menerima transfusi darah, produk darah, atau transplantasi organ/jaringan dari orang yang terinfeksi juga bisa menjadi cara penularan HIV AIDS.

Namun, risiko ini sangat kecil, karena kebanyakan negara menguji produk darah dan organ untuk HIV terlebih dahulu.

Untungnya, tidak ada cukup virus HIV dalam cairan tubuh lainnya, seperti air liur, keringat atau air seni, untuk menularkannya dari satu orang ke orang lain.

Sehingga, kegiatan berpelukan dan berciuman tak bisa menjadi cara penularan HIV AIDS.

5. Tes atau Donor Darah

Seseorang dengan HIV yang memiliki viral load 'tidak terdeteksi' (yang didapat melalui tes darah) tak bisa menularkan HIV.

Ini berarti, pengobatan yang dilakukannya efektif dalam menurunkan jumlah virus ke tingkat yang tidak dapat dideteksi dengan tes darah normal.

Sementara itu, penderita HIV dengan viral load yang terdeteksi dapat menularkan virus kepada orang lain.

Baca Juga: Herpes Labialis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati

Cara Menghindari Penularan HIV AIDS

Cara Penularan HIV AIDS dan Pencegahannya
Foto: Cara Penularan HIV AIDS dan Pencegahannya

Usai mengetahui cara penularan HIV AIDS, Moms dan Dads sebaiknya memahami cara untuk menghindarinya.

Jangan sampai lengah, sehingga virus tersebut masuk ke dalam tubuh.

Ada beberapa upaya untuk mencegah penularan HIV AIDS yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Rutin Mengonsumsi PrEP

Di beberapa negara, PrEP tersedia sebagai usaha untuk mencegah penularan HIV AIDS.

Ini adalah rangkaian obat HIV yang jika dikonsumsi secara konsisten dapat mencegah infeksi HIV melalui seks.

Perlu diketahui, memulai pengobatan HIV apabila sedang hamil atau menyusui perlu berkonsultasi dulu dengan dokter.

Hal ini guna mengurangi risiko penularan HIV ke bayi selama kehamilan, persalinan, dan menyusui dengan ARV.

Selalu bertanya kepada ahli kesehatan untuk memastikan bahwa produk darah yang Moms terima (transfusi darah, transplantasi organ atau jaringan) telah lolos uji HIV.

2. Hindari Seks Tanpa Kondom

Obat-obatan
Foto: Obat-obatan (Orami Photo Stocks)

Jika mengira telah tertular HIV, Moms mungkin dapat mengakses PEP.

Ini adalah obat ARV yang dikonsumsi selama 4 minggu setelah kemungkinan terpapar HIV untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

Moms harus memulai PEP dalam waktu 72 jam dari kemungkinan paparan, agar obatnya bisa bekerja efektif.

Selain itu, selalu gunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks vaginal, anal, atau oral.

Hindari juga penggunaan jarum suntik, alat suntik, dan peralatan suntik lainnya secara bergantian.

Baca Juga: Tak Perlu Beli Baru, Begini Cara Mengubah TV Analog ke Digital, Mudah dan Hemat!

3. Kontrasepsi untuk Perempuan HIV

Jika seorang perempuan yang positif HIV/AIDS memilih tidak memiliki atau membatasi jumlah anak, ia bisa menggunakan kontrasepsi IUD untuk jangka panjang.

Syaratnya, wanita pengidap AIDS tersebut sedang dalam terapi ARV dan sehat secara klinis.

Untuk mencegah penularan HIV sekaligus mencegah kehamilan, mintalah kepada pasangan agar tetap memakai kondom meski Moms sudah menggunakan IUD.

Jadi, ODHA bisa membangun keluarga dan menjalani hidup normal asalkan menjalani terapi ARV dan tahu cara mencegah penularan HIV/AIDS.

4. Minum Obat ARV saat Kehamilan

HIV pada Ibu Hamil
Foto: HIV pada Ibu Hamil (Womenshealth.gov)

Penularan HIV AIDS dari ibu ke anak bisa dicegah dengan beberapa upaya.

Ibu penderita HIV/AIDS bisa mencegah penularan HIV kepada Si Kecil dengan mengonsumsi obat ARV selama kehamilan, persalinan, dan menyusui.

Jadi, bayi yang lahir dari ayah dan ibu yang positif HIV belum tentu mewarisi penyakit tersebut.

Memang, saat ini belum ada obat atau vaksin yang betul-betul menyembuhkan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Namun, terapi antiretroviral (ARV) dapat memperlambat pertumbuhan virus sehingga harapan hidup ODHA lebih tinggi.

ODHA memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga kuman penyakit bisa dengan mudah menginfeksi.

5. Gaya Hidup Sehat

Bayi baru lahir pun perlu mendapatkan terapi ARV untuk menurunkan risiko penularan HIV.

Ibu hamil sebaiknya melakukan tes HIV guna mendeteksi kondisi kesehatan sejak dini.

Jadi, Moms bisa lebih bijak memutuskan akan melakukan persalinan normal atau caesar, serta memberikan ASI atau susu formula.

Selain itu, ada pula beberapa gaya hidup sehat perlu diterapkan guna mencegah HIV, antara lain:

  • Melakukan olahraga teratur
  • Makan makanan yang sehat
  • Berhenti merokok
  • Lakukan vaksin flu tahunan untuk meminimalkan risiko terkena penyakit serius

Gaya hidup sehat perlu dilakukan secara rutin sebagai usaha mencegah infeksi virus HIV.

Baca Juga: Berapa Lama Masa Infeksi HIV? Simak Penjelasan Berikut Ini!

Pengobatan untuk Pengidap HIV

Olahraga Lari
Foto: Olahraga Lari (Orami Photo Stock)

Jika Moms atau orang terdekat hidup dengan HIV, maka wajib menggunakan pengobatan HIV yang efektif agar viral load bisa terkendali.

Pasalnya, ini akan secara signifikan mengurangi risiko menularkan HIV kepada orang lain.

Jika seseorang positif mengidap HIV, maka ia akan diresepkan obat antiretroviral yang akan digunakan untuk mengobati HIV.

Obat ini bekerja dengan menghentikan replikasi virus di dalam tubuh, sehingga memungkinkan sistem kekebalan untuk memperbaiki diri dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, yang harus diminum setiap hari.

HIV dapat mengembangkan resistansi terhadap satu obat HIV dengan sangat mudah.

Akan tetapi, menggunakan kombinasi obat yang berbeda membuat hal tersebut jauh lebih kecil kemungkinannya.

Sangat penting untuk mengonsumsi kombinasi obat tersebut setiap hari, seperti yang direkomendasikan oleh dokter.

Tujuan pengobatan HIV adalah untuk memiliki viral load tidak terdeteksi.

Artinya, tingkat virus HIV dalam tubuh cukup rendah sehingga risiko penularan juga minim.

Tanpa pengobatan, sistem kekebalan tubuh akan rusak parah sehingga penularan lebih mudah terjadi.

Baca Juga: Ketahui 8 Jenis Penyakit Menular Seksual, Tak Hanya HIV/AIDS!

Setelah tahu faktanya, diharapkan Moms dan Dads bisa lebih waspada terhadap penyakit berbahaya ini.

Jangan lupa juga untuk memberikan edukasi ini kepada Si Kecil, agar ia bisa terhindari dari penyakit HIV/AIDS di masa mendatang!

  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids
  • https://www.hiv.gov/hiv-basics/hiv-prevention/reducing-mother-to-child-risk/preventing-mother-to-child-transmission-of-hiv#:~:text=An%20HIV%2Dpositive%20mother%20can,baby%20and%20protect%20your%20health.
  • https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/hiv-and-women-having-children
  • https://medlineplus.gov/ency/article/007689.htm

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb