25 Februari 2022

Seputar Fenitoin (Obat Kejang): Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya

Harus dikonsumsi sesuai dengan resep dokter, ya!

Fenitoin (Phenytoin) adalah obat yang biasa diresepkan dokter untuk mencegah dan meredakan kejang pada penderita epilepsi.

Obat ini juga terkadang digunakan untuk mengatasi trigeminal neuralgia.

Trigeminal neuralgia adalah rasa nyeri di wajah akibat adanya gangguan pada saraf kelima dari 12 pasang saraf yang berasal dari otak.

Fenitoin tersedia dalam bentuk kapsul dan suntik.

Perlu diketahui, kejang terjadi karena gangguan pada sinyal listrik di dalam otak.

Ini membuat otot-otot tubuh menegang (berkontraksi) dan menyebabkan gerakan yang tidak terkendali.

Nah, Fenitoin bekerja dengan cara mengurangi aktivitas kelistrikan di otak yang berlebih, sehingga kejang bisa mereda.

Baca Juga: Kenali Obat Chlorhexidine: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping

Manfaat dan Kegunaan Fenitoin

Epilepsi.jpg
Foto: Epilepsi.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Manfaat dan kegunaan Fenitoin untuk mengatasi kejang parsial tonik-klonik dan kompleks pada orang dengan epilepsi.

Obat ini dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat antikejang lainnya.

Selain pada kasus epilepsi, obat ini juga digunakan untuk mengobati dan mencegah kejang selama dan setelah operasi otak.

Fenitoin bekerja dengan menghalangi penyebaran aktivitas kejang di otak.

Obat ini membantu menjaga neuron di otak agar tidak terlalu aktif.

Ini mengurangi seberapa sering seseorang mengalami kejang.

Baca Juga: Bayi Kejang, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Dokter juga terkadang meresepkan Fenitoin untuk mengatasi berbagai kondisi lain yang tidak tercantum pada label produk (penggunaan off-label).

Salah satu kondisi yang dapat diatasi dengan Fenitoin dalam penggunaan off-label adalah trigeminal neuralgia.

Namun, menurut studi pada 2017 di Journal of Pain Research, kombinasi dengan Carbamazepine diperlukan.

Selain itu, Fenitoin dapat digunakan secara off-label untuk pencegahan dini kejang yang dapat terjadi setelah cedera otak (kejang pasca trauma).

Pada beberapa kondisi, obat ini dapat diresepkan dokter untuk mengatasi kondisi kejiwaan tertentu, seperti gangguan stres pasca-trauma.

Baca Juga: Penanganan Pertama Epilepsi Anak, Wajib Moms Ketahui!

Dosis dan Cara Penggunaan Fenitoin

aspirin
Foto: aspirin (Orami Photo Stocks)

Foto: Orami Photo Stock

Dosis Fenitoin untuk setiap pasien bisa berbeda-beda, tergantung usia dan kondisi yang dialami.

Karena termasuk obat resep, pastikan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan dosis yang tepat.

Namun, secara umum, dosis Fenitoin berdasarkan kondisi yang diatasi adalah sebagai berikut:

1. Mengatasi Epilepsi

Dewasa:

  • Dosis awal adalah 3–4 mg/kgBB atau 150–300 mg per hari.
  • Dosis selanjutnya adalah 200–500 mg per hari.

Anak-anak:

  • Dosis awal adalah 5 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2 kali minum.
  • Dosis selanjutnya adalah 4–8 mg/kgBB per hari.
  • Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.

Baca juga: Kenali Obat Clopidogrel: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping

2. Mengatasi Kejang Terus-menerus

Dewasa:

  • Dosis awal 10–15 mg/kgBB, diberikan melalui infus (intravena/IV) lambat.
  • Dosis selanjutnya adalah 100 mg, diminum 3–4 kali sehari.

Anak-anak:

Dosis awal 15–20 mg/kgBB, diberikan melalui infus IV dengan kecepatan lambat.

Selama menjalani pengobatan dengan Fenitoin, pastikan untuk mengikuti dosis dan instruksi yang diberikan dokter.

Hindari menambah atau mengurangi dosis Fenitoin tanpa arahan dari dokter.

Fenitoin kapsul dapat diminum bersamaan dengan waktu makan, untuk mencegah nyeri lambung.

Agar manfaatnya maksimal, sebaiknya minum Fenitoin di jam yang sama setiap harinya.

Untuk Fenitoin suntik, penggunaannya hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter.

Risiko Efek Samping Fenitoin

pusing dan vertigo - 2.jpg
Foto: pusing dan vertigo - 2.jpg (pexels)

Foto: Orami Photo Stock

Beberapa efek samping yang umum terjadi saat menjalani pengobatan dengan Fenitoin adalah:

  • Masalah keseimbangan dan berjalan.
  • Bicara cadel.
  • Gerakan mata yang tidak teratur.
  • Kebingungan.
  • Pusing.
  • Sulit tidur.
  • Gugup.
  • Tremor.
  • Sakit kepala.
  • Sakit perut dan muntah.
  • Sembelit.
  • Ruam.

Selain beberapa efek samping umum tersebut, ada efek samping serius yang terjadi saat mengonsumsi Fenitoin.

Salah satunya adalah meningkatkan risiko keinginan bunuh diri.

Segera hubungi dokter jika mengalami efek samping berikut ini setelah mengonsumsi Fenitoin:

  • Depresi, kecemasan, atau lekas marah.
  • Agitasi atau kegelisahan.
  • Serangan panik.
  • Ledakan kemarahan, kekerasan, agresif, atau impulsif.
  • Gejala mania (misalnya, energi ekstrem atau berbicara terlalu cepat).
  • Perubahan perilaku atau suasana hati yang tidak biasa.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Mudah memar atau berdarah.
  • Muncul ruam atau bintik ungu atau merah pada kulit.
  • Menguningnya kulit atau mata (jaundice).
  • Nyeri di sisi kanan perut.
  • Pusing atau merasa ingin pingsan.
  • Nyeri dada.
  • Detak jantung lambat atau tidak teratur.

Orang dengan gen tertentu (HLA-B*1502) memiliki peluang lebih besar untuk mengalami reaksi kulit parah terhadap Fenitoin.

Hal ini diungkapkan dalam studi pada 2018 di jurnal Clinical Pharmacology & Therapeutics.

Baca Juga: Amfetamin, Obat Golongan Psikotropika yang Bantu Atasi ADHD

Selain efek samping umum dan parah, ada juga efek jangka panjang dari penggunaan Fenitoin.

Jika Fenitoin dikonsumsi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terutama pada dosis tinggi, risiko efek sampingnya adalah:

  • Pertumbuhan berlebih pada gusi (hiperplasia gingiva).
  • Rambut berlebihan di tubuh atau wajah.
  • Jerawat.

Selain itu, mengonsumsi Fenitoin dalam waktu lama membuat seseorang berisiko mengalami pelunakan tulang (osteomalacia) dan pelemahan tulang (osteoporosis).

Kondisi ini menyebabkan nyeri tulang, melemahnya otot, dan patah tulang (fraktur).

Untuk mengantisipasi efek samping ini, dokter biasanya juga memeriksa kadar vitamin D atau melakukan tes kepadatan mineral tulang secara berkala.

  • https://doi.org/10.2147/JPR.S141896
  • https://doi.org/10.1002/cpt.1190
  • https://www.verywellhealth.com/dilantin-phenytoin-oral-5210458
  • https://www.healthline.com/health/drugs/phenytoin-oral-capsule
  • https://www.mims.com/indonesia/drug/info/phenytoin?mtype=generic

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.