17 Februari 2022

Amfetamin, Obat Golongan Psikotropika yang Bantu Atasi ADHD

Salah satunya untuk atasi ADHD
Amfetamin, Obat Golongan Psikotropika yang Bantu Atasi ADHD

Amfetamin adalah obat psikostimulan, artinya dapat mempercepat pesan yang berjalan antara otak dan tubuh.

Obat ini masuk ke dalam psikotropika golongan II sehingga harus atas resep dokter.

Oleh karena itu, ketahui beragam informasi seputar amfetamin yuk, Moms!

Manfaat Amfetamin

Amfetamin adalah stimulan sistem saraf pusat yang memengaruhi bahan kimia di otak dan saraf yang berperan pada kontrol impuls serta hiperaktivitas.

Obat ini mengaktifkan reseptor di otak dan meningkatkan aktivitas sejumlah neurotransmitter, terutama norepinefrin dan dopamin.

Dopamin dikaitkan dengan kesenangan, gerakan, dan perhatian.

Berikut ini fungsi amfetamin yang bisa dipahami, yaitu:

Mengobati ADHD

amfetamin
Foto: amfetamin

Foto: Orami Photo Stock

Amfetamin biasanya digunakan untuk mengobati attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

ADHD ditandai dengan hiperaktif, lekas marah, suasana hati yang tidak stabil, sulit menaruh perhatian pada satu hal, dan perilaku impulsif.

Kondisi ini sering muncul pada anak-anak, tetapi dapat berlanjut hingga dewasa.

Amfetamin membalikkan beberapa gejala ini dan terbukti meningkatkan perkembangan otak serta pertumbuhan saraf pada anak-anak dengan ADHD.

Pengobatan jangka panjang dengan obat berbasis amfetamin pada anak bisa mencegah perubahan yang tidak diinginkan pada fungsi dan struktur otak.

Baca Juga: Bio Nerve, Obat Alami Asal Malaysia yang Diklaim Bermanfaat untuk Tubuh

Mengatasi Narkolepsi

Narkolepsi adalah kondisi saat seseorang mengalami rasa kantuk yang hebat di siang hari dan terjadi secara berlebihan.

Ini adalah episode tidur yang tidak tertahankan atau disebut serangan tidur.

Emosi yang kuat memicu hilangnya tonus otot secara tiba-tiba atau katapleksi.

Kondisi ini menyebabkan seseorang seperti pingsan dan tiba-tiba jatuh.

Seseorang bisa tidur tiba-tiba bahkan ketika sedang berkegiatan sekali pun misalnya menyetir.

Oleh karenanya, kondisi ini sangat membahayakan dan perlu diobati.

Amfetamin dan turunan amfetamin telah digunakan di masa lalu untuk mengobati narkolepsi.

Namun, karena kekhawatiran akan efek sampingnya, amfetamin semakin banyak digantikan oleh modafinil, obat yang meningkatkan kesadaran.

Depresi

Sejak tahun 1930-an, amfetamin digunakan untuk mengobati gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan skizofrenia.

Namun, pada 1950-an dan 1960-an, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang efek sampingnya, obat ini digantikan oleh antidepresan yang baru tersedia.

Pada kasus yang jarang terjadi, amfetamin digunakan bersama antidepresan standar untuk mengobati beberapa jenis depresi yang tidak merespon pengobatan lain, terutama pada orang yang juga mengalami kelelahan dan apatis.

Dalam jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience, penelitian yang diikuti 65 pasien yang memakai amfetamin, terdapat peningkatan khususnya yang berhubungan dengan energi, suasana hati, dan aktivitas psikomotor.

Ketika meminum atau disuntikkan amfetamin, dalam waktu 30 menit efeknya biasanya sudah bisa terlihat.

Mulai dari rasa bahagia, percaya diri, merasa enerjik, dan lebih banyak bicara.

Baca Juga: Jus Nanas untuk Obat Batuk, Ini Resepnya!

Aturan Pakai dan Dosis Amfetamin

Amfetajin biasanya tidak disetujui untuk digunakan pada anak-anak di bawah usia 3 tahun, kecuali atas rekomendasi dokter.

Obat ini memiliki bentuk bubuk dan tablet, hingga kristal dan kapsul.

Biasanya dikemas dalam aluminium foil, kantong plastik, atau balon kecil.

Bubuk amfetamin biasanya berwarna putih atau cokelat.

Baunya kuat dan rasanya pahit.

Namun, kapsul dan tablet sangat bervariasi dalam berbagai ukuran dan warna.

Sebaiknya minum amfetamin seperti yang ditentukan oleh dokter.

Ikuti petunjuk pada label resep dan seperti yang direkomendasikan dokter.

Simpan obat di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak.

Moms bisa meminumnya dengan atau tanpa makanan.

Jika melewatkan dosis, jangan minum dobel terlebih jika sudah mendekati waktu minum selanjutnya.

Baca Juga: Fenofibrate, Tablet dan Kapsul untuk Bantu Turunkan Kolesterol

Efek Samping Obat

efek samping obat.jpg
Foto: efek samping obat.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Seperti obat-obatan lainnya, amfetamin dapat memicu beberapa efek samping saat dikonsumsi.

Namun, efek samping ini bisa berbeda pada tiap orangnya, ini didasarkan pada:

  • Berat badan
  • Kondisi kesehatan
  • Obat lain yang diminum pada waktu bersamaan
  • Dosis yang diberikan

Melansir dari laman Alcohol & Drug Foudation, ada beberapa efek samping yang biasanya muncul, yaitu:

  • Pupil besar dan mulut kering
  • Nafsu makan berkurang
  • Detak jantung dan pernapasan yang cepat
  • Menggemeretakkan gigi
  • Sulit tidur
  • Sakit saat buang air kecil
  • Suasana hati mudah berubah
  • Gangguan seksual
  • Sakit kepala atau pusing

Menghirup amfetamin juga dapat merusak saluran hidung dan menyebabkan mimisan.

Jika menyuntikkan obat dengan cara yang salah, Moms mengalami beberapa risiko, seperti:

Adapun, Moms juga perlu mengetahui tanda-tanda overdosis obat yang mungkin muncul, yaitu:

  • Detak jantung cepat dan tidak beraturan
  • Sulit bernapas
  • Menggigil dengan atau tanpa demam
  • Tidak bisa kencing
  • Kejang-kejang
  • Stroke
  • Serangan jantung
  • Kematian

Segera pergi ke dokter jika beragam gejala ini muncul ya, Moms!

Peringatan sebelum Minum Obat

amfetamin
Foto: amfetamin

Foto: Orami Photo Stock

Moms tidak disarankan menggunakan amfetamin jika memiliki alergi terhadap obat stimulan apa pun.

Atau jika Moms telah menggunakan inhibitor MAO dalam 14 hari terakhir, seperti isocarboxazid, linezolid, injeksi metilen biru, phenelzine, atau tranylcypromine.

Tak hanya itu, Moms tidak diperkenankan menggunakan amfetamin jika memiliki masalah kesehatan seperti:

  • Nyeri dada atau masalah pernapasan yang disebabkan oleh penyakit jantung.
  • Pengerasan arteri.
  • Tekanan darah tinggi sedang hingga berat.
  • Tiroid yang terlalu aktif.
  • Riwayat penyalahgunaan narkoba.
  • Jika mengalami rasa gelisah.
  • Masalah pada jantung.
  • Riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau kematian mendadak.
  • Diberikan pada anak usia di bawah 3 tahun.

Baca Juga: Carbamazepine (Obat Epilepsi): Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya

Tak hanya itu, Moms juga harus memberi tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat opioid, produk herbal, obat untuk depresi, penyakit mental, migrain, Parkinson, hingga obat untuk mencegah mual dan muntah.

Interaksi dengan amfetamin menyebabkan kondisi serius yang disebut sindrom serotonin.

Ini adalah kondisi ketika kadar serotonin terlalu banyak.

Akibatnya, beragam gejala muncul mulai dari kebingungan, kejang otot, hingga halusinasi.

Moms juga tidak diperkenankan menggunakan amfetamin saat hamil karena bisa menyebabkan kelahiran prematur atau berat bayi lahir rendah (BBLR).

Baca Juga: Perlukah Anak Menggunakan Obat Kumur?

Oleh karena itu, beri tahu dokter jika sedang hamil atau berencana hamil agar dokter bisa menggantinya dengan jenis obat lain.

Apabila Moms tengah menyusui, amfetamin juga menjadi obat yang biasanya tidak diresepkan.

Ini karena dapat masuk ke dalam ASI dan membahayakan.

Semoga ini menjadi informasi yang berguna, ya!

  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/221211
  • https://www.drugs.com/amphetamine.html#:~:text=Amphetamine%20is%20a%20central%20nervous,treat%20ADHD%20and%20also%20narcolepsy.
  • https://adf.org.au/drug-facts/amphetamines/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181580/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb