Mengenal Gangguan Tidur Narkolepsi, Salah Satu Tandanya Sering Mengantuk Berlebihan di Siang Hari
Mungkin tidak sedikit dari kita mengalami jenis gangguan tidur yang disebut insomnia. Namun ternyata, gangguan tidur tidak hanya sebatas itu saja, ada juga yang disebut dengan narkolepsi.
Jika insomnia membuat penderitanya tidak bisa tidur di malam hari.
Gangguan tidur ini menyebabkan kantuk yang berlebihan di siang hari dan berbagai ancaman kesehatan serius.
Untuk itu, yuk kita kenali lebih jauh gangguan tidur narkolepsi ini.
Apa Itu Narkolepsi?
Foto: ilustrasi susah tidur (Orami Photo Stock)
Narkolepsi adalah kelainan saraf otak pusat kronis yang memengaruhi kontrol tidur dan kesadaran manusia.
Menurut para ahli, ini menyebabkan tidur malam yang tidak beraturan dan kantuk yang berlebihan di siang hari.
Dalam siklus tidur yang normal, seseorang akan memasuki tahapan awal tidur.
Kemudian diikuti proses tidur yang lebih dalam selama 90 menit atau disebut sebagai Rapid Eye Movement (REM).
Bagi mereka yang memiliki narkolepsi, tidur REM terjadi dalam waktu 15 menit dan akan selalu terjaga setiap beberapa menit sekali.
"Dalam tidur REM itulah mimpi dan kelumpuhan otot terjadi," jelas Dr. Deborah Weatherspoon dari Walden University seperti dikutip dari laman Medical News Today.
Adapun melansir Sleep Foundation, ini sering juga dianggap hypersomnia. Tingkat keparahan bisa dimulai dari ringgan hingga berat.
Dalam kasus yang parah, gangguan tidur ini bisa berdampak negatif pada aktivitas sehari-hari.
Bayangkan saja, seseorang dengan gangguan tidur ini dapat tertidur kapan saja. Bahkan saat berbicara ataupun mengemudi.
Baca Juga: Ketahui 5 Jenis Gangguan Tidur yang Berbahaya Bagi Balita
Jenis-jenis Narkolepsi
Foto: orang tidur di kasur (Orami Photo Stock)
Ternyata, gangguan tidur kronis ini dibedakan dari jenis-jenisnya. Ada 3 jenis narkolepsi yang umum terjadi, yakni:
1. Tipe 1
Tipe 1 adalah narkolepsi yang paling umum dialami. Ini termasuk gejala yang disebut cataplexy, atau hilangnya fungsi otot secara tiba-tiba.
Orang dengan tipe ini memiliki gejala kantuk yang ekstrem dan kelemahan otot di siang hari.
Hal ini karena rendahnya kadar protein yang disebut hypocretin atau orexin.
Mereka yang mengalami tipe 1 merasakan kelemahan otot yang tiba-tiba di wajah, leher, dan lutut.
2. Tipe 2
Menurut para ahli, hypersomnia tipe 2 ini tidak mengalami pelemahan otot.
Biasanya, orang dengan narkolepsi tipe 2 memiliki kadar hipokretin yang normal
Namub, lebih memicu rasa kantuk di siang hari yang berlebihan.
Tak jarang, hal ini berisiko bahaya bagi si penderita. Seperti halnya kecelakaan hebat saat tertidur ketika menyetir atau melakukan pekerjaan.
3. Narkolepsi Sekunder
Ini dapat terjadi akibat cedera pada hipotalamus, yakni bagian fungsi otak yang terlibat dalam tidur.
Narkolepsi sekunder juga dapat disebabkan oleh tumor otak, multiple sclerosis, atau peradangan otak yang disebut ensefalitis.
Segera periksakan ke dokter apabila mengalami gejala seperti di atas ya, Moms.
Baca Juga: 11 Penyebab Timbul Flek Cokelat Saat Hamil Muda Hingga Trimester Ketiga
Gejala dan Ciri-Ciri Narkolepsi
Foto: orang tertidur di meja (Orami Photo Stock)
Perlu diketahui, gejala dari narkolepsi cenderung muncul pada usia remaja atau awal dewasa muda di tahun 20-30an.
Baik pria dan perempuan sama-sama rentan terkena gangguan tidur ini. Gejala utama narkolepsi adalah mengantuk berlebihan di siang hari (EDS).
Selain itu, ada juga beberapa gejala tambahan lainnya, berikut daftarnya:
1. Halusinasi Sensorik
Gejala pertama yang bisa dirasakan yakni merasakan haluasinasi tidak biasa.
Jenis halusinasi ini biasanya terasa cukup nyata. Biasanya, halusinasi ini bersangkutan dengan sensorik yang 'mendadak lepas' dan terjadi saat tertidur.
Ini bisa disebabkan oleh kesadaran saat tidur yang cukup mengganggu.
Untuk kasus yang parah, dapat memicu gangguan tidur yang kronis dan trauma pada penderita.
2. Kelemahan Otot
Foto: sakit leher (Orami Photo Stock)
Disebut juga sebagai cataplexy, ini adalah gejala lain dari narkolepsi. Ini merupakan kelemahan otot yang terjadi tiba-tiba di wajah, leher, dan lutut.
Menurut para ahli, sebagian orang merasakan ini hanya dengan gejala ringan, seperti sakit kepala atau rahang yang menurun (jaw drop).
Namun, adapun yang merasakan bahwa otot menjadi lumpuh dan tidak sanggup bergerak.
Kelemahan otot ini seringkali dipicu oleh emosional yang kuat, seperti kaget, tertawa, atau saat sedang marah.
Untuk gejala ringan, ini bisa berlangsung 2 menit atau kurang dari itu.
3. Kelumpuhan Tidur atau Sleep Paralysis
Gejala satu ini juga tak kalah penting untuk diketahui.
Ini adalah ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat tertidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa menit.
Setelah kelumpuhan berakhir, penderita narkolepsi biasanya dengan cepat akan kembali untuk bergerak dan berbicara.
Hypersomnia ini bisa terjadi secara tiba-tiba atau mendadak.
Seseorang mungkin tertidur sebentar, tetapi terus melakukan aktivitas sebelumnya, seperti mengemudi tanpa sadar. Sangat berbahaya sekali, bukan?
Baca Juga: Ini 5 Gangguan yang Membuat Si Kecil Susah Tidur Nyenyak
4. Kantuk yang Berlebihan di Siang Hari
Foto: ilustrasi orang susah tidur (Orami Photo Stock)
Nah, menurut para ahli, ini menjadi gejala yang sering didapati pada orang dengan narkolepsi.
Ini adalah perasaan mengantuk yang datang terus-menerus sehingga mengarah pada kecenderungan untuk tertidur sepanjang hari.
Dikenal juga sebagai serangan tidur, Moms. Hal tersebut dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti:
- Gangguan otak
- Konsentrasi yang buruk
- Penurunan energi
- Penurunan daya ingat memori
- Kelelahan
- Kecemasan dan depresi
Sering kali rasa kantuk berlebihan ini terjadi pada waktu yang tidak tepat. Misalnya saat di ruang kelas ataupun di depan layar komputer.
Penyebab Narkolepsi
Foto: orang tidur (Orami Photo Stock)
Hingga saat ini, penyebab pasti narkolepsi atau gangguan tidur hypersomnia ini tidak diketahui.
Namun, ada berbagai faktor yang menjadi pemicu seseorang menderita hal ini.
Berikut faktor-faktor tersebut:
1. Penyakit Autoimun
Menurut Cleveland Clinic, gangguan tidur yang kronis ini dipicu dari penyakit autoimun yang diderita.
Biasanya, penyakit autoimun sifatnya genetik atau diturunkan.
Menurut para ahli, ini mengarah pada kekurangan zat hypocretin atau orexin, senyawa kimia yang dibutuhkan otak untuk tetap terjaga.
Sejumlah orang dengan narkolepsi tipe 1, memiliki kadar hormon yang rendah. Tapi tidak bagi mereka yang memiliki gangguan tidur ini tipe 2.
Akibatnya, orang-orang dengan narkolepsi mengalami kantuk yang berlebihan di siang hari dan masalah tidur di malam hari.
2. Genetik Keluarga
Selain itu, faktor riwayat keluarga juga salah satu acuan seseorang bisa mengalami hypersomnia.
"Penyabab narkolepsi bisa juga terjadi karena adanya disposisi genetik, artinya ini adalah gangguan tidur yang memang turun menurun dalam keluarga," kata Dr. Weatherspoon.
Jika orang tua pernah mengalami kondisi serupa, anaknya pun bisa mengalaminya.
Apakah Moms salah satunya?
3. Cedera Otak
Pada sejumlah orang yang menderita narkolepsi, ini bisa dipicu karena adanya cedera otak.
Cedera ini bisa dipicu dari trauma atau kecelakaan, tumor otak, serta penyakit tertentu.
Menurut para ahli, cedera otak dengan gejala ringan dapat memengaruhi sel-sel otak sementara waktu.
Sementara itu, gejala cedera otak yang lebih serius dapat mengakibatkan memar, jaringan robek, pendarahan, dan kerusakan fisik lainnya pada otak.
Cedera ini dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang atau bahkan kematian.
Baca Juga: Kenali 6 Penyebab Gangguan Tidur Saat Hamil dan Cara Mengatasinya
Komplikasi bagi Kesehatan
Karena ini merupakan gangguan tidur yang cukup serius, terdapat sejumlah ancaman bagi kesehatan.
Berikut ancaman serius yang perlu diketahui dalam narkolepsi:
1. Gangguan Jantung
Foto: ilustrasi sakit jantung (Orami Photo Stock)
Berdasarkan studi yang dilakukan American Heart Association, tekanan darah akan turun secara alami saat tidur. Nah, beda halnya ketika mereka mengalami narkolepsi.
Menurut para ahli, mereka dengan gangguan tidur ini memiliki hormon protein yang sedikit.
Sering kali, ini dikaitkan dengan risiko penyakit seperti diabetes dan depresi. Secara tidak langsung, kondisi ini berkaitan erat dengan penyakit jantung.
Tak hanya itu, kualitas tidur yang tidak baik saat malam hari juga meningkatkan terkena serangan jantung.
Karenanya, penting untuk menjaga pola tidur yang baik ya, Moms.
2. Risiko Obesitas
Mereka dengan narkolepsi lebih cenderung akan memiliki berat badan yang berlebih.
Kenaikan berat badan mungkin dipicu karena metabolisme tubuh yang rendah.
Sejumlah ahli juga menilai bahwa kurang tidur secara nyata dapat meningkatkan rasa lapar.
Sehingga hal ini membuat mereka yang begadang akan lebih banyak menyemil di malam hari tanpa ada batas waktu.
3. Kecelakaan atau Cedera
Hypersomnia dapat mengakibatkan kerusakan fisik yang cukup parah dalam hitungan detik.
Bagaimana jika mengalami rasa kantuk berlebihan saat mengemudi di siang hari? Tentunya akan meningkatkan risiko kecelakaan dan cedera hebat.
Segeralah menepi dan beristirahat apabila merasakan kantuk di sela-sela menyetir.
Jangan pernah memaksakan diri dan ketahui batasan diri kita.
Baca Juga: 9 Manfaat Berkebun yang Berguna untuk Kesehatan Fisik dan Mental
Pengobatan Narkolepsi
Foto: tidur (Orami Photo Stock)
Sayangnya, tidak ada cara khusus untuk mengatasi narkolepsi. Namun, obat-obatan mungkin dapat membantu mengelola gejalanya.
Berikut beberapa upaya dalam perawatan atau pengobatan narkolepsi:
1. Obat-obatan
Nah, obat-obatan stimulan biasanya dapat mengobati kantuk berlebih akibat narkolepsi.
Rasa kantuk yang berlebihan bisa diobati dengan stimulan seperti amphetamine, seperti dexamphetamine, methylphenidate, atau modafinil.
Stimulan beda halnya dengan obat antidepresan. Obat antidepresan biasanya untuk mengatasi gejala seperti cataplexy dan tidur REM yang abnormal.
Untuk tingkat kemanjuran, obat ini terbilang cukup tinggi.
Adapun efek samping dari obat-obatan tersebut termasuk:
- Lekas marah atau rasa cemas
- Susah tidur
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Mulut kering
- Sembelit
- Penglihatan kabur
Pastikan mendapat konsultasi dari dokter untuk mengonsumsi obat-obatan di atas ya, Moms.
2. Konseling atau Terapi
Foto: ilustrasi terapi (Orami Photo Stock)
Terlepas itu, pengobatan narkolepsi perlu dibarengi dengan terapi khusus.
Biasanya konseling atau terapi ini untuk membentuk perilaku manusia menjadi lebih baik.
Konseling bisa didapatkan melalui jaringan pendidikan dan support group.
Dengan perpaduan pengobatan medis dan psikis, bukan tidak mungkin penderita narkolepsi bisa menjalani hidup dengan normal dan produktif.
Baca Juga: 7 Efek Samping Daun Jambu Biji untuk Wajah, Atasi Jerawat dan Flek Hitam
3. Jadwal Tidur Teratur
Yuk, atasi hypersomnia dengan menyusun jadwal tidur lebih teratur.
Tidur dan bangun di waktu yang tepat dapat mengubah kebiasaan buruk dari begadang dan sulit tidur.
Hindari kurang tidur yang disengaja, seperti begadang di akhir pekan.
Ini bisa didukung dari membuat suasana kamar menjadi lebih tenang. Misalnya, tidur dalam keadaan gelap dan mematikan semua benda elektronik.
Moms, masalah tidur ini memang kerap dianggap sepele, tapi nyatanya dampaknya besar ya.
Jika Moms mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter ya.
- https://www.sleepfoundation.org/hypersomnia
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/155244
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/12147-narcolepsy
- https://www.heart.org/en/health-topics/sleep-disorders/narcolepsy-and-heart-health
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.