Hipotensi Ortostatik: Ketahui Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Tekanan darah rendah atau hipotensi dibagi menjadi beberapa jenis. Salah satunya hipotensi ortostatik.
Menurut penelitian di jurnal American Family Physician, hipotensi ortostatik adalah kondisi terjadinya penurunan tekanan darah sistolik 20 mm Hg atau penurunan tekanan darah diastolik 10 mm Hg dalam waktu 3 menit berdiri jika dibandingkan dengan tekanan darah dari posisi duduk atau terlentang.
Ketika tekanan darah Moms rendah saat berdiri dari duduk atau berbaring, hipotensi ortostatik dapat menyebabkan pusing atau bahkan pingsan.
Yuk Moms, kenali lebih jauh mengenai hipotensi ortostatik berikut ini.
Baca Juga: Waspadai Penyebab Anak Alami Hipotensi atau Darah Rendah
Gejala Hipotensi Ortostatik
Foto: Orami Photo Stock
Jenis tekanan darah rendah yang disebut juga dengan hipotensi postural ini memiliki beberapa gejala umum, seperti:
- Pusing
- Sakit kepala ringan
- Penglihatan kabur
- Lemas
- Mual
- Jantung berdebar
Selain gejala umum, Moms juga mungkin akan merasakan beberapa tanda khas hipotensi ortostatik lainnya, yakni:
- Sinkop atau pingsan
- Dispnea atau sesak napas
- Nyeri dada, leher, dan bahu
Penyebab Hipotensi Ortostatik
Foto: Orami Photo Stock
Dikutip dari Mayo Clinic, gravitasi menyebabkan darah menggenang di kaki dan perut Moms saat berdiri.
Hal inilah yang bisa menurunkan tekanan darah hingga di batas bawah normal karena ada lebih sedikit darah yang beredar kembali ke jantung.
Biasanya, sel-sel khusus (baroreseptor) di dekat arteri jantung dan leher akan merasakan tekanan darah yang lebih rendah ini.
Baroreseptor mengirim sinyal ke pusat di otak, yang memberi sinyal jantung berdetak lebih cepat dan memompa lebih banyak darah sehingga menstabilkan tekanan darah.
Sel-sel ini juga mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
Namun, bisa saja ada hal yang mengganggu proses alami tubuh untuk melawan tekanan darah rendah dan terjadilah hipotensi ortostatik.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, di antaranya:
1. Dehidrasi
Salah satu penyebab hipotensi postural adalah dehidrasi.
Demam, muntah, tidak minum cukup cairan, diare parah, atau olahraga berat dengan banyak berkeringat dapat menyebabkan dehidrasi yang menurunkan volume darah.
Dehidrasi ringan ini pun dapat menyebabkan gejala hipotensi ortostatik, mulai dari kelemahan, pusing, hingga kelelahan.
Baca Juga: Seringkali Dianggap Sama, Ini Perbedaan Darah Rendah dan Kurang Darah
2. Masalah Jantung
Adanya masalah pada jantung juga bisa menyebabkan hipotensi ortostatik.
Beberapa kondisi jantung yang dapat menyebabkan tekanan darah rendah, yakni detak jantung yang sangat rendah (bradikardia), masalah katup jantung, serangan jantung, dan gagal jantung.
Masalah pada jantung ini dapat mencegah tubuh Moms merespon cukup cepat untuk memompa lebih banyak darah saat berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
3. Masalah Endokrin
Kondisi tiroid, insufisiensi adrenal (penyakit Addison), dan gula darah rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.
Selain itu, penyakit diabetes juga dapat merusak saraf yang membantu mengirim sinyal untuk mengatur tekanan darah.
Baca Juga: Batasi Konsumsi 7 Makanan Tinggi Natrium Ini untuk Menjaga Tekanan Darah
4. Gangguan Sistem Saraf
Hipotensi ortostatik juga bisa disebabkan beberapa gangguan sistem saraf, seperti:
- Penyakit Parkinson
- Atrofi sistem ganda
- Demensia tubuh Lewy
- Kegagalan otonom murni
- Amiloidosis
Gangguan saraf tersebut dapat mengganggu sistem pengaturan tekanan darah normal pada tubuh Moms.
Diagnosis Hipotensi Ortostatik
Foto: Orami Photo Stock
Lantas, bagaimana cara untuk mendiagnosis hipotensi ortostatik? Tentu saja, dokter akan memeriksa tekanan darah Moms saat duduk, berbaring, dan berdiri.
Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan lain dengan beberapa tes, seperti:
1. Tes darah:
Untuk memeriksa kondisi diabetes dan anemia.
2. Ekokardiogram (echo): untuk memeriksa kerja pemompaan jantung.
3. Elektrokardiogram (EKG): untuk menguji perubahan irama jantung.
4. Latihan tes stres: untuk mengukur detak jantung selama aktivitas fisik
5. Perangkat EKG portabel (monitor Holter): untuk mengukur irama jantung
6. Tes meja miring: untuk mengukur tekanan darah, detak jantung, dan irama jantung dengan aman saat Moms berbaring di atas meja yang bergerak dari horizontal ke vertikal
Komplikasi Hipotensi Ortostatik
Tekanan darah rendah, seperti hipotensi postural juga bisa menyebabkan komplikasi.
Apabila Moms telah didiagnosis mengidap kondisi ini, maka Moms akan berisiko lebih tinggi untuk mengalami:
- Patah tulang atau gegar otak karena jatuh saat merasa pusing atau pingsan.
- Hipotensi postprandial, tekanan darah rendah 30 menit sampai 2 jam setelah makan (terutama makanan tinggi karbohidrat).
- Syok atau kegagalan organ jika tekanan darah tetap terlalu rendah
- Stroke atau penyakit jantung yang disebabkan oleh fluktuasi tekanan darah
Oleh sebab itu, jangan sepelekan darah rendah yang Moms alami.
Segera lakukan konsultasi dengan dokter setelah merasakan gejala untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Baca Juga: Tekanan Darah Normal Ibu Hamil, Ini Penjelasan dan Cara Menjaganya
Cara Mengatasi Hipotensi Ortostatik
Foto: Orami Photo Stock
Bagi Moms yang menderita hipotensi postural, biasanya dokter akan memberikan beberapa pilihan pengobatan untuk membantu tekanan darah mencapai batas normal.
Cara mengatasi hipotensi ortostatik ini umumnya dengan melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Berikut ini cara untuk mengatasinya:
1. Pola Hidup Sehat
Langkah pertama dan paling penting yang bisa Moms lakukan untuk mengatasi hipotensi ortostatik adalah menjalani hidup sehat.
Misalnya, memperbanyak minum air putih, konsumsi makanan bergizi yang dapat menambah darah, menghindari konsumsi alkohol, dan menghindari panas berlebih.
Dokter mungkin akan menyarankan Moms untuk menghindari konsumsi garam berlebih.
Karena makanan tinggi garam dapat menyebabkan tekanan darah meningkat melampaui tingkat yang sehat, sehingga menciptakan risiko kesehatan baru.
Apabila tekanan darah Moms turun setelah makan, dokter juga mungkin akan merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan dalam porsi kecil dan rendah karbohidrat.
2. Konsumsi Suplemen
Mengonsumsi suplemen juga dapat membantu Moms dalam mendapatkan tekanan darah normal.
Baik anemia maupun defisiensi vitamin B12 dapat memengaruhi aliran darah dan memperburuk gejala hipotensi ortostatik.
Oleh sebab itu, konsumsi suplemen zat besi dan vitamin mungkin dapat membantu Moms jika tubuh kekurangan darah.
Baca Juga: 12 Sayuran Penambah Darah, Cocok untuk Penderita Anemia
3. Stoking Kompresi
Cara lain yang bisa Moms lakukan untuk mengatasi hipotensi ortostatik adalah mengenakan stoking kompresi setinggi pinggang.
Stoking kompresi dapat membantu Moms dalam mengurangi pengumpulan darah di kaki dan mengurangi gejalanya.
Moms dapat mengenakan stoking kompresi ini di siang hari dan lepaslah kapan pun ketika hendak berbaring atau tidur.
4. Perhatikan Postur
Untuk mencegah hipotensi postural, Moms juga perlu memerhatikan postur tubuh ketika beraktivitas.
Regangkan dan tekuk otot betis sebelum duduk. Apabila Moms mengalami gejala hipotensi, remas bagian paha, otot perut, dan bokong untuk meredakannya.
Selain itu, hindari membungkuk dengan menekuk pinggang. Jika Moms menjatuhkan sesuatu ke lantai, jongkoklah dengan lutut saat hendak meraihnya agar saat bangun kepala tidak pusing.
Dengan demikian, Moms tidak akan mengalami tekanan darah rendah ketika berdiri.
Moms juga dapat mengurangi pusing dan sakit kepala ringan yang terjadi akibat hipotensi ortostatik dengan bergerak perlahan dari posisi berbaring ke posisi berdiri.
Ketika bangun dari tempat tidur, duduklah di tepi tempat tidur Moms selama 1 menit sebelum berdiri untuk mencegah pusing atau lemas akibat tekanan darah rendah.
5. Obat-obatan
Pada beberapa kasus, dokter juga mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk mengatasi hipotensi ortostatik.
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi ini, yakni midodrine dan droxidopa.
Sama seperti obat-obatan lain, kedua obat tekanan darah tersebut memiliki efek samping.
Efek samping midodrine dapat mencakup retensi urin, kesemutan atau kulit kepala gatal, dan merinding.
Sementara efek samping droxidopa dapat berupa mual, sakit kepala, dan nyeri kandung kemih.
Ketika dokter meresepkan obat tersebut, sebaiknya Moms menghindari berbaring telentang selama 4 jam setelah meminumnya untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi saat berbaring.
Setelah mengetahui informasi seputar hipotensi postural ini, pastikan Moms selalu jaga gaya hidup yang sehat, ya! Agar tekanan darah Moms stabil dan tidak mengalami kondisi ini.
- https://www.aafp.org/afp/2011/0901/p527.html
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/orthostatic-hypotension/symptoms-causes/syc-20352548#:~:text=Orthostatic%20hypotension%20%E2%80%94%20also%20called%20postural,even%20cause%20you%20to%20faint.
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9385-low-blood-pressure-orthostatic-hypotension
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.