
Banyak orang menganggap bahwa menggigit kuku adalah hal yang biasa. Padahal, kebiasaan tersebut bisa menyebabkan paronikia atau infeksi kuku.
Paronikia juga dikenal sebagai cantengan. Kondisi ini tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pasalnya, dalam beberapa kasus infeksi ini menimbulkan rasa nyeri, bengkak, serta kemerahan pada area yang terkena.
Bahkan jika sudah parah, paronikia bisa muncul benjolan berisi nanah.
Agar terhindar dari kondisi ini, yuk ketahui lebih lanjut paronikia!
Baca Juga: 6 Cara Membuat Cairan Disinfektan dari Produk Rumah Tangga, Apa Saja?
Foto: paronychia (istockphoto.com)
Foto: istockphoto.com
Menurut American Academy of Family Physicians, paronikia atau infeksi kuku adalah jenis infeksi kulit yang terjadi di sekitar kuku tangan dan kaki.
Penyakit kuku ini dapat terjadi akibat adanya infeksi, jamur, bakteri atau virus tertentu.
Saat kulit yang berada di sekitar kuku rusak, kuman dapat dengan mudah masuk dan menginfeksi area tersebut.
Penyakit paronikia dapat diobati dan disembuhkan.
Namun, jika dibiarkan penyakit ini bisa membuat kutikel kuku menjadi rusak.
Dalam jangka panjang, kuku menjadi tebal, keras, berubah bentuk, dan bahkan terpisah dari kulit.
Baca Juga: Bukan Hanya Handphone, Ini Benda Paling Banyak Kuman yang Perlu Moms Ketahui
Foto: 4 Fakta Infeksi Kuku Pada Anak, Cari Tahu Disini 2.jpg (Orami Photo Stocks)
Foto: familydoctor.org
Melansir American Family Physician, gejala paronikia biasanya muncul selama beberapa jam atau hari.
Terkadang penyakit kuku ini membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang.
Gejala muncul di tempat pertemuan kuku dengan kulit (lipatan kuku dan kutikula). Sisi kuku juga bisa terpengaruh.
Gejala paronikia meliputi:
Pada beberapa kasus abses berisi nanah berwarna putih hingga kuning dapat terbentuk.
Jika abses terbentuk, mungkin diperlukan antibiotik atau drainase.
Jika tidak diobati, kuku dapat mulai tumbuh tidak normal dan mungkin memiliki tonjolan atau gelombang.
Mungkin terlihat kuning atau hijau dan bisa kering maupu rapuh.
Foto: penyebab paronikia
Foto: Orami Photo Stock
Penyakit paronikia umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan ragi yang disebut Candida, tetapi dapat juga berupa kombinasi keduanya.
Namun, ada beberapa penyebab penyakit kuku ini tergantung dari jenisnya, yaitu:
Umumnya, infeksi akut yang terjadi di sekitar kuku akan berkembang dengan cepat.
Jenis paronikia ini berawal dari kerusakan kulit yang disebabkan oleh menggigit kuku, mencabut kutikula (kulit) kuku, manikur, atau cedera lainnya.
Bakteri yang menjadi penyebab infeksi jenis akut ini umumnya adalah Staphylococcus dan Enterococcus.
Berbeda dengan infeksi akut, melansir Indian Journal of Dermatology, paronikia kronis terjadi akibat dermatitis iritan akibat paparan bahan kimia, seperti asam dan alkali.
Oleh sebab itu, jenis infeksi ini lebih banyak dialami oleh ART, bartender, hingga perenang.
Bakteri penyebab infeksinya pun berbeda, yaitu Candida albicans.
Hal ini yang membuat orang-orang yang sering terpapar air lebih rentan terhadap masalah kuku ini.
Jika pelindung kuku rusak dan sering terpapar terhadap bahan kimia yang ada pembersih, tentu dapat menimbulkan infeksi kronis.
Benjolan di sekitar kuku ini berkembang lebih lambat dan berisiko muncul kembali di lain waktu
Baca Juga: Manfaat Obat Cilostazol untuk Mengatasi Nyeri dan Kram pada Kaki
Umumnya, paronikia lebih sering menyerang wanita dewasa dan orang-orang yang mengidap diabetes.
Namun, ada beberapa kondisi yang menjadi faktor risiko terkena paronikia:
Deterjen dan bahan kimia lainnya dapat mengiritasi kulit dan menyebabkan infeksi dasar kuku.
Orang yang bekerja dengan bahan kimia dan tidak memakai sarung tangan pelindung memiliki risiko lebih tinggi.
Menggigit atau mengorek kutikula dapat membuat retakan kecil pada kuku atau luka di kulit. Bakteri dapat memasuki kulit melalui luka kecil ini.
Orang yang memiliki kondisi kulit yang mendasarinya mungkin lebih mungkin mengalami infeksi kuku.
Bartender, pencuci piring, dan orang lain dengan pekerjaan yang mengharuskan tangan mereka basah memiliki risiko lebih tinggi terkena paronikia.
Pada pasien anak, infeksi kuku paling sering dipicu oleh kebiasaan mengemut jari atau menggigit kuku.
Selain itu, resiko infeksi kuku juga bisa meningkat karena menggunting kuku terlalu pendek, menarik kulit di pinggiran kuku, atau trauma karena tertusuk benda.
Baca Juga: Membantu Promil, Ini Prosedur Akupuntur untuk Kesuburan
Foto: periksa kuku (psychologytoday.com)
Foto: psychologytoday.com
Ketika terkena paronikia, dokter biasanya akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk melihat lebih detail infeksi yang terjadi di area kuku.
Langkah tersebut umumnya cukup untuk mendiagnosis paronikia.
Namun, pada beberapa kasus, dokter juga akan mengambil sampel nanah di area yang terinfeksi.
Kemudian memeriksakannya di laboraturium untuk mengetahui penyebab sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang tepat.
Baca Juga: Agar Tidak Boros, Ajari Nilai Uang Pada Anak dengan 7 Cara Ini
Foto: Obat .jpg
Foto: Orami Photo Stock
Pengobatan dilakukan untuk meredakan keluhan dan mencegah kekambuhan di kemudian hari.
Pada kasus ringan, paronikia dapat ditangani secara mandiri. Dengan cara:
Namun, jika paronikia tidak kunjung sembuh dan muncul abses, dokter akan melakukan beberapa tindakan, seperti:
Untuk mengatasi penyebab paronikia, obat-obatan yang dapat diresepkan dokter antara lain:
Jika abses paronikia sudah terbentuk dan bengkak, perlu melakukan operasi untuk membuang nanah.
Sebelum dokter bedah melakukan operasi, jari pasien akan dibius terlebih dahulu.
Setelah bius diberikan, dokter akan membuat irisan pada abses agar nanah bisa dibuang.
Pada kondisi kuku yang sedikit tumbuh ke dalam (cantengan), dokter bisa mengangkat sebagian atau seluruh kuku tersebut.
Baca Juga: Begini Moms, Cara Menghadapi Suami Pendiam dan Tertutup dengan Masalahnya!
Foto: potong kuku paronikia
Foto: Orami Photo Stock
Untuk mencegah paronikia, Moms bisa melakukan cara berikut ini:
Baca Juga: Cek! 5 Kondisi Kuku yang Menunjukkan Ada Penyakit di Tubuh
Itu dia Moms penjelasan mengenai paronikia. Jika Moms mengalami gejala di atas, segera berkonsultasi dengan dokter ya!
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.