
Scroll untuk melanjutkan membaca
Tahukah Moms fungsi dari obat cilostazol? Obat ini seringkali diresepkan oleh dokter sebagai obat untuk mengatasi nyeri pada kaki yang pada sebagian besar kasus disebabkan oleh gangguan peredaran darah seperti penyakit arteri perifer.
Arteri perifer adalah tersumbatnya aliran akibat penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini dapat sangat mengganggu aktivitas setiap harinya.
Maka dari itu, diagnosis dini serta mendapatkan pengobatan secepat mungkin dapat mempercepat proses penyembuhannya.
Sebelum melakukan pengobatan, penting untuk mengenali informasi terkait obat tersebut.
Untuk itu, simak ulasan berikut tentang obat cilostazol ini, Moms!
Baca Juga: Kenali Obat Methylergometrine: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Foto: drugs.com
Cilostazol Merupakan obat antiplatelet (mencegah penggumpalan darah) dan vasodilator (melebarkan pembuluh darah).
Umumnya obat ini digunakan untuk mengatasi gejala-gejala gangguan aliran darah tertentu di kaki.
Gangguan ini biasa disebut dengan klaudikasio intermiten, yaitu suatu kondisi nyeri akibat sirkulasi darah tidak lancar.
Kondisi klaudikasio dapat memicu rasa nyeri dan kram di kaki yang disebabkan karena terlalu sedikit oksigen yang masuk ke otot. Biasanya ini terjadi saat sedang berolahraga atau berjalan-jalan.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Canadian Journal of Cardiology, cilostazol telah diuji klinis dapat menurunkan klaudikasio dan dapat meningkatkan kemampuan berjalan dengan lebih baik pada penderita arteri perifer.
Foto: Unsplash.com
Untuk penggunaan obat ini, ikuti semua petunjuk dan panduan pengobatan sesuai resep yang diberikan dokter.
Cilostazol biasanya diminum 2 kali sehari dengan perut kosong pada waktu sekitar 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Obat ini diminum pada waktu yang sama setiap harinya.
Metode pengobatan mungkin akan memerlukan waktu hingga 12 minggu sebelum gejala membaik.
Sampai saat itu, tetap gunakan obat sesuai petunjuk. Beri tahu dokter jika gejala tidak membaik setelah 3 bulan pengobatan.
Baca Juga: Amfetamin, Obat Golongan Psikotropika yang Bantu Atasi ADHD
Foto: Orami Photo Stock
Ketika mendapatkan resep obat ini dari dokter, artinya dokter telah menilai bahwa manfaat obat ini lebih besar dalam mengatasi masalah yang dialami dibandingkan dengan risiko efek sampingnya.
Umumnya penggunaan obat ini tidak menimbulkan efek samping tingkat serius.
Namun, tidak menutup kemungkinan beberapa efek samping obat cilostazol di bawah ini dapat terjadi.
Selanjutnya ada beberapa efek samping serius yang harus sesegera mungkin mendapatkan perawatan medis.
Segera hubungi dokter jika Moms atau Dads mengalami ini:
Baca Juga: 7 Cara Menghitung Dosis Obat untuk Anak, Perlu Diperhatikan, Nih Moms!
Foto: Unsplash.com
Adanya interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat dan bahkan meningkatkan risiko efek samping yang serius.
Saat akan melakukan pengobatan dengan cilostazol, catat semua daftar produk yang telah digunakan.
Termasuk obat dokter, hingga produk pengobatan herbal. Lalu, berikan pada dokter atau apoteker guna menghindari adanya interaksi obat.
Perlu untuk diingat bahwa jangan memulai, menghentikan, atau mengubah dosis obat apa pun tanpa persetujuan dari dokter.
Adapun beberapa jenis obat yang dapat memicu interaksi ringan obat cilostazol, antara lain:
Moms yang menderita gagal jantung tidak dianjurkan untuk mengonsumsi obat cilostazol, sebab hal tersebut dapat memperburuk kondisi yang dialami.
Beberapa kondisi lainnya yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini, meliputi:
Selain itu, Moms yang sedang hamil atau merencanakan hamil, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter, meskipun belum diketahui apakah obat ini akan berbahaya bagi janin.
Sebagai tambahan, jangan mengonsumsi obat ini bila Moms sedang dalam masa menyusui.
Baca Juga: Kenali Obat Antibiotik Cefotaxime: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Foto: Unsplash.com
Simpan obat ini di dalam wadah yang tertutup rapat. Penting untuk menjauhkan semua obat dari jangkauan anak-anak.
Sebaiknya simpan obat ini pada suhu kamar dan jauhkan dari sinar matahari, serta kelembapan berlebih.
Jika obat sudah tidak digunakan, jangan langsung membuangnya secara sembarangan guna mencegah orang lain atau hewan untuk mengonsumsinya.
Baca Juga: Begini Cara Pertolongan Pertama pada Overdosis, Wajib Tahu!
Foto: Orami Photo Stock
Overdosis obat ini dapat menimbulkan gejala-gejala berupa:
Hal yang perlu segera mungkin dilakukan saat mengalami overdosis obat ini adalah mengunjungi rumah sakit guna mendapatkan perawatan yang efektif.
Foto: Unsplash.com
Jika Moms lupa atau melewatkan satu dosis, segera mengonsumsi obat sesuai dosis tersebut saat Moms telah mengingatnya.
Namun, jika Moms baru mengingatnya pada waktu yang mendekati pengambilan dosis berikutnya, lewati dosis yang terlewat tersebut dan lanjutkan jadwal pengambilan dosis obat sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Perlu diperhatikan agar jangan sampai mengnsumsi dosis ganda untuk menebus dosis yang telah terlewat tersebut.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.