04 Mei 2023

Skrotum, Sistem Reproduksi Pria yang Melindungi Testis

Kenali juga risiko penyalkit kelamin pada pria
Skrotum, Sistem Reproduksi Pria yang Melindungi Testis

Foto: Orami Photo Stock

Sistem reproduksi pria berbeda dengan wanita. Pada laki-laki, ada organ bernama skrotum, testis, saluran uretra, penis, dan vas deferens.

Fungsi dari reproduksi pria adalah untuk memelihara dan mengangkut sel sperma, serta memproduksi hormon seks.

Salah satu bagian dari sistem reproduksi pria yang kesehatannya harus dijaga adalah skrotum.

Yuk, cari tahu fungsi skrotum bagi pria, dan deretan penyakit yang bisa menyerang organ penting ini!

Baca Juga: Kenali Fungsi Testis pada Pria dan Tips Menjaga Kesehatannya

Fungsi Skrotum pada Reproduksi Pria

Skrotum dan Fungsinya
Foto: Skrotum dan Fungsinya (Freepik.com)

Sistem reproduksi pria terdiri dari bagian internal (di dalam tubuh) dan eksternal (di luar tubuh).

Organ-organ inilah yang membantu tubuh dalam buang air kecil serta berhubungan seksual.

Salah satu bagian dari sistem reproduksi pria yang juga memegang peranan penting adalah skrotum.

Berikut ini beberapa fungsi skrotum yang penting diketahui:

1. Menahan dan Melindungi Testis

Mengutip Johns Hopkins Medicine, skrotum merupakan kantong kulit yang menggantung di belakang penis.

Fungsinya yakni menahan dan membantu melindungi dua testis. Testis sendiri fungsinya yakni memproduksi sperma.

2. Mengatur Suhu Testis

Untuk suhu testis sendiri biasanya lebih dingin daripada bagian dalam tubuh. Inilah mengapa skrotum terletak di luar tubuh.

Skrotum memiliki banyak saraf dan pembuluh darah, serta sebagai pengatur suhu testis.

Otot khusus di dinding skrotum dapat berkontraksi (mengencangkan) dan mengendur, serta menggerakkan testis lebih dekat ke tubuh untuk mendapatkan suhu yang stabil.

3. Memengaruhi Fungsi Seksual

Biasanya yang memicu skrotum kontraksi antara lain rangsangan seksual, suhu dingin, serta aktivitas olahraga.

Suhu skrotum yang relatif dingin dianggap penting untuk produksi sperma yang layak.

Dinding skrotum adalah lapisan kulit tipis yang dilapisi dengan jaringan otot polos (dartos fascia).

Kulit di sini mengandung lebih banyak pigmen dibandingkan daerah sekitarnya dan memiliki banyak kelenjar sebaceous (penghasil minyak) dan kelenjar keringat.

Selain sperma, testis juga menghasilkan hormon pria yang disebut androgen.

Androgen mengontrol bagaimana sistem reproduksi pria tumbuh, dan berperan dalam masa pubertas laki-laki, yakni muncul jenggot dan pita suara yang berubah.

Testosteron adalah bentuk androgen pada skrotum yang paling umum. Ini bertanggung jawab untuk pertumbuhan alat kelamin pria dan produksi sperma.

Melansir Live Sciences, testis pada pria sehat dapat menghasilkan sekitar 6 miligram testosteron setiap hari. Namun, ini tidak selalu terjadi.

"Testis menghasilkan rata-rata 200.000 sperma per menit," kata Dr. Philip Werthman, seorang ahli urologi dan direktur Pusat Pengobatan Reproduksi Pria dan Pembalikan Vasektomi di Los Angeles, California.

Namun, seiring bertambahnya usia pria dan memasuki usia 30-an, jumlah testosteron yang diproduksi testis mulai menurun dan terus menurun.

4. Respon Terhadap Rangsangan Seksual

Skrotum dapat merespons rangsangan seksual dengan mengencang dan berkontraksi. Hal ini berperan dalam respon seksual pria, termasuk selama ereksi dan ejakulasi.

Baca Juga: 4 Ciri-Ciri Sperma yang Baik dan Sehat, Pria Wajib Tahu!

Risiko Penyakit Kelamin pada Pria

Ada beberapa jenis masalah kesehatan yang umum terjadi pada skrotum.

Apabila terjadi, fungsi skrotum dalam menunjang seksualitas pria bisa terganggu.

Berikut adalah beberapa kelainan dan penyakit yang bisa terjadi pada skrotum:

1. Epididimitis

Sperma Menembus Sel Telur
Foto: Sperma Menembus Sel Telur (Wikipedia.org)

Risiko penyakit yang pertama, yakni epididimitis.

Melansir Science Direct, epididimitis adalah peradangan atau infeksi pada epididimis. Ini adalah saluran panjang yang berada di sepanjang testis.

Epididimitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual, cedera, efek samping vasektomi, dan masalah lainnya.

Gejala epididimitis termasuk nyeri (dari ringan hingga berat), pembengkakan testis atau skrotum, mual dan muntah, serta demam.

2. Hidrokel

Hidrokel adalah penumpukan cairan di sekitar testis, dan salah satu risiko penyakit yang berkaitan dengan skrotum.

Ini dapat mempengaruhi satu atau kedua testis, yang dapat menyebabkan pembengkakan di area skrotum dan selangkangan.

Hidrokel biasanya tidak menyakitkan atau berbahaya, dan mungkin tidak memerlukan perawatan. Namun, setiap pembengkakan di skrotum harus ditangani oleh dokter.

Mengutip Mayo Clinic, sesekali, hidrokel dapat menyebabkan gejala selain pembengkakan, nyeri ringan, nyeri tekan, atau kemerahan pada skrotum.

Hidrokel paling sering terjadi pada bayi yang memiliki bukaan di antara perut dan skrotum.

Namun, ketika pria mengalami hidrokel, biasanya disebabkan oleh cedera, peradangan, infeksi pada testis, atau epididimis.

Baca Juga: 22 Cara Seks Tahan Lama Secara Alami untuk Pria, Wajib Tahu!


3. Varikokel

Kondisi Varikokel
Foto: Kondisi Varikokel (Medicine.net)

Dalam Urology Health, varikokel adalah vena yang membesar atau melebar di area skrotum.

Biasanya kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak berbahaya.

Namun, hal ini dapat menyebabkan produksi sperma yang rendah dan kualitas sperma yang menurun. Sehingga memicu kemandulan pada pria.

Terkadang, varikokel bisa menimbulkan gejala, seperti nyeri dan bengkak.

Meskipun sebagian besar varikokel tidak perlu diobati, beberapa perlu perawatan dengan pembedahan.

4. Nyeri Testis

Kondisi nyeri testis dan skrotum dapat menyebabkan sakit di sekitar kelamin pria.

Dalam Emedicine Health, hal ini bisa disebabkan karena batu ginjal, infeksi, dan hernia inguinalis.

Ini juga dapat menyebabkan nyeri yang dapat dirasakan di dalam atau di sekitar testis dan skrotum.

Apabila Dads mengalami nyeri testis yang tiba-tiba, segera ke rumah sakit untuk mencegah torsio testis.

5. Orkitis

Skrotum Membengkak
Foto: Skrotum Membengkak (Clevelandclinic.com)

Orkitis adalah peradangan pada salah satu atau kedua testis.

Sering kali, ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Gondongan adalah penyebab umum orkitis.

Infeksi menular seksual, seperti gonore dan klamidia, keduanya dapat menyebabkan orkitis sehingga timbul rasa nyeri pada area skrotum.

Tanda dan gejala orkitis termasuk nyeri testis, skrotum serta nyeri tekan dan infertilitas.

Umumnya, kondisi dari orkitis ini dapat diobati dengan pengobatan rumahan.

Baca Juga: Sperma Encer Apakah Sulit Punya Anak? Ini Kata Dokter!

6. Spermatokel

Dalam Cleveland Clinic, spermatokel atau dikenal sebagai kista pada sperma, adalah resiko penyakit berupa kista yang berisi cairan dan terbentuk di epididimis.

Kista kecil biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.

Kista yang besar dapat menyebabkan rasa sakit atau rasa berat pada testis, skrotum yang terkena dan bengkak di atas dan di belakang testis.

Jika Dads memiliki spermatokel yang besar dan mengalami nyeri atau gejala lain, pembedahan dapat menjadi pilihan.

7. Torsio Testis

Nyeri Testis
Foto: Nyeri Testis (Fertilizare.com.br)

Risiko penyakit terkait skrotum lainnya adalah torsio testis.

Ini terjadi ketika testis berubah arah di dalam skrotum, memutus suplai darah.

Gejala torsio testis meliputi nyeri dan pembengkakan pada skrotum, dan gejala ini harus segera memerlukan penanganan dokter.

Meski begitu, torsio testis jarang terjadi, dan biasanya diperbaiki melalui orchiopexy.

Baca Juga: Sperma Tumpah Setelah Berhubungan Intim, Apakah Bisa Hamil?

Menopause pada Pria

Masa Subur Pria
Foto: Masa Subur Pria (Freepik.com)

Menopause adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan akhir dari fungsi normal menstruasi wanita.

Pada wanita, hal ini ditandai dengan adanya perubahan produksi hormon.

Salah satu perubahan terbesar bagi seorang wanita setelah menopause adalah dia tidak dapat lagi memiliki anak.

Mengutip Cleveland Clinic, testis, tidak seperti ovarium, ia kehilangan kemampuan untuk produksi hormon.

Jika seorang pria sehat, ia mungkin dapat menghasilkan sperma hingga usia 80-an atau lebih.

Di sisi lain, perubahan pada fungsi testis dapat terjadi pada usia 45 hingga 50 tahun, atau setelah usia 70 tahun.

Bagi banyak pria, produksi hormon mungkin tetap normal hingga usia tua, sementara yang lain mungkin mengalami penurunan produksi hormon sebelumnya.

Ini terkadang bisa disebabkan oleh penyakit, seperti diabetes dan penyakit kronis lainnya.

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait penurunan fungsi testis berkontribusi pada gejala seperti kelelahan, kelemahan, serta depresi.

Baca Juga: Mengenal Air Mani Wanita, Cairan Ejakulasi saat Orgasme

Nah, itulah fungsi skrotum dan risiko penyakit kelamin yang mungkin terjadi.

Mulai saat ini, jika ada keluhan nyeri pada area skrotum, jangan tunda untuk segera berobat ke dokter, ya, Dads!

  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/overview-of-the-male-anatomy#:~:text=Scrotum.,the%20inside%20of%20the%20body.
  • https://www.livescience.com/58838-testicle-facts.html
  • https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/epididymis
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hydrocele/symptoms-causes/syc-20363969
  • https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/v/varicoceles
  • https://www.emedicinehealth.com/testicular_pain/article_em.htm
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17492-spermatocele
  • https://my.clevelandclinic.org/health/articles/9117-male-reproductive-system

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb