29 Juni 2022

Mengenal Hipogonadisme, Gangguan Hormon pada Pria Dan Wanita

Yuk, cari tahu seperti apa gejala hipogonadisme!
Mengenal Hipogonadisme, Gangguan Hormon pada Pria Dan Wanita

Hipogonadisme menjadi salah satu masalah kesuburan yang sering tidak disadari.

Bila Dads dan Moms sedang menjalani program untuk memiliki keturunan, tentu saja hipogonadisme menjadi hal utama yang perlu diperhatikan.

Adanya kelainan sperma tentu bisa saja membuat impian Dads dan Moms memiliki buah hati perlu usaha ekstra.

Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai hipogonadisme berikut ini!

Baca Juga: Begini Cara Menanam Porang, dari Penyiapan Lahan, Pembibitan, hingga Perawatannya

Apa Itu Hipogonadisme?

masalah kesuburan
Foto: masalah kesuburan

Foto Ilustrasi Hipogonadisme (Orami Photo Stock)

Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp.PD-KEMD, FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik, & Diabetes, RS Pondok Indah – Pondok Indah menjelaskan, hipogonadisme adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan gangguan fungsi kelenjar gonad.

Kelenjar gonad pada pria berupa testis, sedangkan pada wanita adalah ovarium.

Kelenjar ini berperan menghasilkan hormon reproduksi atau hormon seks.

Hormon ini berguna untuk mengendalikan karakteristik seks sekunder.

Contohnya, perkembangan testis, payudara, rambut kemaluan, siklus menstruasi, dan produksi sperma.

Kelenjar testis pada pria berfungsi memproduksi testosteron, yakni hormon reproduksi pria yang utama.

Karena itu, hipogonadisme pada pria muncul akibat kadar hormon testosteron yang rendah.

Sementara kelenjar ovarium pada wanita bertugas menghasilkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron.

Melansir Frontiers in Endocrinology, hipogonadisme pada wanita terjadi karena kadar hormon estrogen dan progesteron yang rendah.

Kondisi ini dapat terjadi karena bawaan lahir, tapi bisa juga dialami oleh seseorang yang terkena infeksi atau cedera saat dewasa.

Jika hal ini terjadi sejak lahir, perkembangan organ reproduksi anak laki-laki atau perempuan akan terhambat saat ia memasuki masa pubertas.

Sedangkan bila hipogonadisme baru terjadi saat dewasa, maka Dads dan Moms perlu waspada karena ini dapat menurunkan libido hingga memicu masalah kesuburan.

Jika melihat kepada fungsi kelenjar gonad yang antara lain menghasilkan testosteron dan estrogen (keduanya disebut hormon seks), hipogonadisme dimasukkan ke dalam gangguan hormon seksual.

Baca Juga: 10 Bahan Herbal untuk Obat Sakit Perut Alami, Coba Minum Air Jahe atau Teh Chamomile

Jenis Hipogonadisme

Mengenal Hipogonadisme yang Dapat Mengganggu Kesuburan Pria 01.jpg
Foto: Mengenal Hipogonadisme yang Dapat Mengganggu Kesuburan Pria 01.jpg (medicinenet.com)

Foto Ilustrasi Hipogonadisme (medicinenet.com)

Prof. Dr. dr. Imam Subekti, mengatakan ada dua tipe atau jenis hipogonadisme

"Pengelompokan hipogonadisme menjadi primer dan sekunder ini didasarkan pada letak kelainan yang menyebabkan kelainan fungsi kelenjar gonad." jelasnya.

1. Hipogonadisme Primer

Penderita hipogonadisme primer adalah gangguan pada kelenjar gonad, sehingga produksi hormon reproduksi akan berkurang.

Otak penderita memang masih mengirimkan sinyal untuk menghasilkan hormon.

Tetapi kelenjar gonad tidak mampu menghasilkan hormon.

" Hipogonadisme primer artinya kelainan terletak di kelenjar testis atau ovarium." ucap Prof. Dr. dr. Imam Subekti.

2. Hipogonadisme Sekunder (Sentral)

Pada hipogonadisme sekunder adalah kelainan terletak di level struktur di atasnya (kelenjar hipofisis atau hipotalamus) yang menyebabkan stimulasi ke kelenjar gonad berkurang.

Akibatnya produksi hormon seks menjadi berkurang

Jenis sekunder umumnya bawaan dari lahir dan sering kali baru terdeteksi pada masa remaja saat pria tersebut telat melalui pubertas.

Baca Juga: Bolehkah Ibu Hamil Makan Rambutan? Simak Penjelasannya!

Gejala Hipogonadisme

masalah kesuburan
Foto: masalah kesuburan (istockphoto)

Foto Ilustrasi Hipogonadisme (Orami Photo Stock)

Selain memastikan siklus menstruasi dan produksi sperma berjalan dengan baik, hormon seks juga membantu mengendalikan pertumbuhan fisik pria dan wanita.

Pada pria, hormon seks ini membantu menjaga massa otot, massa tulang, dan menumbuhkan bulu tubuh.

Sementara pada wanita, hormon seks membantu mengembangkan jaringan payudara saat memasuki masa pubertas.

Namun, jika hormon seks diproduksi sangat sedikit atau bahkan tidak dihasilkan sama sekali, hal ini akan memunculkan tanda dan gejala kondisi ini.

Pada dasarnya, gejala hipogonadisme pada pria dan wanita tidak jauh berbeda.

Pada pria, tanda dan gejala hipogonadisme adalah:

  • Bulu tubuh hanya sedikit atau bahkan tidak tumbuh
  • Berkurangnya massa otot
  • Dada membesar seperti payudara (ginekomastia)
  • Gangguan pertumbuhan penis dan testis
  • Disfungsi ereksi
  • Osteoporosis
  • Penurunan gairah seksual
  • Masalah kesuburan
  • Hot flashes atau merasa kepanasan
  • Sulit konsentrasi

Sedangkan pada wanita, tanda dan gejala hipogonadisme adalah:

  • Gangguan menstruasi hingga menyebabkan menopause
  • Pertumbuhan payudara terhambat
  • Hot flashes atau merasa kepanasan
  • Penurunan gairah seksual
  • Keluarnya cairan mirip susu dari payudara

Baca Juga: 10 Review Botol Susu Favorit Si Kecil oleh Moms Orami, Bagus Mana?

Penyebab Hipogonadisme

Hipogonadisme
Foto: Hipogonadisme

Foto Ilustrasi Hipogonadisme (Orami Photo Stock)

Penyebab dari masalah kesuburan ini berbeda tergantung jenisnya, yaitu primer dan sekunder.

Penyebab dari hipogonadisme primer meliputi:

  • kelainan genetik, seperti sindrom Turner dan Klinefelter
  • penyakit autoimun, seperti hipoparatioidisme
  • penyakit hati dan ginjal
  • infeksi berat
  • testis yang tidak turun
  • hemokromatosis (terlalu banyak zat besi pada tubuh)
  • radiasi
  • operasi pada organ seksual

Penyebab dari hipogonadisme sekunder meliputi:

  • kelainan genetik, seperti sindrom Kallmann, di mana hipotalamus tidak berkembang secara normal
  • gangguan kelenjar pituitari
  • penyakit peradangan seperti tuberkulosis
  • infeksi seperti HIV/AIDS
  • penggunaan obat steroid dan opiat jangka panjang
  • kecelakaan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus
  • terdapat tumor dekat kelenjar pituitari
  • operasi otak
  • obesitas
  • penurunan berat badan yang cepat
  • defisiensi nutrisi
  • radiasi

Baca Juga: Waspada Moms, Inilah Penyebab dan Cara Mencegah Sakit Mata

Diagnosis Hipogonadisme

tes darah
Foto: tes darah

Foto Ilustrasi Hipogonadisme (Orami Photo Stock)

Awalnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan perkembangan seksual seseorang berada pada tingkat yang sesuai dengan usianya.

Dokter mungkin akan memeriksa massa otot, rambut di tubuh, dan organ seksual.

Jika pasien diduga mengalami masalah kesuburan ini, dokter terlebih dahulu akan memeriksa kadar hormon seks.

Selain itu, berikut beberapa tes tambahan untuk memastikan diagnosis hipogonadisme:

1. Tes Darah

Tes darah untuk memeriksa kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).

Kelenjar pituitari membuat hormon-hormon reproduksi ini.

Dokter mungkin melakukan tes darah untuk membantu memastikan diagnosis dan mengesampingkan penyebab yang mendasari.

2. Tes Hormon

Tes untuk mengetahui kadar estrogen pada perempuan dan kadar testosteron pada pria.

Tes ini biasanya dilakukan di pagi hari ketika kadar hormon berada tingkat tertinggi.

3. Tes Jumlah Sperma

Dokter juga dapat melakukan analisis sperma pada pria untuk memeriksa jumlah sperma.

Pemeriksaan terhadap sperma untuk memastikan tidak ada sperma dalam air mani juga harus dilakukan oleh seorang pria yang menjalani vasektomi.

Dalam vasektomi, tabung yang mengirim sperma dari testikel ke penis dipotong dan disegel sebagai bentuk permanen dari pengendalian kelahiran.

Dokter sering merekomendasikan untuk melakukan analisis sperma satu kali tiap bulan dalam rentang waktu tiga bulan bagi pria setelah vasektomi.

Hal ini bertujuan untuk memastikan tidak ada lagi sperma dalam air mani pasien tersebut.

Masalah kesuburan ini dapat mengurangi jumlah sperma.

Baca Juga: 13 Review Pompa ASI Favorit Moms, Mana yang Paling Bagus?

4. Tes Kadar Zat Besi

Kadar zat besi dapat memengaruhi hormon seks.

Dokter akan memeriksa kadar zat besi dalam tekanan darah tinggi, biasanya terlihat pada hemochromatosis.

Jenis-jenis tes zat besi yang dapat dilakukan adalah tes besi serum, feritinin serum, dan tes transferin atau total iron-binding capacity test (TIBC).

5. Tes Prolaktin

Tes untuk mengukur kadar prolaktin.

Prolaktin adalah hormon yang mendorong perkembangan payudara dan produksi ASI pada wanita, tetapi juga muncul pada pria.

6. Tes Hormon Tiroid

Dokter juga dapat memeriksa kadar hormon tiroid.

Masalah tiroid dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan hipogonadisme.

Tes T4 dan TSH adalah dua tes fungsi tiroid yang paling umum dan biasanya dilakukan bersamaan.

Tes T4 dikenal juga dengan tes tiroksin. Tingkat T4 yang tinggi menunjukkan bahwa tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme).

Gejalanya meliputi rasa cemas, berat badan turun, tremor, hingga diare. 

Sedangkan, tes TSH dilakukan untuk mengukur tingkat hormon perangsang tiroid dalam darah.

TSH yang normal berada antara 0,4 dan 4,0 miliinternational unit hormon per liter darah (mIU/L)

7. Pencitraan

Tes ini juga dapat berguna dalam diagnosis hipogonadisme.

Ultrasonografi (USG) berfungsi untuk mengetahui masalah pada ovarium, termasuk kista ovarium dan polycystic ovarian syndrome (PCOS).

Tes lainnya termasuk MRI atau CT scan untuk memeriksa tumor di kelenjar pituitari.

Baca Juga: Mengenal Fenilketonuria, Kelainan Genetika Langka pada Bayi sejak Lahir

Pengobatan Hipogonadisme

Mengenal Hipogonadisme yang Dapat Mengganggu Kesuburan Pria 02.jpg
Foto: Mengenal Hipogonadisme yang Dapat Mengganggu Kesuburan Pria 02.jpg (universityhealthnews.com)

Foto Ilustrasi Hipogonadisme (Orami Photo Stock)

Prof. Dr. dr. Imam Subekti, menjelaskan beberapa penyebab masalah kesuburan ini dikelompokkan ke dalam faktor genetik, didapat (seperti infeksi, obesitas, penimbunan zat besi berlebih).

"Pada kelompok yang didapat, dapat disembuhkan. Sementara pada kelompok kelainan genetik, tentu saja tidak dapat disembuhkan." ucapnya.

Berikut pengobatan hipogonadisme:

1. Pengobatan Hipogonadisme pada Wanita

Tujuan penanganan hipogonadisme pada pasien wanita adalah meningkatkan jumlah hormon seksual wanita dengan cara:

  • Terapi estrogen

Terapi hormon estrogen akan diberikan jika pasien telah menjalani histerektomi.

  • Terapi estrogen dan progesteron

Terapi kombinasi estrogen dan progesteron apabila pasien belum menjalani histerektomi.

Terapi progesteron bertujuan mengurangi risiko kanker endometrium yang dmeningkat karena hormon estrogen.

  • Perawatan lain

Dokter juga dapat melakukan penanganan lain yang sesuai dengan gejala spesifik pada pasien.

Contohnya, jika pasien mengalami haid tidak teratur atau sulit hamil, dokter akan memberikan suntikan choriogonadotropin atau pil yang mengandung FSH untuk memicu ovulasi.

2. Pengobatan hipogonadisme pada pria

Sementara itu, perawatan hipogonadisme pada pria bisa berupa:

  • Terapi pengganti testoteron (TRT)

Sebuah penelitian Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research, menjelaskan bahwa hipogonadisme pria dapat disembuhkan dengan terapi pengganti testoteron (TRT).

Terapi hormon testoteron dapat berupa suntikan, patch (koyo), gel, dan tablet.

  • Terapi hormon pelepas gonadotropin

Suntikan hormon pelepas gonadotropin akan diberikan guna memicu pubertas atau meningkatkan produksi sperma.

Perawatan masalah kesuburan ini untuk pria dan wanita bisa saja serupa apabila ada tumor pada kelenjar pituitari.

Dokter akan mengecilkan atau mengangkat tumor dengan radioterapi, obat-obatan, maupun operasi.

Baca Juga: Review dan Manfaat Bio Oil, Mampu Atasi Stretch Mark, Flek Hitam serta Bekas Jerawat

Pencegahan Hipogonadisme

Olahraga Ringan
Foto: Olahraga Ringan (Orami Photo Stocks)

Foto Ilustrasi Hipogonadisme (Orami Photo Stock)

Hipogonadisme yang disebabkan oleh kelainan genetik tidak dapat dicegah.

Namun, beberapa penyebab masalah kesuburan ini, seperti kekurangan gizi, infeksi, dan obesitas, dapat dicegah dengan rajin berolahraga, menerapkan pola hidup dan pola makan yang sehat, serta mempertahankan berat badan ideal.

Baca Juga: Keluar Flek Cokelat, Ragu Darah Haid atau Bukan? Ini Penjelasan Agama dan Medis

Itu dia penjelasan mengenai hipogonadisme. Jika Dads dan Moms mengalami gejala di atas, segera konsultasikan dengan dokter ya.

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6798086/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3255409/
  • https://www.healthline.com/health/hypogonadism
  • https://www.mayoclinic.org/es-es/diseases-conditions/male-hypogonadism
  • https://medlineplus.gov/ency/article/001195.htm
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15216-low-sex-drive-hypogonadism

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb