Scroll untuk melanjutkan membaca

PARENTING
05 Januari 2023

11 Ciri Strict Parents dan Dampak Buruknya bagi Anak, Bisa Bikin Si Kecil Tidak Bahagia, Lho Moms!

Salah satu ciri strict parents adalah tidak mengizinkan anak keluar rumah
11 Ciri Strict Parents dan Dampak Buruknya bagi Anak, Bisa Bikin Si Kecil Tidak Bahagia, Lho Moms!

Strict parents adalah sebutan untuk orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua seperti ini biasanya selalu menuntut, tetapi tidak responsif pada anak.

Strict parents yang memiliki terjemahan orang tua yang menerapkan aturan ketat pada anak-anaknya ini sering kali memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anak-anaknya.

Namun, memberikan sangat sedikit umpan balik dan pengasuhan.

Setiap kesalahan cenderung dihukum dengan keras. Ketika umpan balik diberikan, sering kali ditangkap dengan negatif.

Baca juga: 8 Rahasia Mengajarkan Anak untuk Bersikap Adil, Catat!

Contoh dan Tanda Strict Parents

Anak Menangis (Orami Photo Stock)

Foto: Anak Menangis (Orami Photo Stock)

Strict parents biasanya berfokus pada kepatuhan terhadap otoritas. Alih-alih menghargai pengendalian diri dan mengajarkan anak untuk mengelola perilaku mereka sendiri.

Lantas, bagaimana ciri-ciri strict parents? Berikut ini di antaranya:

1. Menuntut, tapi Tidak Responsif

Strict parents biasanya memiliki banyak aturan untuk anak-anaknya.

Bahkan mungkin mereka adalah orang tua yang selalu mengatur anaknya dan perilaku anak-anak mereka, baik di rumah atau di depan umum.

Selain itu, mereka juga memiliki banyak aturan tidak tertulis yang diharapkan dipatuhi oleh anak-anak.

Walaupun anak-anak menerima sedikit atau tidak sama sekali instruksi eksplisit tentang "aturan" ini.

Anak-anak hanya diharapkan untuk mengetahui bahwa aturan-aturan ini ada dan mengikutinya.

2. Dingin, Kasar, dan Acuh

Orangtua dengan gaya pengasuhan ini sering kali terlihat dingin, menyendiri, dan kasar.

Mereka lebih cenderung mengomel atau meneriaki anak-anak mereka daripada memberi dukungan dan pujian.

Mereka menjunjung tinggi kedisiplinan, daripada kesenangan. Mereka juga hanya ingin anak-anak patuh, tapi tidak mau mendengarkannya.

3. Tidak Ragu dalam Memberi Hukuman

Strict parents biasanya tidak akan ragu untuk memberi hukuman pada anak, termasuk hukuman fisik. Ini akan dilakukan setiap anak melanggar aturan yang sudah dibuat.

Alih-alih memberi penjelasan bahwa yang anak lakukan itu salah, strict parents lebih memilih untuk menghukum sebagai cara pendisiplinan.

4. Tidak Memberi Anak Pilihan

Strict parents tidak akan memberi anak pilihan. Mereka akan menetapkan aturan dan memaksa anak mengikuti cara yang ia pilih.

Hanya ada sedikit ruang untuk negosiasi. Mereka juga jarang membiarkan anak-anak mereka membuat pilihan sendiri.

Dalam aspek apapun, strict parents yang akan membuat keputusan untuk anak.

Baca juga: Generasi Alpha, Anak-Anak Kaum Milenial yang Sudah Serba Digital

5. Tidak Mau Memberi Penjelasan

Orang Tua Bertengkar (Orami Photo Stock)

Foto: Orang Tua Bertengkar (Orami Photo Stock)

Orangtua yang tergolong strict parents biasanya ingin anak-anak mereka bersikap baik dan menghindari hal-hal yang buruk.

Namun, mereka tidak mau menjelaskan mengapa anak-anak harus menghindari perilaku tertentu.

Mereka cenderung tidak sabar jika harus menjelaskan dan membuat anak mengerti.

Akhirnya, mereka memilih membuat aturan yang ketat dan memaksa anak mematuhinya tanpa mempertanyakannya.

6. Tidak Percaya pada Anak

Seorang strict parents cenderung tidak mempercayai anak-anak mereka untuk membuat pilihan yang baik.

Orang tua dengan gaya pengasuhan ini tidak memberikan banyak kebebasan kepada anak-anaknya.

Daripada membiarkan anak-anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi konsekuensi alami atas pilihan tersebut.

Strict parents akan memilih untuk mengarahkan anak-anak mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.

7. Tidak Mau Bernegosiasi

Tidak ada abu-abu dalam kamus strict parents. Setiap situasi dipandang sebagai hitam dan putih, dan hanya ada sedikit atau tidak ada ruang untuk kompromi.

Anak-anak dari strict parents tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bersuara atau bernegosiasi. Terutama ketika harus menetapkan aturan atau membuat keputusan.

8. Menggunakan Rasa Malu sebagai “Taktik”

Strict parents bisa menjadi sangat kritis dan mungkin menggunakan rasa malu sebagai taktik. Terutama untuk memaksa anak-anak mengikuti aturan.

Mereka dapat melontarkan kalimat seperti "Mengapa kamu selalu melakukan itu?", "Mengapa kamu tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar?"

Dengan tujuan untuk membuat anak merasa malu karena tidak bisa patuh atau memahami aturan dengan baik.

Daripada mencari cara untuk membangun harga diri anak-anak, orang tua seperti ini sering percaya bahwa rasa malu memotivasi anak-anak untuk berbuat lebih baik.

9. Tidak Mengizinkan Anak Pergi dengan Teman-Teman

Ilustrasi Orang Tua Memarahi Anak (Orami Photo Stock)

Foto: Ilustrasi Orang Tua Memarahi Anak (Orami Photo Stock)

Melansir dari Mom Junction, tanda strict parents yang pertama adalah orang tua tidak mengizinkan anak, terlebih anak remaja untuk menginap atau nongkrong di malam hari.

Bagi anak remaja, pergi nongkrong ataupun keluar bersama teman-teman adalah hal yang paling dibutuhkan.

Namun jika orang tua terlalu sering melarang, hal ini membuat anak kehilangan kemampuan bersosialnya.

10. Kerap Memberikan Ancaman

Mengancam Si Kecil hanya menumbuhkan perilaku tidak baik dalam dirinya.

Ketimbang memberikan ancaman, Moms bisa memberikan pemahaman tentang konsekuensi yang terjadi apabila Si Kecil menuntut hal yang tidak bisa Moms berikan.

Terlebih hindari memberikan ancaman yang menakutkan seperti akan mengusir Si Kecil dari rumah atau akan menghancurkan semua maiannya.

11. Membuat Terlalu Banyak Peraturan

Ayah dan Anak (Orami Photo Stock)

Foto: Ayah dan Anak (Orami Photo Stock)

Tanda strict parents yang ketiga merupakan salah satu tanda yang sangat menunjukkan pola pengasuhan yang mengekang, lho Moms!

Melansir dari WebMD, menerapkan banyak aturan membuat anak menjadi kurang eksplorasi.

Sebaliknya, terapkan sedikit aturan namun kuatkan kepada konsekuensi dalam perbuatannya.

Hal ini juga mendorong Si Kecil untuk berpikir aktif mengenai risiko ketika ia berperilaku.

Baca juga: Penting, Ini Cara Mengajarkan Kecerdasan Interpersonal pada Anak

Hal-Hal yang Membuat Orang Tua Menjadi Strict Parents

Ibu dan Anak (Orami Photo Stock)

Foto: Ibu dan Anak (Orami Photo Stock)

Pengasuhan otoriter yang diterapkan strict parents seringkali bukanlah sesuatu yang dilakukan dengan sengaja.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu mereka menerapkan gaya pengasuhan seperti ini, yaitu:

1. Punya Pengalaman yang Sama

Sebuah studi pada 2012 di jurnal Child Maltreatment menemukan hal menarik mengenai pemicu seseorang menjadi strict parents.

Para peneliti menemukan bahwa orangtua yang masa kecilnya terpapar pola asuh otoriter, cenderung menjadi strict parents di kemudian hari.

Mereka merasa lebih suka membesarkan anak-anak mereka sendiri dengan pola dan sikap yang sama.

Salah satu kemungkinannya adalah karena mereka merasa cara itulah yang paling tepat untuk mengasuh anak.

Termasuk dalam membuat anak menjadi disiplin.

2. Memiliki Kepribadian yang Kurang Menyenangkan

Setiap orang memiliki kepribadian masing-masing. Ada orang yang memiliki kepribadian ramah dan menyenangkan, serta ada pula yang kebalikannya.

Orang yang memiliki kepribadian kurang menyenangkan cenderung kurang berempati dan lebih sering berpikir negatif, sehingga lebih mungkin menjadi strict parents.

Mereka juga memiliki hubungan yang lebih sulit secara umum, termasuk dengan anak-anak mereka sendiri.

3. Tingkat Neurotisme yang Tinggi

Studi pada 2018 di Iranian Journal of Psychiatry menunjukkan bahwa strict parents cenderung memiliki tingkat neurotisme yang lebih tinggi.

Neurotisme merupakan dimensi kepribadian yang menyangkut kestabilan emosi. Ini ditandai dengan:

  • Kecemasan
  • Keraguan
  • Depresi
  • Perasaan negatif lainnya

Baca juga: 5+ Prinsip dan Ciri Sekolah Ramah Anak, Moms Wajib Tahu!

Dampak Buruk bagi Anak

Anak Memeluk Boneka (Orami Photo Stock)

Foto: Anak Memeluk Boneka (Orami Photo Stock)

Pola asuh orang tua memegang peran penting dalam pembentukan karakter, kepribadian, dan kemampuan anak menghadapi dunia.

Termasuk dalam keterampilan sosial dan prestasi akademik.

Orangtua yang termasuk golongan strict parents tentu sangat menyayangi anaknya.

Mereka pada dasarnya ingin anak menjadi yang terbaik dan mendapatkan hal terbaik dalam hidupnya.

Namun, sikap seperti ini juga menjadi boomerang bagi berbagai aspek hidup anak. Beberapa dampak buruk yang dapat dialami anak yang diasuh oleh strict parents adalah:

  • Merasa takut atau terlalu malu saat di sekitar orang lain.
  • Mengaitkan kepatuhan dan kesuksesan dengan cinta.
  • Mudah menyesuaikan diri, tapi juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
  • Memiliki perilaku yang lebih agresif terhadap orang lain.
  • Memiliki perilaku prososial lebih sedikit.
  • Mengalami kesulitan dalam situasi sosial karena kurangnya kompetensi sosial.
  • Memiliki harga diri yang lebih rendah.
  • Memiliki gejala masalah kepribadian seperti hiperaktif dan masalah perilaku.
  • Kesulitan dalam mengendalikan diri.
  • Anak menjadi sering berbohong.
  • Memiliki masalah perilaku antisosial.
  • Tidak bahagia.

Karena strict parents biasanya mengharapkan anak benar-benar patuh, anak yang dibesarkan dengan gaya ini biasanya sangat baik dalam mengikuti aturan.

Namun, mereka mungkin kurang dalam disiplin diri.

Tidak seperti anak yang dibesarkan oleh orang tua pada umumnya, anak-anak yang dibesarkan oleh strict parents biasanya tidak didorong untuk bertindak secara mandiri.

Ini membuat mereka tidak pernah benar-benar belajar bagaimana menetapkan batasan dan standar pribadi mereka sendiri.

Kurangnya disiplin diri ini pada akhirnya dapat menyebabkan masalah ketika orangtua atau figur otoritas tidak ada di dekat mereka.

Baca juga: 6 Cara Mengajarkan Anak Menyelesaikan Masalah, Coba Yuk Moms!

Cara Terhindar dari Strict Parents

Mengobrol dengan Anak (Orami Photo Stock)

Foto: Mengobrol dengan Anak (Orami Photo Stock)

Meskipun anak-anak tidak bisa memilih orang tua yang diinginkan sekaligus pola pengasuhan yang diinginkan, anak-anak yang memasuki usia remaja bisa mengendalikan diri untuk terhindar dari strict parents.

Yuk simak di sini cara-caranya!

1. Persiapkan Diri

Terdengar sepele, tapi untuk berusaha keluar dari strict parents nyatanya sangat sulit dan tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Mempersiapkan diri untuk menentang orang tua untuk pertama kalinya adalah hal tersulit.

Terlebih bayangan akan ketakutan pasti akan terus mengahampiri.

Namun tahap ini sangat penting untuk menyiapkan diri untuk bertindak di langkah-langkah selanjutnya.

Baca Juga: Mengenal Toxic Masculinity, Ciri dan Cara Pencegahannya

2. Jangan Berdebat

Ketika hal yang ingin dilakukan tidak disetujui orang tua, hindari perdebatan dan pusatkan pembicaraan yang mengarahkan kepada pertanyaan-pertanyaan.

Tanyakan alasan penolakan yang diberikan orang tua. Usahakan tanya sedalam mungkin dan pahami pola pikir orang tua.

Jika dirasa tidak masuk akal, berikanlah pandangan baru.

Untuk tahap awal mungkin tidak akan mudah mengubah pola pikir orang tua, namun seiring berjalannya waktu, orang tua akan lebih baik dalam mendengarkan pandangan anak.

3. Menjadi Lebih Terbuka

Ketika dihadapkan dengan strict parents, langkah lainnya adalah usahakan menjadi anak yang terbuka.

Semakin banyak menceritakan hari-hari yang dijalani, membuat orang tua percaya dengan hal yang anak lakukan.

Ketika ditanyakan mengenai kabar hari ini, hindari mengucapkan 1 kata "baik" namun ceritakan secara detail.

Hal ini juga menghindari orang tua mencari dan mengintip kisah hidup anak secara diam-diam.

Baca Juga: Poliamori, Hubungan 'Terbuka' dalam Percintaan yang Berbeda dengan Selingkuh

4. Jangan Berbohong

Anak Laki-laki (Orami Photo Stock)

Foto: Anak Laki-laki (Orami Photo Stock)

Berbohong hanya akan membuat strict parents menjadi tambah mengekang karena ketidakpercayaan orang tua terhadap anak.

Seperti yang sudah dipaparkan di atas, buatlah orang tua mempercayai semua tindakan anak.

Katakan yang sebenarnya tentang semuanya. Hal ini dapat membantu strict parents menjadi lebih percaya kepada anak.

5. Pelajari Kode Strict Parents

Amati kode dari strict parents sebab hal ini memudahkan anak untuk bereaksi dan bertindak dari pola asuh orang tua.

Dengan cara ini, anak akan lebih mudah untuk menghadapi orang tua yang mengekang dan menghindari reaksi buruk ketika suatu hari terjadi masalah.

Nah, itulah pembahasan mengenai strict parents dan dampaknya pada anak. Semoga Moms jadi orang tua yang lebih memahami anak, ya!

  • https://doi.org/10.1177%2F1077559511434945
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6178334/
  • https://www.ahaparenting.com/read/strict-parenting
    https://www.verywellmind.com/what-is-authoritarian-parenting-2794955
  • https://www.parents.com/parenting/better-parenting/style/authoritarian-parenting-the-pros-and-cons-according-to-a-child-psychologist/

Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.