5 Ciri-Ciri Ruam HIV dan Bedanya dengan Ruam Biasa
Berbicara tentang gejala HIV/AIDS, hal ini bisa berkaitan dengan ruam kulit. Apakah Moms tahu seperti apa rupa ruam HIV?
Melansir WebMD, perubahan kulit bisa menjadi tanda pertama bahwa seseorang mengalami HIV.
Hal itu karena virus dapat melemahkan sistem kekebalan dan memudahkan infeksi kuman penyebab masalah kulit.
Selain itu, beberapa pengobatan HIV dapat pula menyebabkan ruam pada kulit.
Lebih lengkapnya soal ruam kulit HIV, Moms dapat menyimak informasi di bawah ini.
Baca Juga: 4 Jenis Kondom Sutra untuk Momen Intim yang Lebih Gereget
Mengenal Virus HIV
Perlu dipahami, HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Melansir Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, gejala HIV disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus inilah yang merusak dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh.
Kemudian, virus tersebut menggagalkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi dan jenis kanker tertentu.
Bila tak diatasi dengan cepat dan tepat, infeksi HIV bisa berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Kondisi ini tidak dapat disembuhkan dan angka harapan hidup yang berkurang secara drastis.
Namun, beberapa pengobatan bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan.
Baca Juga: Batik Yogyakarta: Filosofi dan Rekomendasi Grosir Batik Terpopuler
Mengenal Ruam HIV
Ruam HIV adalah ruam kulit yang muncul sebagai salah satu gejala infeksi HIV.
Pada tahap awal infeksi HIV, beberapa orang dapat mengalami gejala seperti demam, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit.
Ruam HIV biasanya muncul beberapa minggu setelah terinfeksi HIV, tetapi bisa juga muncul lebih lama dari itu.
Tahap awal infeksi HIV dikenal sebagai fase akut atau serokonversi.
Pada fase ini, sistem kekebalan tubuh sedang berjuang melawan virus, dan gejala seperti demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening sering terjadi.
Ruam kulit yang disebabkan oleh HIV adalah salah satu gejala tambahan yang mungkin terjadi.
Ciri-Ciri Ruam HIV dan Bedanya dengan Ruam Biasa
Perbedaan antara ruam kulit yang terkait dengan HIV dan ruam kulit biasa tidak selalu mudah untuk diidentifikasi hanya dengan melihatnya.
Berikut ini beberapa ciri-ciri ruam HIV yang mungkin perlu diwaspadai dan diperiksa lebih lanjut ke dokter.
1. Bisa Berbentuk Bercak atau Tersebar Merata
Ruam ini dapat berbentuk patchy (bercak-bercak) atau eksantem (ruam merah yang menyebar di seluruh tubuh).
Biasanya, ruam ini tidak gatal, namun hal ini dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Ruam HIV juga dapat disertai dengan benjolan kecil yang melingkar di sekelilingnya.
Pada beberapa kasus, ruam HIV dan gejalanya juga dapat terasa menyakitkan.
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejala-gejala ini mungkin muncul 2-4 minggu setelah paparan.
Kemudian, infeksi akan berlangsung antara beberapa hari dan beberapa minggu.
2. Area Muncul Ruam
Ruam HIV cenderung muncul di wajah, dada, lengan, atau tungkai.
Ruam HIV dapat memunculkan warna kemerahan pada orang dengan kulit terang atau lebih ungu juga bisa muncul pada orang dengan kulit gelap.
Baca Juga: 10+ Penyebab Bayi Demam di Kepala, Bisa Akibat Cuaca Panas!
3. Muncul Tanpa Sebab yang Jelas
Biasanya, ruam kulit yang muncul akibat infeksi HIV adalah ruam kulit yang muncul tanpa sebab yang jelas.
Ruam sering kali merupakan tanda pertama dari infeksi HIV, meskipun hanya muncul pada 2 dari setiap 5 orang yang baru terinfeksi.
4. Disertai Gejala Tambahan Lainnya
Perbedaan ruam HIV dengan ruam biasa juga bisa dilihat dari gejala lain yang ikut muncul.
Melansir dari Medical News Today, gejala awal dari infeksi HIV yang dapat terjadi bersamaan dengan ruam HIV, yaitu:
- Nyeri otot
- Panas dingin
- Keringat malam
- Sakit tenggorokan
- Badan terasa tidak sehat
- Demam dan merasa kelelahan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Sariawan
Siapa pun yang mengalami gejala-gejala ini setelah kemungkinan terpapar HIV sebaiknya harus segera melakukan tes yang dianjurkan.
Apabila Moms mengalami ruam kulit tanpa sebab yang jelas, lebih baik segera lakukan tes untuk diagnosis yang tepat.
5. Rasa Sakit Ruam
Rasa sakit pada ruam HIV bisa bervariasi, tergantung pada jenis ruam dan tingkat keparahannya.
Berikut adalah beberapa kemungkinan rasa sakit yang bisa terjadi pada ruam HIV:
- Gatal
Ini adalah rasa sakit yang paling umum pada ruam HIV. Gatal bisa ringan atau parah, dan bisa membuat Anda ingin menggaruk ruam, yang dapat memperburuknya.
- Perih
Rasa perih dapat terjadi pada ruam yang meradang atau terluka. Rasa perih ini bisa terasa panas dan tidak nyaman.
- Nyeri
Nyeri yang tajam atau menusuk dapat terjadi pada ruam yang berisi nanah (pustular) atau herpes zoster.
- Pedih
Rasa pedih dapat terjadi pada ruam yang bersentuhan dengan bahan kimia atau iritan lainnya.
- Terbakar
Rasa terbakar dapat terjadi pada ruam yang terpapar sinar matahari.
Perlu diingat bahwa tidak semua orang dengan ruam HIV akan merasakan sakit.
Beberapa orang mungkin hanya merasakan gatal ringan, sementara yang lain mungkin merasakan sakit yang parah.
Baca Juga: Pengganti Jamur Enoki, Ini 12 Jenis Jamur yang Bisa Dimakan
Penting untuk dicatat bahwa ruam kulit bukanlah tanda khas atau spesifik untuk infeksi HIV saja.
Ruam kulit juga dapat disebabkan oleh banyak kondisi lain, termasuk infeksi lainnya, alergi, penyakit kulit, dan lain-lain.
Oleh karena itu, diagnosis yang akurat memerlukan pemeriksaan medis oleh dokter atau profesional kesehatan yang berpengalaman.
Jika Moms atau Dads mengalami ruam kulit atau memiliki kekhawatiran tentang HIV atau kondisi kesehatan lainnya, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan tes yang tepat.
Penularan HIV yang Harus Diwaspadai
Ruam HIV menjadi salah satu gejala dari infeksi HIV yang perlu diwaspadai.
HIV adalah virus yang merusak sel dalam sistem kekebalan tubuh dan virus ini akan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit sehari-hari.
Pahami cara penularan HIV berikut ini agar Moms dapat mencegah kondisi ini terjadi, yaitu:
1. Hubungan Seks yang Tidak Aman
Cara penularan HIV/AIDS yang paling mudah dengan melakukan seks tanpa kondom.
Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan seseorang yang mengidap HIV, terutama hubungan seks vagina dan seks anal tanpa kondom.
Berhubungan seks tanpa disadari bisa menjadi cara penularan HIV AIDS.
Oleh karena itu, Moms sebaiknya melakukan praktik hubungan seks yang aman dan tidak bergonta-ganti pasangan.
Baca Juga: 9 Kesalahan Memakai Kondom yang Membuat Kebobolan
2. Transfusi Darah atau Organ yang Terkontaminasi
Menerima transfusi darah, produk darah, atau transplantasi organ atau jaringan dari mereka yang sudah terinfeksi HIV bisa menjadi cara penularan HIV/AIDS.
Namun, risiko ini sangat kecil karena kebanyakan negara menguji produk darah dan organ untuk HIV terlebih dahulu.
Untungnya tidak ada cukup virus HIV dalam cairan tubuh lainnya, seperti air liur, keringat atau air seni, untuk menularkannya dari satu orang ke orang lain.
Maka dari itu, perlu ditegaskan bahwa berpelukan dan berciuman tak bisa menjadi cara penularan HIV/AIDS.
3. Kehamilan, Persalinan, dan Menyusui
Kegiatan seperti persalinan, menyusui, bahkan kehamilan bisa menjadi salah satu cara penularan HIV/AIDS.
Perlu dipahami bahwa seorang ibu yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus ke bayinya melalui darahnya selama kehamilan.
Tak hanya itu, penularan juga bisa melalui ASI saat menyusui menurut beberapa penelitian.
4. Berbagi Peralatan Suntik
Cara penularan HIV/AIDS selanjutnya adalah berbagi peralatan suntik.
Selain itu, Moms bisa tertular HIV jika berbagi jarum suntik atau peralatan lain yang digunakan untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba dengan seseorang yang mengidap HIV.
Baca Juga: Ingin Tahu Cara Menghitung Tetesan Infus? Yuk, Simak!
Cara Mengatasi HIV
Perlu dipahami, jika seseorang positif mengidap HIV, ia akan diresepkan obat antiretroviral yang akan digunakan untuk mengobati HIV.
Obat ini bekerja dengan menghentikan replikasi virus di dalam tubuh.
Artinya, obat ini memungkinkan sistem kekebalan untuk memperbaiki dirinya sendiri dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, yang harus diminum setiap hari.
HIV dapat mengembangkan resistansi terhadap satu obat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Namun, menggunakan kombinasi obat yang berbeda dari dokter dapat membantu memperkecil risiko hal tersebut.
Karenanya, sangat penting untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut setiap hari dan sesuai dengan rekomendasi dari dokter.
Baca Juga: Cek Pencegahan Penularan HIV pada Ibu Hamil ke Bayi yang Dikandung Berikut Ini!
Itulah cara penularan HIV/AIDS yang harus diperhatikan, sehingga Moms dapat melakukan pencegahan yang tepat.
Perhatikan kesehatan kulit dengan baik, serta segera melakukan tes apabila menemukan kejanggalan pada kulit, ya, Moms.
- https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
- https://www.webmd.com/hiv-aids/ss/slideshow-hiv-aids-skin
- https://www.verywellhealth.com/top-signs-you-may-have-hiv-49428
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/315963#other-symptoms
- https://journals.lww.com/jaids/fulltext/2018/08151/a_global_research_agenda_for_pediatric_hiv.3.aspx
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.