
American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa darah tinggi merupakan silent killer karena kebanyakan orang tidak mengalami gejala apapun.
Artinya, setiap orang bahkan ibu hamil sekalipun bisa mengalami darah tinggi tapi tidak menyadarinya.
Untuk itu, memantau perkembangan tekanan darah selama hamil jadi hal yang sangat penting, demi kelancaran kehamilan dan lahiran nanti.
Nah, bagi Moms yang ternyata mengalami darah tinggi saat hamil, berikut ini dampak pada bumil dan janin yang harus diketahui dan diwaspadai.
Baca Juga: Obat Alami untuk Sakit Gigi pada Ibu Hamil
Foto: Apa Dampak Darah Tinggi pada Ibu Hamil dan Janin yang Dikandung? 1.jpg
Bila hipertensi atau darah tinggi saat hamil udah parah, bisa mengakibatkan komplikasi bagi ibu maupun bayinya.
Tekanan darah tinggi saat hamil menaikkan risiko kesehatan ibu yang lebih serius di kemudian hari.
Dilansir dari medicalnewstoday.com, sebuah studi pada 2013 silam mengungkapkan bahwa hipertensi gestasional dikaitkan dengan risiko lebih tinggi pada penyakit seperti jantung, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke.
Selain itu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol bisa membuat ibu hamil terkena preeklamsia dan diabetes gestasional.
Baca Juga: Cacar Air saat Hamil Tua, Apakah Bisa Menular pada Bayi?
Salah satu komplikasi hipertensi yang parah terjadi pada ibu hamil adalah sindrom HELLP. Sindrom ini jarang terjadi, tetapi merupakan kelainan hati dan darah yang cukup mengancam jiwa.
Para dokter menganggap sindrom HELLP sebagai varian preeklamsia yang parah.
Dilansir dari Preeclampsia Foundation, HELLP merupakan singkatan dari:
Selain sindrom HELLP di atas, ada juga beberapa komplikasi yang bisa terjadi bila mengalami darah tinggi saat hamil, yakni:
Baca Juga: Apa Bahaya Hepatitis C Bagi Ibu Hamil?
Foto: Apa Dampak Darah Tinggi pada Ibu Hamil dan Janin yang Dikandung? 2.jpg
Tidak hanya berdampak pada kondisi fisik ibu saja, darah tinggi atau hipertensi pun berdampak pada janin yang sedang dikandung.
Misalnya saja meningkatkan risiko kelahiran prematur, BBLR (berat badan lahir rendah), dan kematian bayi.
Tekanan darah tinggi memengaruhi aliran darah dalam tubuh ibu, yang berpengaruh pula pada aliran nutrisi melalui plasenta ke bayi sehingga bayi cenderung lahir dengan berat badan yang rendah.
Selain itu, janin juga bisa lahir prematur yang membuat risiko terjadi komplikasi semakin besar, seperti kesulitan bernapas karena paru-paru bayi belum berkembang sempurna, misalnya.
Baca Juga: Ini 4 Manfaat Madu Bagi Ibu Hamil Yang Tidak Banyak Diketahui
Untuk ibu hamil yang mengalami preeklamsia saat kehamilan, bayi mungkin harus dikeluarkan sesegera mungkin bahkan bila belum sepenuhnya berkembang karena berisiko tinggi bagi sang ibu dan janin.
Beberapa komplikasi kelahiran prematur juga bertahan seumur hidup dan butuh perawatan medis berkelanjutan. Selain itu, bayi yang lahir prematur juga meningkatkan risiko kematian.
Ternyata darah tinggi berisiko besar bagi kesehatan ibu hamil dan janin ya, Moms. Sebaiknya, rawat diri sendiri dengan baik agar ibu dan janin bisa sama-sama selamat dan sehat.
Misalnya dengan rajin menemui dokter kandungan, minum obat tekanan darah sesuai resep dokter, tetap aktif bergerak, konsumsi makanan sehat, dan tahu apa yang dilarang (merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang).
(SR/ERW)