
Pakaian adat Kalimantan Barat terdiri dari beberapa ragam. Moms sudah tahu?
Nah, salah satu yang populer adalah pakaian adat khas suku Dayak, suku mayoritas yang mendiami provinsi yang beribukota di Pontianak ini.
Foto: Pakaian Adat Kalimantan Barat (Tehhanlin.com)
Baju adat suku Dayak memiliki sisi unik yang menarik, mulai dari karakteristik, nama, hingga sejarahnya.
Dari awalnya terbuat dari kulit kayu yang diolah sedemikian rupa, menjadi pakaian berbahan kain.
Kalau dulunya masyarakat suku Dayak memakai baju adat untuk sehari-hari, di masa sekarang pakaian ini hanya dikenakan untuk acara-acara tertentu saja, termasuk:
Nah, penasaran dengan keunikan dan perjalanan sejarah pakaian adat Kalimantan Barat khas suku Dayak ini?
Simak ulasan lengkapnya berikut.
Baca Juga: Nikmat, 14 Makanan Khas Kalimantan yang Wajib Moms Coba!
Foto: Pakaian Adat King Bibinge (Romadecade.org)
Pada mulanya, suku Dayak hanya mengenal dua jenis pakaian, yaitu king baba untuk laki-laki dan king bibinge untuk perempuan.
Kedua pakaian ini dibuat dengan mengolah kulit kayu menjadi lunak hingga menyerupai seperti bahan kain. Kulit kayu yang sudah diproses itu disebut kapuo atau ampuro.
Konon, keterampilan mengolah kayu menjadi pakaian ini diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang suku Dayak, lho.
Pakaian adat Kalimantan Barat untuk kaum laki-laki suku Dayak disebut king baba. Dalam bahasa Dayak, king berarti pakaian dan baba berarti laki-laki.
Pakaian ini terbuat dari kulit kayu dari tumbuhan endemik Kalimantan yang mengandung serat tinggi.
Untuk membuat king baba, kulit kayu dipukul-pukul menggunakan palu bulat di dalam air, sehingga hanya tertinggal seratnya saja.
Setelah lentur, bahan serat tersebut kemudian dijemur, dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak.
Pewarna yang digunakan berbahan alami yang diambil dari tumbuhan atau sumber alam lainnya.
Setelah itu, bahan serat tadi dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai rompi tanpa lengan, juga celana panjang.
Biasanya pakaian ini dikenakan bersama senjata bernama mandau dan sebuah perisai, seakan-akan hendak pergi berperang.
Pakaian adat suku Dayak untuk perempuan juga kurang lebih dibuat dengan cara dan bahan yang sama dengan pakaian adat kaum laki-laki.
Bedanya, bentuk pakaian perempuan lebih tertutup dan sopan, terdiri dari penutup dada, stagen dan bagian bawah berupa rok.
Aksesoris yang digunakan pun lebih bervariasi seperti kalung, manik-manik, ikat kepala dengan hiasan sehali bulu burung enggang.
Baik king baba dan king bibinge berbahan kulit kayu, sudah tidak pernah dibuat lagi semenjak orang-orang Dayak mulai mengenal kain.
Baca Juga: 10+ Motif Batik Kalimantan dan Filosofinya, Indah dan Memukau!
Foto: Pakaian Adat Kalimantan Barat (Borneotalk.com)
Seiring dengan berjalannya waktu dan suku Dayak mulai mengenal kain, pakaian mereka pun semakin berkembang dan bervariasi.
Uniknya, pakaian adat sebagian besar dibuat sendiri si pemakai atau anggota keluarga yang ahli membuat pakaian, lho!
Nah, berikut beberapa pakaian adat Suku Dayak yang terbuat dari bahan kain.
Bulang Manik dan King Manik adalah pakaian tradisional yang terbuat dari manik bokok yang umumnya ada di Serawak, Malaysia.
Manik-manik dirangkai menggunakan benang khusus menjadi lembaran, lalu akan dilekatkan pada kain hingga menyerupai baju.
Pakaian adat suku Dayak ini terbuat dari sejenis kerang laut yang kecil dan keras yang disebut buri' dan selembar kain.
Kain tersebut dipakai untuk melekatkan butir-butir buri' dan dibentuk menjadi sebuah baju.
Foto: Pakaian Adat Kalimantan Barat (Instagram.com/kynantegar)
Pakaian tradisional ini merupakan perpaduan antara king manik dan king buri'. Bahannya terdiri dari manik dan buri' atau kerang kecil.
Manik-manik dianyam, kemudian dilekatkan pada bagian tengah king. Sementara butir-butir buri' menghiasi bagian atas king.
Penamaan king kabo' berasal dari hantu raksasa dalam kepercayaan suku Dayak.
Baju tradisional ini memiliki bentuk lebar dan panjang, dan dipadukan dengan celana atau cawat yang kedua bagian ujungnya terjuntai.
Pakaian ini terbuat dari kain polos berwarna hitam atau biru yang dijahit menjadi bentuk sarung.
Pada sisi atas, sisi bawah dan sisi kiri diberi pita dari kain berwarna merah. Di antara pita-pita, terdapat sulaman berbentuk ukiran khas suku Dayak.
Pakaian indulu manik hampir serupa dengan king manik.
Pakaian ini dibuat dari manik boko' atau manik halus yang dianyaman, kemudian ditempel pada lembaran kain seukuran dengan panjang yang sama dengan anyaman manik.
Menurut informasi, jenis pakaian ini dibuat pertama kali sejak suku Daya mengenal kain. Bentuknya seperti baju pada umumnya, terbuat dari kain sesuai warna yang tersedia.
Baju kuurung memiliki beberapa macam model, yaitu baju kuurung sapek tangan atau tanpa lengan, baju kuurung dokot tangan atau berlengan pendek, dan baju kuurung langke tangan atau berlengan panjang.
Setelah baju kuurung, diciptakan model-model lain seperti bulang kontong dan bulang kaalawat.
Baca Juga: 5 Kain Khas Kalimantan Berdasarkan Provinsinya, Sudah Tahu?
Foto: Pakaian Adat Kalimantan Barat (Borneotalk.com)
Pakaian adat Kalimantan Barat khas suku Dayak, khususnya bulang dan king manik terdiri dari perpaduan warna, serta dihiasi dengan macam-macam bentuk.
Ternyata, di balik warna dan ragam hias itu ada arti tertentu, lho.
Makna Warna bagi Suku Dayak
Makna Ragam Hias
Foto: Pakaian Adat Kalimantan Barat (Pinterest.com)
Sama halnya dengan baju adat daerah lainnya, pakaian adat Kalimantan Barat khas suku Dayak juga dikenakan dengan perhiasan.
atau aksesoris etnik. Berikut adalah jenis-jenis perhiasan yang digunakan perempuan dan kaum laki-laki.
Baca Juga: Mengenal Kain Sasirangan, Kain Khas Kalimantan Selatan
Itulah dia sisi unik dibalik pakaian adat Kalimantan Barat khas suku Dayak beserta sejarahnya.
Bagaimana, Moms tertarik ingin mencoba baju adat Dayak untuk berfoto? Pasti bakal menarik!
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.