4 Keunikan Pakaian Adat Kalimantan Barat Khas Suku Dayak
Pakaian adat Kalimantan Barat, terutama dari suku Dayak, menawarkan lebih dari sekadar tampilan fisik yang menarik.
Di balik setiap corak dan bordiran, ada cerita dan tradisi yang mendalam, lho Moms.
Ingin tahu lebih banyak tentang keunikan dan makna di balik pakaian ini? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Mengenal Suku Dayak
Suku Dayak adalah kelompok etnis yang mendiami wilayah Kalimantan, Indonesia.
Mereka merupakan salah satu kelompok suku asli yang tinggal di pulau Kalimantan sejak zaman dahulu kala.
Suku Dayak terdiri dari berbagai sub-etnis yang memiliki keberagaman budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang kaya.
Suku Dayak hidup di pedalaman hutan Kalimantan dan bergantung pada sumber daya alam seperti hasil pertanian, perikanan, perburuan, dan pengumpulan hasil hutan.
Mereka dikenal sebagai masyarakat yang sangat terhubung dengan alam dan memiliki berbagai jenis kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Budaya suku Dayak sangat kaya dan beragam.
Mereka memiliki tradisi musik, tarian, seni ukir, seni anyaman, dan seni pahat yang indah.
Masyarakat Dayak juga memiliki adat istiadat yang kuat, seperti upacara adat, ritual keagamaan, dan sistem kepercayaan animisme dan dinamisme.
Salah satu ciri khas suku Dayak adalah senjata tradisional mereka yang dikenal dengan sebutan "mandau".
Mandau adalah sejenis parang yang mempunyai nilai simbolis dan spiritual dalam kehidupan suku Dayak.
Selain itu, hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung Enggang Gading juga menjadi ikon suku Dayak.
Pakaian Adat Kalimantan Barat
Pakaian adat Kalimantan Barat terlihat sangat indah dan menarik, Moms. Yuk, simak pakaian adatnya di sini.
1. King Baba
King Baba adalah pakaian adat Kalimantan Barat yang dikenakan oleh pria dari suku Dayak.
Meskipun mirip dengan pakaian perempuan dalam bentuk, King Baba lebih sederhana dalam desain.
Pakaian ini unik karena dibuat dari kulit kayu yang telah dipipihkan, yang dikenal sebagai King Baba.
Kulit kayu tersebut diambil dari tanaman ampuro atau kayu kapuo, yang merupakan tanaman endemik dari Kalimantan dengan serat yang tinggi.
Nama King Baba berasal dari bahasa Dayak, dimana king berarti pakaian dan Baba berarti laki-laki.
Dalam pembuatannya, kulit kayu ini dipukul dalam air dengan palu hingga hanya serat yang tersisa.
Setelah menjadi lentur, kulit tersebut dijemur dan dihiasi dengan motif etnik Dayak.
2. King Bibinge
King Baba merupakan pakaian adat Kalimantan Barat khusus laki-laki sedangkan King Bibinge merupakan pakaian adat khusus perempuan, Moms.
Pembuatan dan bahan yang digunakan untuk King Bibinge mirip dengan yang digunakan dalam pakaian pria.
Perbedaan utama antara King Baba dan King Bibinge terletak pada desainnya, di mana King Bibinge dirancang untuk lebih tertutup dan sopan.
Pakaian ini dilengkapi kain yang menutupi dada, stagen, dan dihiasi dengan manik-manik serta bulu burung enggang.
Meskipun sama-sama tanpa lengan seperti pakaian pria, King Bibinge dibuat untuk lebih menutupi tubuh perempuan.
Pakaian ini juga memberikan motif lukisan Dayak, yang diperkaya dengan manik-manik kayu dan bikian kering, menambahkan unsur estetika yang khas.
3. Teluk Belanga
Teluk Belanga merupakan pakaian adat Kalimantan Barat selanjutnya. Pakaian adat ini dikenal juga sebagai Telok Belanga yang digunakan laki-laki.
Pakaian ini biasanya dikenakan dalam acara-acara formal seperti upacara adat dan pernikahan.
Telok Belanga terbuat dari bahan satin yang sering berwarna kuning emas, warna yang secara tradisional dianggap mewakili kebesaran dan kejayaan kerajaan Melayu.
Warna dalam pakaian adat Melayu memiliki makna khusus, dengan kuning emas menjadi pilihan yang populer di kalangan suku ini.
Pakaian ini biasanya dipadukan dengan celana panjang dan sarung atau kain berornamen ingsang, yang dililitkan dari pinggang sampai lutut.
Sebagai aksesori, sering kali dikenakan songkok berwarna hitam untuk melengkapi penampilan.
4. Buang Kuureng
Jenis Buang Kuureng ada dua, yakni berlengan pendek (Kuurung Sapek Tangan) dan berlengan panjang (Langke Tangan).
Keduanya dikenakan perempuan suku Melayu dan memiliki perpaduan budaya Melayu dengan budaya Dayak, membuat desain unik.
5. King Kabo
Modifikasi King Baba yang masih memiliki ciri khas Suku Dayak. Terbuat dari kulit pohon yang dipadukan dengan kain sungkit Brunei Darussalam.
Ditambahkan aksesoris kepala dan mandau tradisional Kalimantan Barat
Keunikan Pakaian Adat Dayak
Baju adat suku Dayak memiliki sisi unik yang menarik, mulai dari karakteristik, nama, hingga sejarahnya.
Dari awalnya terbuat dari kulit kayu yang diolah sedemikian rupa, menjadi pakaian berbahan kain.
Kalau dulunya masyarakat suku Dayak memakai baju adat untuk sehari-hari, di masa sekarang pakaian ini hanya dikenakan untuk acara-acara tertentu saja, termasuk:
- Upacara adat
- Acara budaya
- Acara perkawinan
Nah, penasaran dengan keunikan dan perjalanan sejarah pakaian adat Kalimantan Barat khas suku Dayak ini?
Simak ulasan lengkapnya berikut.
1. Pakaian Adat Suku Dayak Zaman Dahulu
Pada mulanya, suku Dayak hanya mengenal dua jenis pakaian, yaitu king baba untuk laki-laki dan king bibinge untuk perempuan.
Kedua pakaian ini dibuat dengan mengolah kulit kayu menjadi lunak hingga menyerupai seperti bahan kain.
Kulit kayu yang sudah diproses itu disebut kapuo atau ampuro.
Konon, keterampilan mengolah kayu menjadi pakaian ini diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang suku Dayak, lho.
- King Baba
Pakaian adat Kalimantan Barat untuk kaum laki-laki suku Dayak disebut king baba.
Dalam bahasa Dayak, king berarti pakaian dan baba berarti laki-laki.
Pakaian ini terbuat dari kulit kayu dari tumbuhan endemik Kalimantan yang mengandung serat tinggi.
Untuk membuat king baba, kulit kayu dipukul-pukul menggunakan palu bulat di dalam air, sehingga hanya tertinggal seratnya saja.
Setelah lentur, bahan serat tersebut kemudian dijemur, dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak.
Pewarna yang digunakan berbahan alami yang diambil dari tumbuhan atau sumber alam lainnya.
Setelah itu, bahan serat tadi dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai rompi tanpa lengan, juga celana panjang.
Biasanya pakaian ini dikenakan bersama senjata bernama mandau dan sebuah perisai, seakan-akan hendak pergi berperang.
- King Bibinge
Pakaian adat suku Dayak untuk perempuan juga kurang lebih dibuat dengan cara dan bahan yang sama dengan pakaian adat kaum laki-laki.
Bedanya, bentuk pakaian perempuan lebih tertutup dan sopan, terdiri dari penutup dada, stagen dan bagian bawah berupa rok.
Aksesoris yang digunakan pun lebih bervariasi seperti kalung, manik-manik, ikat kepala dengan hiasan sehali bulu burung enggang.
Baik king baba dan king bibinge berbahan kulit kayu, sudah tidak pernah dibuat lagi semenjak orang-orang Dayak mulai mengenal kain.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.