30 Oktober 2023

7 Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter, Bisa Berdampak Negatif!

Apakah Moms dan Dads menerapkan pola asuh ini?
7 Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter, Bisa Berdampak Negatif!

Pola asuh otoriter adalah salah satu dari beberapa jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.

Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang cenderung ketat, dan dalam beberapa situasi, pendekatan ini mungkin tidak sesuai untuk setiap anak.

Pola asuh yang satu ini melibatkan kepatuhan, disiplin, dan kontrol daripada mengasuh anak.

Banyak orang tua menerapkan pola asuh otoriter karena dibesarkan dengan pola serupa atau merasa ini cara terbaik untuk menyiapkan anak menghadapi tantangan.

Tentu saja, pola asuh tersebut tidak dianjurkan, tetapi mungkin masih banyak orang tua yang melakukannya.

Oleh karena itu, para orang tua sebaiknya memahami pola asuh otoriter dan dampaknya bagi anak sehingga dapat menghindarinya.

Baca Juga: 12 Contoh Hukuman yang Mendidik untuk Anak, Tanpa Kekerasan!

Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter dicirikan oleh tuntutan yang tinggi dan responsivitas yang rendah.

Orang tua otoriter biasanya punya harapan tinggi terhadap anak, namun sering kurang memberi umpan balik positif atau pengasuhan yang hangat.

Daripada menghargai pengendalian diri dan mengajar anak-anak untuk mengelola perilaku mereka sendiri, orang tua otoriter berfokus pada kepatuhan terhadap otoritas.

Beberapa orang tua dengan pendekatan otoriter mungkin lebih sering memberikan umpan balik dalam bentuk hukuman untuk perilaku buruk daripada mengakui perilaku positif.

Lalu, apa saja kah ciri-ciri orang tua yang otoriter? Berikut yang perlu Moms dan Dads ketahui:

1. Terlalu Banyak Menuntut

Ilustrasi Pola Asuh Otoriter
Foto: Ilustrasi Pola Asuh Otoriter (Orami Photo Stock)

Salah satu ciri orang tua otoriter, yakni terlalu banyak menuntut pada anak.

Orang tua yang otoriter sering mengatur hampir seluruh aspek kehidupan dan perilaku anak mereka, baik di rumah maupun di depan umum.

Selain itu, orang tua otoriter juga memiliki banyak aturan tidak tertulis yang diharapkan dipatuhi oleh anak-anak.

Meski mungkin, anak-anak tidak menerima instruksi tentang aturan ini secara langsung.

Sebaliknya, anak-anak diharapkan untuk mengetahui bahwa aturan-aturan tersebut ada.

Baca Juga: 5 Cara Menerapkan Pola Asuh Positif pada Bayi agar Si Kecil Bahagia

2. Tidak Memberikan Kehangatan

Ada kesan bahwa beberapa orang tua otoriter mungkin kurang hangat atau jarang membangun kedekatan dengan anak-anak mereka.

Jika Moms dan Dads sering mengomel atau meneriaki anak ketimbang memberikan pujian, mungkin ini tanda orang tua yang otoriter.

Apabila demikian, Moms dan Dads sebaiknya berhenti dan cobalah untuk mencurahkan kasih sayang sebanyak mungkin pada anak.

Hal ini karena rasa cinta orang tua dapat menjadi salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang buah hati.

3. Menyikapi Kesalahan Anak dengan Hukuman

Pola Asuh Otoriter (Orami Photo Stock)
Foto: Pola Asuh Otoriter (Orami Photo Stock)

Ciri-ciri orang tua otoriter yang berikutnya, yakni sering kali menyikapi kesalahan anak dengan hukuman, bahkan kekerasan.

Meski sebenarnya, kesalahan tersebut bisa diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan.

Dibandingkan dengan sikap positif, orang tua yang otoriter biasanya akan bereaksi dengan cepat dan kasar ketika aturan dilanggar oleh anak-anak mereka.

Ada situasi di mana beberapa orang tua dengan gaya asuh otoriter mungkin menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendisiplinkan anak.

Baca Juga: 22 Cara Mendidik Anak di Era Digital, Orang Tua Wajib Tahu!

4. Tidak Mau Negosiasi dengan Anak

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pola asuh otoriter ini ditandai dengan banyak tuntutan terhadap anak.

Maka, orang tua sering kali tidak mau melakukan negosiasi dengan anak-anak mereka.

Orang tua memandang seluruh situasi baik dan benar sehingga hanya ada sedikit ruang, bahkan mungkin tidak ada ruang bagi anak untuk berkompromi.

Anak-anak pun tidak pernah dilibatkan dalam membuat aturan atau menentukan keputusan.

Mereka hanya dituntut untuk patuh dan apabila melanggar, orang tua tidak segan menghukumnya.

5. Tidak Percaya pada Anak

Ilustrasi Ibu Memarahi Anak
Foto: Ilustrasi Ibu Memarahi Anak (Foto: Shutterstock)

Ciri pola asuh otoriter lainnya adalah tidak percaya pada anak sehingga mereka tak dapat membuat pilihan.

Orang tua dengan gaya asuh ini tidak memberikan banyak kebebasan kepada anak-anaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dapat menunjukkan perilaku yang baik.

Orang tua otoriter pun cenderung mengarahkan anak-anak dan memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.

Meski sebenarnya, orang tua bisa membiarkan anak-anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi konsekuensi alami atas pilihan tersebut.


6. Kurangnya Komunikasi Terbuka

Pola asuh otoriter seringkali kurang menerapkan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak.

Anak-anak mungkin merasa takut atau tidak nyaman untuk berbicara dengan orangtua mereka tentang masalah pribadi atau perasaan mereka.

Pada akhirnya, anak lebih sering memendam apa yang mereka rasakan karena tidak mendapatkan kesempatan untuk membuka diri.

7. Peran Orangtua yang Mendominasi

Pola asuh otoriter selanjutnya adalah peran orang tua yang mendominasi.

Dalam pola asuh ini, peran orangtua cenderung dominan, dan anak-anak diharapkan untuk patuh tanpa banyak pertimbangan terhadap keinginan atau kebutuhan mereka sendiri.

Baca Juga: Moms dan Dads Wajib Tahu, Ini Dia 5 Manfaat Disiplin bagi Anak

Dampak Pola Asuh Otoriter pada Anak

Ilustrasi Anak Sedih (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Anak Sedih (Orami Photo Stock)

Apabila Moms dan Dads termasuk dalam salah satu ciri di atas, sebaiknya segera mengubah pola asuh anak ke arah yang lebih baik.

Pasalnya, pola asuh otoriter ini memiliki banyak dampak negatif pada anak. Berikut di antaranya:

  • Tingkat percaya diri yang rendah.
  • Kesulitan dalam situasi sosial karena kurangnya kemampuan sosial.
  • Anak-anak lebih mungkin untuk menunjukkan perilaku agresif di luar rumah.
  • Anak-anak cenderung tidak bisa menerima kegagalan.
  • Sulit menyesuaikan diri karena lebih berisiko menderita kecemasan dan depresi.
  • Bertindak takut atau terlalu malu di sekitar orang lain.
  • Memiliki harga diri yang lebih rendah.

Baca Juga: Perbedaan Sesak Napas dan Napas Pendek, Ini Kata Dokter!

Pola Asuh yang Sebaiknya Diterapkan

Setelah Moms dan Dads mengetahui pola asuh otoriter, ketahui juga bagaimana pola asuh yang sebaiknya diterapkan pada anak.

1. Memberikan Kasih Sayang

Keluarga Bahagia
Foto: Keluarga Bahagia (Orami Photo Stocks)

Alih-alih menerapkan pola asuh otoriter, Moms bisa memberikan cinta dan perhatian kepada anak.

Kedua aspek tersebut sangat penting dalam menerapkan pola asuh orang tua.

Ini akan membantu anak merasa dicintai, diterima, dan membentuk rasa percaya diri yang positif.

2. Konsisten

Konsistensi dalam memberlakukan aturan, batasan, dan tindakan disiplin adalah kunci untuk membantu anak memahami batasan dan menciptakan perasaan aman.

Orang tua juga perlu konsisten dalam memberikan pujian dan hukuman yang sesuai.

3. Memberikan Contoh yang Baik

Orang tua harus menjadi teladan yang baik dalam perilaku dan sikap.

Anak-anak sering meniru perilaku orang tua, oleh karena itu orang tua harus menunjukkan perilaku positif.

Membangun hubungan yang baik dengan orang lain membuat anak dapat mengikuti contoh yang baik.

4. Melibatkan Anak

Jika dalam pola asuh otoriter orang tua tidak menaruh kepercayaan ke anak, maka sebaiknya Moms mencoba untuk melibatkan anak dalam berbagai hal.

Ini akan membantu anak merasa nyaman, aman, dan terlibat dalam lingkungan sekitarnya.

5. Memberikan Kesempatan untuk Bermain dan Eksplorasi

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang lebih mendukung cenderung memiliki keterampilan emosional yang lebih baik.

Mereka memiliki kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka sendiri dan emosi orang lain.

Lalu, anak yang mendapat dukungan penuh dari orang tuanya cenderung memiliki hubungan interpersonal yang lebih baik dan prestasi akademik yang lebih tinggi.

Jadi, memberikan anak kesempatan untuk bermain dan mengeksplorasi akan membantu mereka mengembangkan keterampilan motorik, kognitif, dan sosial yang penting.

Baca Juga: Tanya Jawab dengan Dokter soal Pelekatan Menyusui yang Benar

Meskipun pengasuhan otoriter seringkali dikaitkan dengan dampak negatif, ada beberapa kemungkinan hasil positif bagi anak.

Misalnya, anak-anak mungkin akan mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar.

Karena omelan dan dorongan kuat terus-menerus yang dilakukan oleh orang tua, anak-anak mungkin juga akan selalu ingin berbuat baik.

Hal ini terjadi karena anak merasa takut akan hukuman atau konsekuensi yang buruk.

Namun, sebaiknya Moms dan Dads menghindari pola asuh otoriter ini karena lebih banyak dampak negatifnya pada anak.

Mari menjadi orang tua yang lebih bijak, Moms!

  • https://www.webmd.com/parenting/authoritarian-parenting-what-is-it#1
  • https://www.verywellmind.com/what-is-authoritarian-parenting-2794955

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb