
Foto: Orami Photo Stock
Foto: Orami Photo Stock
Setiap bulannya, setiap wanita akan mengalami siklus menstruasi.
Proses menstruasi terjadi ketika terdapat serangkaian perubahan pada tubuh dan organ reproduksi yang dipengaruhi oleh perubahan hormon.
Pada kondisi yang normal, wanita akan mengalami menstruasi setiap bulannya, dimulai dari masa pubertas hingga memasuki usia menopause.
Namun, pada beberapa kasus ditemukan juga menstruasi mengalami ketidakteraturan.
Lantas, bagaimana mengetahui siklus haid yang dialami setiap wanita normal atau tidak? Mari kenali lebih lanjut di bawah ini, Moms!
Baca Juga: Bolehkah Berenang Saat Haid? Ini Aturannya Menurut Ahli
Foto: Kalender Menstruasi (Orami Photo Stocks)
Siklus menstruasi adalah proses bulanan yang dialami oleh wanita dan tanda organ reproduksi bekerja dengan baik.
Pada setiap masa menstruasi, sel telur akan berkembang dan dilepaskan dari ovarium atau dikenal dengan ovulasi.
Terjadinya menstruasi pada wanita dipicu oleh adanya hormon estrogen, progesteron, perangsang folikel (FSH), dan hormon luteinizing (LH).
Di saat yang sama, lapisan rahim pun akan menebal untuk mempersiapkan kehamilan.
Jika sel telur yang lepas tak juga dibuahi, maka lapisan tersebut akan luruh dan keluar melalui vagina. Kondisi ini yang disebut menstruasi.
Sementara itu, bila sel telur tersebut berhasil dibuahi maka kehamilan bisa terjadi.
Adapun cara menghitung siklus menstruasi, mulailah mencatat siklus menstruasi bulanan di kalender.
Cara lain dengan melacak setiap tanggal mulai masa menstruasi untuk mengidentifikasi keteraturan periode menstruasi.
Bahkan, saat ini pun telah ditemukan banyak aplikasi penghitung menstruasi yang dapat mencatat siklus bulanan wanita.
Baca Juga: Muncul Lendir Bening Setelah Menstruasi, Wajarkah?
Foto: Ilustrasi Menstruasi Sehat (pexels.com/Cliff Booth)
“Mengetahui siklus menstruasi akan memperlihatkan perkiraan bahwa itu merupakan masa menstruasi subur atau tidak,” jelas Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, RS Pondok Indah - Pondok Indah.
Dikutip dari laman Allina Health, siklus menstruasi normal setiap orang bisa berubah seiring dengan bertambahnya usia. Berikut ini penjelasannya:
Rata-rata siklus menstruasi normal di usia ini berlangsung selama 28 hari. Ini jika dihitung dari hari pertama siklus hingga hari pertama siklus haid berikutnya.
Sebagian besar siklus menstruasi di usia 20-30 tahun terjadi dalam 21-45 hari. Dalam Allina Health menjelaskan, periode menstruasi akan berlangsung 2-7 hari.
Namun, Moms perlu memperhatikan beberapa tanda yang tidak wajar, seperti:
Melewatkan menstruasi juga bisa pertanda awal kehamilan atau disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Foto: Ilustrasi Menstruasi (Orami Photo Stocks)
Biasanya wanita akan mengalami menopause saat berusia 50-52 tahun. Namun, menopause dapat terjadi lebih awal pada beberapa wanita.
Nah, selama 10 tahun menjelang menopause, banyak wanita sering mengalami perubahan siklus menstruasi.
Siklus menstruasi normal rata-rata untuk wanita di usia akhir 30-40 tahun akan lebih pendek dengan perdarahan yang lebih banyak.
Selain itu, perhatikan juga beberapa tanda menopause dini, yaitu:
Ketika wanita mengalami penuaan ovarium, ovulasi sering terjadi lebih awal dalam siklus menstruasi.
"Periode mulai datang sedikit lebih awal, dan siklusnya menjadi lebih pendek, serta tidak teratur,” ujar Alan B. Copperman, Direktur divisi Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas di Mount Sinai Hospital.
Baca Juga: Menopause Dini, Cari Tahu Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya
Dokter Kanadi menjelaskan wanita dikatakan siklus menstruasi normal jika berlangsung selama 21- 35 hari. Namun, rata-rata waktu yang umum adalah 28 hari sekali.
Akan tetapi jika sudah lewat dari 1 minggu masih belum mengalami menstruasi, hal ini perlu dipertanyakan.
Siklus haid 18 hari dikatakan tidak normal karena di bawah batasan 21-35 hari dari siklus menstruasi yang umum.
Siklus haid yang di bawah 18 hari atau di atas 35 hari selama berturut-turut, perlu segera berkonsultasi dengan dokter kandungan.
Hal ini untuk mengetahui penyebab dan mencari solusi yang tepat dari siklus haid yang tidak teratur.
Foto: Olahraga (Orami Photo Stock)
Derasnya darah juga perlu diperhitungkan untuk mengenali siklus menstruasi wanita normal atau tidak.
Proses terjadinya menstruasi dan hormon estrogen dan progesteron yang berperan ini pun mempengaruhi aliran darah seseorang.
Misalnya dalam satu siklus menstruasi, biasanya sehari wanita mengganti pembalut sebanyak 3 kali, namun berubah menjadi 5 atau lebih.
"Maka hal ini perlu dipertanyakan dan dikonsultasikan,” terang Dr. dr. Kanadi Sumapraja.
Selain itu, menggunakan alat kontrasepsi tertentu, seperti memperpanjang masa pengendali kehamilan, berisiko mengubah siklus menstruasi wanita.
Baca Juga: Amankah Melakukan Masturbasi saat Haid? Ini Faktanya!
Foto: Siklus Menstruasi (Orami Photo Stocks)
Perlu Moms pahami, siklus menstruasi wanita dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
Penting bagi wanita untuk mengenali setiap fase tersebut, sebab ini dapat membantu memprediksi waktu menstruasi yang akan datang.
Hal ini juga berguna untuk mengetahui masa subur demi merencanakan kehamilan.
Berikut penjelasan tentang 4 fase menstruasi yang umumnya dialami oleh wanita:
Fase menstruasi adalah tahap pertama dari siklus menstruasi. Fase ini dimulai ketika sel telur yang dilepas oleh ovarium dari siklus sebelumnya tidak dibuahi.
Tidak terjadinya kehamilan membuat kadar hormon estrogen dan progesteron yang dimiliki wanita menurun.
Lapisan rahim yang menebal untuk mempersiapkan kehamilan pun tak lagi dibutuhkan.
Kondisi ini menyebabkan lapisan tersebut meluruh, lalu keluar lewat vagina sebagai kombinasi darah, lendir, dan jaringan dari rahim.
Ketika mengalami menstruasi, wanita dapat merasakan gejala-gejala, seperti:
Rata-rata wanita mengalami fase menstruasi ini selama 3 -7 hari. Namun, sebagian lainnya bisa saja memiliki periode yang lebih lama.
Sebelum menstruasi terjadi, ada pula kondisi yang dikenal sebagai fase proliferasi atau ketika hormon-hormon berperan untuk mendukung proses haid.
Fase proliferasi adalah ketika folikel dan hormon dalam tubuh bersiap untuk segera melepaskan sel telur.
Biasanya, fase proliferasi ini berlangsung selama 8 hari pada siklus menstruasi dengan rentang waktu 28 hari.
Baca Juga: Manfaat Daun Andong untuk Kesehatan, Bisa Obati Wasir dan Atasi Terlambat Haid
Siklus menstruasi pada fase folikuler dimulai pada hari pertama haid (terjadi tumpang tindih dengan fase menstruasi), dan berakhir ketika berovulasi.
Melansir National Library of Medicine, hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH).
Hormon ini dapat merangsang indung telur untuk menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut folikel.
Setiap folikel ini mengandung sel telur yang belum matang. Namun, hanya sel telur paling sehatlah yang pada akhirnya akan matang.
Akan tetapi, dalam kasus yang lebih jarang, seorang wanita bisa saja memiliki dua sel telur yang matang. Selanjutnya, sisa folikel tersebut akan diserap kembali ke dalam tubuh.
Folikel yang matang dapat memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim, sehingga tercipta kondisi yang kaya nutrisi bagi embrio untuk tumbuh.
Fase folikel ini rata-rata berlangsung selama 16 hari, namun dapat pula berkisar antara 11 - 27 hari.
Baca Juga: Berapa Lama Harus Mengganti Pembalut saat Menstruasi?
Meningkatnya kadar estrogen selama fase folikel memicu kelenjar pituitari melepas hormon luteinizing (LH).
Inilah awal terjadinya proses ovulasi, sebagai siklus menstruasi selanjutnya.
Ovulasi adalah proses ketika ovarium melepas sel telur yang matang. Sel telur pun bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma.
Fase ovulasi adalah satu-satunya waktu dalam siklus menstruasi yang memungkinkan wanita untuk hamil.
Ketika mengalami ovulasi, wanita dapat merasakan gejala-gejala berikut:
Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-14 jika memiliki siklus haid 28 hari (tepat di tengah siklus menstruasi).
Fase ini berlangsung sekitar 24 jam. Setelah sehari, sel telur pun akan mati atau larut jika tidak dibuahi.
Foto: Fase Menstruasi (Orami Photo Stocks)
Setelah folikel melepaskan sel telurnya, zat ini berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum dapat melepaskan hormon, terutama progesteron dan beberapa estrogen.
Peningkatan hormon ini membuat lapisan rahim menebal, dan siap untuk ditanami sel telur yang telah dibuahi.
Jika hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (HCG) yang dapat membantu menjaga korpus luteum maupun lapisan rahim tetap tebal.
Sementara, jika tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan diserap.
Hal ini menyebabkan penurunan kadar estrogen dan progesteron yang memicu menstruasi.
Pada siklus menstruasi ini, wanita yang tidak hamil mengalami gejala sindrom premenstruasi (PMS), seperti:
Fase luteal berlangsung selama 11 - 17 hari, umumnya terjadi selama 14 hari. Pada fase ini, hormon progesteron diproduksi, memuncak, dan kemudian turun kembali.
Baca Juga: 5 Bahaya Berhubungan saat Haid, Salah Satunya Memicu Infeksi!
Foto: Nyeri Haid (greatist.com)
Rasa nyeri yang dialami selama fase ovulasi cukup umum dan normal terjadi pada setiap wanita.
Dilansir dari Healthline, 40% wanita yang yang berada dalam fase ovulasi merasakan ketidaknyamanan di sekitar di tengah-tengah siklus menstruasi.
Rasa sakit biasanya dapat terjadi setiap bulan. Rasa sakit akan timbul dari sisi kiri atau kanan perut bagian bawah, tergantung pada ovarium mana yang melepaskan sel telur pada bulan tersebut.
Rasa nyerinya dapat terasa ringan hingga parah, yang memicu tubuh menjadi pegal, hingga kram.
Sering kali, rasa nyeri yang luar biasa dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:
Jika mengalami rasa sakit yang tak tertahankan, segerelah lakukan pemeriksaan ke dokter.
Baca Juga: Apakah Penyakit Fibroid Rahim Berbahaya? Ketahui Penjelasannya Berikut Ini!
Foto: Nyeri saat Menstruasi (Orami Photo Stocks)
Sebagian wanita dapat mengalami siklus menstruasi yang tidak biasa.
Konsultasikan pada dokter jika mengalami satu atau lebih dari beberapa hal berikut:
Haid berhenti selama lebih dari 90 hari padahal tidak hamil adalah hal yang tidak wajar.
Siklus menstruasi pun jadi tidak menentu padahal sebelumnya teratur. Waspadai juga apabila mengalami pendarahan lebih dari 7 hari.
Mengalami pendarahan yang lebih berat dari biasanya bisa menghabiskan satu pembalut setiap 2 jam.
Siklus menstruasi kurang dari 18 hari adalah hal yang tidak normal dan perlu konsultasi dan melakukan pemeriksaan ke dokter.
Ini biasanya diikuti dengan mengalami pendarahan di antara periode menstruasi.
Beberapa gejala yang bisa terjadi adalah tiba-tiba demam dan merasa sakit saat menstruasi.
Baca Juga: Mengejutkan! Cari Tahu 12 Manfaat Menstruasi untuk Wanita
Foto: Berkonsultasi dengan Dokter (Orami Photo Stocks)
Ketidakseimbangan hormon sering menjadi alasan seorang wanita alami siklus menstruasi tidak lancar.
Sebenarnya, penyebab yang mendasari bisa berbeda-beda pada setiap orang. Semua bisa tergantung pada gaya hidup dan kondisi medis.
"Salah satu penyebabnya bisa karena olahraga yang terlalu berat dan diet yang ekstrem,” ujar Dr. Amy Autry, profesor klinis ilmu kebidanan dari San Francisco.
Kondisi atau tanda-tanda di atas tersebut dapat terjadi karena berbagai hal lain, seperti:
Baca Juga: 10 Cara Meredakan Nyeri Haid dengan Ampuh dan Efektif
Pada sebagian wanita, penggunaan pil KB juga dapat membuat siklus menstruasi tidak normal.
Wanita yang mengalami kegagalan ovarium prematur juga bisa jadi penyebab mengalami siklus menstruasi yang tidak lancar.
Kegagalan ovarium prematur mengacu pada hilangnya fungsi ovarium normal sebelum usia 40 tahun.
Selalu bicarakan pada dokter jika Moms merasa siklus menstruasi yang tak biasa. Dokter akan mencari tahu penyebab dan menentukan penanganan yang tepat.
Itulah hal-hal penting yang perlu dipahami tentang siklus menstruasi.
Ingatlah untuk selalu mencatat dan menghitung siklus menstruasi yang normal, ya, Moms!
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.