Masa Ovulasi: Siklus, Gejala, dan Fakta Seputarnya
Banyak mitos dan fakta seputar ovulasi yang sering membingungkan perempuan.
Ovulasi merupakan masa ideal untuk hamil, yaitu ketika sel telur matang dilepaskan dan siap dibuahi.
Agar tidak terjebak dalam mitos, penting bagi Moms untuk memahami fakta sebenarnya. Apa saja fakta tentang ovulasi?
Berikut ini rangkumannya, disimak ya, Moms!
Gejala Ovulasi
Ovulasi yang akan datang dapat menyebabkan peningkatan keputihan.
Selain itu, ada pula gejala ovulasi lainnya dilansir melalui Healthline, seperti:
- Pendarahan ringan atau bercak
- Kelembutan payudara
- Dorongan seksual meningkat
- Nyeri ovarium yang ditandai dengan ketidaknyamanan atau nyeri di satu sisi perut, juga disebut mittelschmerz
Tidak semua orang mengalami gejala ovulasi, sehingga tanda-tanda ini dianggap sekunder dalam melacak kesuburan, ya, Moms.
Ciri Lain Saat Memasuki Masa Ovulasi
Ciri fisik ovulasi ditandai dengan lendir elastis dari vagina sebagai tanda masa subur.
Cara paling akurat memastikan ovulasi adalah dengan USG atau tes darah hormonal.
Moms juga bisa memantau suhu tubuh basal, yang sebelum ovulasi berkisar 36,1-36,4°C dan meningkat menjadi 36,4-37°C saat ovulasi.
Penelitian dari Medical News Today menunjukkan bahwa indera penciuman lebih sensitif, dan Moms terlihat lebih menarik di mata pasangan saat ovulasi.
Siklus Ovulasi
Rata-rata siklus menstruasi perempuan adalah 28 hari, tapi siklus normalnya antara 22-36 hari.
Ovulasi normalnya terjadi dua minggu sebelum siklus menstruasi.
Jadi, jika siklus menstruasi Moms 28 hari, ovulasi bisa terjadi sekitar hari ke-14.
Hormon yang disebut luteinizing hormone (LH) akan melonjak, memicu pelepasan sel telur atau ovum yang paling matang.
Mengutip WebMD, pada saat yang sama, lendir serviks akan menjadi lebih licin untuk membantu sperma menuju ovum.
Ovulasi dan Kesuburan
Enam hari sebelum dan saat ovulasi disebut "jendela subur," di mana hubungan seksual berpotensi menyebabkan kehamilan.
Sperma dapat bertahan di saluran tuba selama beberapa hari, menunggu sel telur yang dilepaskan.
Setelah berada di saluran tuba, sel telur hanya hidup sekitar 24 jam sebelum masa subur berakhir.
Fakta tentang Ovulasi
Berikut fakta yang perlu Moms ketahui.
1. Masa Hidup Sel Telur saat Ovulasi
Pada masa ovulasi, sel telur akan hidup selama 24 jam setelah meninggalkan ovarium.
Jadi, ketika Moms melakukan seks di hari ovulasi, kemungkinan untuk dibuahi dan hamil sangat besar.
Jika proses pembuahan tidak terjadi dalam waktu 24 jam setelah sel telur meninggalkan ovarium, sel telur akan luruh.
Sperma dapat hidup selama sekitar 3-5 hari.
Jadi, mengetahui kapan Moms berovulasi dapat membantu Moms dan pasangan merencanakan kehamilan.
Bila sel telur tidak dibuahi oleh sperma selama masa ovulasi, sel telur akan hancur dan diserap dinding rahim atau luruh bersama menstruasi.
2. Seks sebelum Ovulasi Dapat Perbesar Peluang Hamil
Ide bagus untuk melakukan seks rutin beberapa hari sebelum ovulasi jika Moms sedang merencanakan kehamilan.
Karena sekitar 2-4 hari sebelum berovulasi adalah waktu paling subur.
Dari 400 sperma yang bisa melewati vagina, masuk ke rahim, dan naik ke tuba falopi di mana sel telur berada, hanya 1 sperma yang bisa menembus lapisan luar telur.
3. Masa Ovulasi Dapat Menyebabkan Stres dan Nyeri
Nyeri ovulasi bisa dirasakan oleh beberapa perempuan.
Bahkan bisa juga disertai dengan stres.
Jadi, jika Moms sedang merencanakan kehamilan, akan sangat baik untuk menghindari stres lain.
Meskipun banyak perempuan tidak mengalami tanda fisik saat mengalami ovulasi, 1 dari 5 perempuan mengalami nyeri di perut bagian bawah.
Baca Juga: Hati-hati! Ini 3 Jenis Makanan yang Dapat Mengancam Kesuburan
Jika Moms sedang program hamil dan ingin mengecek tanggal ovulasi agar peluang kehamilannya tinggi, yuk cari tahu dengan Kalkulator Masa Subur di Orami App.
4. Bisa Menstruasi Tanpa Mengalami Ovulasi
Moms bisa menstruasi meskipun tidak mengalami ovulasi. Sebaliknya, Moms juga bisa mengalami ovulasi meskipun tidak menstruasi.
Beberapa perempuan mengalami pendarahan saat sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim. Kondisi ini kadang disalahartikan sebagai menstruasi.
5. Pengaruh Hormon Saat Ovulasi
Ovulasi terjadi karena 2 hormon berbeda, yakni luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH).
Kedua hormon ini memicu produksi kantong-kantong di ovarium.
Setiap bulannya, 1 kantong akan membesar dan memproduksi telur. Biasanya hanya 1 telur yang dilepaskan untuk setiap siklus.
Kantong ini juga yang akan mulai memproduksi estrogen. Estrogen akan memberi tanda kepada tubuh untuk menebalkan dinding rahim untuk persiapan penempelan telur.
Saat dilepaskan di masa ovulasi, ukuran sel telur lebih kecil dari kepala jarum pentul.
Langsung setelah sel telur dikeluarkan, kantongnya akan memproduksi progesteron yang akan mencegah pelepasan sel telur lain pada siklus ini.
Sifat progesteron yang mencegah pelepasan telur ini kemudian diaplikasikan pada pil KB untuk mencegah kehamilan.
6. Ovulasi Meningkatkan Gairah Seks
Membahas tentang tanda-tanda ovulasi, tubuh Moms biasanya akan menunjukkan beberapa tanda peningkatan kesuburan saat ovulasi mendekat.
Ini akan memengaruhi keinginan Moms untuk melakukan hubungan seks, sehingga menjadi saat yang tepat untuk melakukannya.
Terutama, jika ingin potensi untuk hamil tinggi.
Moms dapat menggunakan tes prediktor ovulasi untuk membantu menentukan hari paling subur sebelum melakukan hubungan seks.
Beberapa penelitian menemukan ini dapat membantu Moms hamil lebih cepat.
7. Berovulasi Bisa Lebih dari Satu Kali
Perempuan bisa berovulasi lebih dari sekali dalam satu siklus.
Studi tahun 2003 yang dikutip Healthline menemukan potensi ovulasi 2-3 kali dalam satu siklus.
Selain itu, beberapa perempuan mungkin melepaskan banyak telur dalam satu ovulasi.
Hal ini baik secara alami maupun dengan bantuan reproduksi, yang bisa menghasilkan kelahiran bayi kembar fraternal jika keduanya dibuahi.
Bagaimana Jika Siklus Ovulasi Tidak Teratur?
Jika Moms rutin melacak ovulasi dan mendapati tidak berovulasi secara teratur atau sama sekali, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Selain faktor stres dan pola makan yang memengaruhi ovulasi, kondisi medis seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau amenore juga bisa menjadi penyebab.
Kondisi ini sering disertai gejala ketidakseimbangan hormon, seperti tumbuhnya rambut berlebih, jerawat, dan masalah kesuburan.
Untuk hasil akurat, cek kehamilan dengan test pack mendekati periode menstruasi. Disarankan berhubungan setiap hari saat ovulasi.
Konsultasikan dengan dokter jika belum hamil setelah 1 tahun, atau lebih cepat jika usia di atas 35 tahun.
Semoga informasi ini membantu program hamilnya, ya, Moms!
- https://www.healthline.com/health/womens-health/what-is-ovulation#if-you-arent-ovulating
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/150870
- https://www.webmd.com/baby/ss/slideshow-understanding-fertility-ovulation
- https://www.verywellfamily.com/things-you-may-not-know-but-should-about-ovulation-1960238
- https://tnfertility.com/2019/07/everything-you-need-to-know-about-ovulation/
- https://www.healthline.com/health/pregnancy/shettles-method#takeaway
- https://www.yourfertility.org.au/everyone/timing
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.