22 Oktober 2024

14 Fakta Ovulasi Penting untuk Diketahui Perempuan!

Penting diketahui oleh Moms yang sedang program hamil
14 Fakta Ovulasi Penting untuk Diketahui Perempuan!

Foto: Istock.com

Banyak mitos dan fakta seputar ovulasi yang sering membingungkan perempuan.

Ovulasi merupakan masa ideal untuk hamil, yaitu ketika sel telur matang dilepaskan dan siap dibuahi.

Agar tidak terjebak dalam mitos, penting bagi Moms untuk memahami fakta sebenarnya. Apa saja fakta tentang ovulasi?

Berikut ini rangkumannya, disimak ya, Moms!

Baca Juga: Mengenal Tanda Ovulasi Gagal dan Pembuahan Gagal

Fakta tentang Ovulasi

Ovulasi
Foto: Ovulasi (Orami Photo Stock)

Berikut fakta yang perlu Moms ketahui.

1. Siklus Ovulasi

Rata-rata siklus menstruasi perempuan adalah 28 hari, tapi siklus normalnya antara 22-36 hari.

Ovulasi normalnya terjadi dua minggu sebelum siklus menstruasi.

Jadi, jika siklus menstruasi Moms 28 hari, ovulasi bisa terjadi sekitar hari ke-14.

Hormon yang disebut luteinizing hormone (LH) akan melonjak, memicu pelepasan sel telur atau ovum yang paling matang.

Mengutip WebMD, pada saat yang sama, lendir serviks akan menjadi lebih licin untuk membantu sperma menuju ovum.

2. Masa Hidup Sel Telur

Pada masa ovulasi, sel telur akan hidup selama 24 jam setelah meninggalkan ovarium.

Jadi, ketika Moms melakukan seks di hari ovulasi, kemungkinan untuk dibuahi dan hamil sangat besar.

Jika pembuahan tidak terjadi dalam waktu 24 jam setelah sel telur meninggalkan ovarium, sel telur akan luruh.

Sperma dapat hidup selama sekitar 3-5 hari.

Jadi, mengetahui kapan Moms berovulasi dapat membantu Moms dan pasangan merencanakan kehamilan.

Bila sel telur tidak dibuahi oleh sperma selama masa ovulasi, sel telur akan hancur dan diserap dinding rahim atau luruh bersama menstruasi.

Baca Juga: 5 Perbedaan Keputihan Mau Haid dan Hamil, Cari Tahu Moms!

3. Seks sebelum Ovulasi

Banyak penelitian menemukan bahwa sperma bisa hidup hingga 5 hari.

Oleh karena itu, ide bagus untuk melakukan seks rutin beberapa hari sebelum ovulasi jika Moms sedang merencanakan kehamilan.

Idealnya, Moms pasti ingin sperma siap dan menunggu sel telur.

Inilah sebabnya mengapa sebagian besar tanda-tanda ovulasi muncul pada hari-hari sebelum sel telur dilepaskan.

Sekitar 2-4 hari sebelum berovulasi adalah waktu paling subur.

Dari 400 sperma yang bisa melewati vagina, masuk ke rahim, dan naik ke tuba falopi di mana sel telur berada, hanya 1 sperma yang bisa menembus lapisan luar telur.

4. Menyebabkan Stres dan Nyeri

Ovulasi bisa memberikan dampak berbeda pada setiap orang, termasuk stres dan rasa nyeri.

Jadi, jika Moms sedang merencanakan kehamilan, akan sangat baik untuk menghindari stres lain.

Meskipun banyak perempuan tidak mengalami tanda fisik saat mengalami ovulasi, 1 dari 5 perempuan mengalami nyeri di perut bagian bawah.

5. Gejala Ovulasi

Ovulasi
Foto: Ovulasi (Orami Photo Stocks)

Ovulasi yang akan datang dapat menyebabkan peningkatan keputihan.

Selain itu, ada pula gejala ovulasi lainnya dilansir melalui Healthline, seperti:

  • Pendarahan ringan atau bercak
  • Kelembutan payudara
  • Dorongan seksual meningkat
  • Nyeri ovarium yang ditandai dengan ketidaknyamanan atau nyeri di satu sisi perut, juga disebut mittelschmerz

Tidak semua orang mengalami gejala ovulasi, sehingga tanda-tanda ini dianggap sekunder dalam melacak kesuburan, ya, Moms.

Baca Juga: Nyeri Ovulasi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi

6. Menentukan Jenis Kelamin

Metode Shettles, dikembangkan sejak 1960-an oleh Dr. Landrum B. Shettles, mempelajari tentang:

  • Sperma
  • Waktu hubungan seksual
  • Posisi, dan pH tubuh untuk melihat faktor yang memengaruhi sperma mana yang lebih dulu mencapai sel telur.

Jenis kelamin bayi ditentukan saat sperma bertemu sel telur: kromosom Y menghasilkan anak laki-laki, sementara kromosom X menghasilkan anak perempuan.

Namun, belum ada metode pasti apakah ovulasi dapat menentukan jenis kelamin bayi, ya, Moms.

7. Sel Telur pada Perempuan

Setiap perempuan lahir dengan sekitar 2 juta sel telur, tetapi hanya 300-500 yang matang seumur hidup.

Saat pubertas, jumlah telur turun menjadi 500.000, dan seiring bertambahnya usia, kualitas genetiknya menurun.

Hormon hCG diproduksi ketika sel telur yang dibuahi menempel di dinding rahim, yang membutuhkan beberapa hari setelah pembuahan.

Itulah sebabnya wanita yang hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami:

  • Keguguran
  • Memiliki janin dengan bawaan penyakit
  • Kelainan genetik pada janin
  • Kemandulan

Baca Juga: Hati-hati! Ini 3 Jenis Makanan yang Dapat Mengancam Kesuburan

Jika Moms sedang program hamil dan ingin mengecek tanggal ovulasi agar peluang kehamilannya tinggi, yuk cari tahu dengan Kalkulator Masa Subur di Orami App.


8. Menstruasi saat Tidak Ovulasi

Ovulasi
Foto: Ovulasi (Freepik.com)

Moms bisa menstruasi meskipun tidak mengalami ovulasi. Sebaliknya, Moms juga bisa mengalami ovulasi meskipun tidak menstruasi.

Beberapa perempuan mengalami pendarahan saat sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim. Kondisi ini kadang disalahartikan sebagai menstruasi.

9. Pengaruh Hormon Saat Ovulasi

Ovulasi terjadi karena 2 hormon berbeda, yakni luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH).

Kedua hormon ini memicu produksi kantong-kantong di ovarium.

Setiap bulannya, 1 kantong akan membesar dan memproduksi telur. Biasanya hanya 1 telur yang dilepaskan untuk setiap siklus.

Kantong ini juga yang akan mulai memproduksi estrogen. Estrogen akan memberi tanda kepada tubuh untuk menebalkan dinding rahim untuk persiapan penempelan telur.

Saat dilepaskan di masa ovulasi, ukuran sel telur lebih kecil dari kepala jarum pentul.

Langsung setelah sel telur dikeluarkan, kantongnya akan memproduksi progesteron yang akan mencegah pelepasan sel telur lain pada siklus ini.

Sifat progesteron yang mencegah pelepasan telur ini kemudian diaplikasikan pada pil KB untuk mencegah kehamilan.

Baca Juga: 10 Faktor Penyebab Keluar Darah saat Ovulasi, Cari Tahu Yuk!

10. Ciri Lain Saat Memasuki Masa Ovulasi

Ciri fisik ovulasi ditandai dengan lendir elastis dari vagina sebagai tanda masa subur.

Cara paling akurat memastikan ovulasi adalah dengan USG atau tes darah hormonal.

Moms juga bisa memantau suhu tubuh basal, yang sebelum ovulasi berkisar 36,1-36,4°C dan meningkat menjadi 36,4-37°C saat ovulasi.

Penelitian dari Medical News Today menunjukkan bahwa indera penciuman lebih sensitif, dan Moms terlihat lebih menarik di mata pasangan saat ovulasi.

11. Ovulasi Meningkatkan Gairah Seks

Membahas tentang tanda-tanda ovulasi, tubuh Moms biasanya akan menunjukkan beberapa tanda peningkatan kesuburan saat ovulasi mendekat.

Ini akan memengaruhi keinginan Moms untuk melakukan hubungan seks, sehingga menjadi saat yang tepat untuk melakukannya.

Terutama, jika ingin potensi untuk hamil tinggi.

Moms dapat menggunakan tes prediktor ovulasi untuk membantu menentukan hari paling subur sebelum melakukan hubungan seks.

Beberapa penelitian menemukan ini dapat membantu Moms hamil lebih cepat.

12. Berovulasi Lebih dari Satu Kali

Ovulasi
Foto: Ovulasi (Freepik.com)

Perempuan bisa berovulasi lebih dari sekali dalam satu siklus.

Studi tahun 2003 yang dikutip Healthline menemukan potensi ovulasi 2-3 kali dalam satu siklus.

Selain itu, beberapa perempuan mungkin melepaskan banyak telur dalam satu ovulasi.

Hal ini baik secara alami maupun dengan bantuan reproduksi, yang bisa menghasilkan kelahiran bayi kembar fraternal jika keduanya dibuahi.

13. Ada yang Dinamakan"Jendela Subur"

Enam hari sebelum dan saat ovulasi disebut "jendela subur," di mana hubungan seksual berpotensi menyebabkan kehamilan.

Sperma dapat bertahan di saluran tuba selama beberapa hari, menunggu sel telur yang dilepaskan.

Setelah berada di saluran tuba, sel telur hanya hidup sekitar 24 jam sebelum masa subur berakhir.

14. Bagaimana Jika Siklus Ovulasi Tidak Teratur?

Ovulasi
Foto: Ovulasi (Coach.nine.com.au)

Jika Moms rutin melacak ovulasi dan mendapati tidak berovulasi secara teratur atau sama sekali, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

Selain faktor stres dan pola makan yang memengaruhi ovulasi, kondisi medis seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau amenore juga bisa menjadi penyebab.

Kondisi ini sering disertai gejala ketidakseimbangan hormon, seperti tumbuhnya rambut berlebih, jerawat, dan masalah kesuburan.

Baca Juga: 8 Jenis Buah yang Bagus untuk Sperma dan Kesuburan Pria

Untuk hasil akurat, cek kehamilan dengan test pack mendekati periode menstruasi. Disarankan berhubungan setiap hari saat ovulasi.

Konsultasikan dengan dokter jika belum hamil setelah 1 tahun, atau lebih cepat jika usia di atas 35 tahun.

Semoga informasi ini membantu program hamilnya, ya, Moms!

  • https://www.healthline.com/health/womens-health/what-is-ovulation#if-you-arent-ovulating
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/150870
  • https://www.webmd.com/baby/ss/slideshow-understanding-fertility-ovulation
  • https://www.verywellfamily.com/things-you-may-not-know-but-should-about-ovulation-1960238
  • https://tnfertility.com/2019/07/everything-you-need-to-know-about-ovulation/
  • https://www.healthline.com/health/pregnancy/shettles-method#takeaway
  • https://www.yourfertility.org.au/everyone/timing

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.