20 Juli 2023

Siklus Menstruasi Normal pada Wanita, Moms Wajib Tahu!

Pastikan Moms tidak alami tanda menstruasi yang abnormal
Siklus Menstruasi Normal pada Wanita, Moms Wajib Tahu!

Fase-Fase Siklus Menstruasi Wanita

Siklus Menstruasi
Foto: Siklus Menstruasi (Orami Photo Stocks)

Perlu Moms pahami, siklus menstruasi wanita dibagi ke dalam empat fase, yaitu:

  • Fase menstruasi.
  • Fase folikuler.
  • Fase ovulasi.
  • Fase luteal.

Penting bagi wanita untuk mengenali setiap fase tersebut, sebab ini dapat membantu memprediksi waktu menstruasi yang akan datang.

Hal ini juga berguna untuk mengetahui masa subur demi merencanakan kehamilan.

Berikut penjelasan tentang 4 fase menstruasi yang umumnya dialami oleh wanita:

1. Fase Menstruasi

Fase menstruasi adalah tahap pertama dari siklus menstruasi. Fase ini dimulai ketika sel telur yang dilepas oleh ovarium dari siklus sebelumnya tidak dibuahi.

Tidak terjadinya kehamilan membuat kadar hormon estrogen dan progesteron yang dimiliki wanita menurun.

Lapisan rahim yang menebal untuk mempersiapkan kehamilan pun tak lagi dibutuhkan.

Kondisi ini menyebabkan lapisan tersebut meluruh, lalu keluar lewat vagina sebagai kombinasi darah, lendir, dan jaringan dari rahim.

Ketika mengalami menstruasi, wanita dapat merasakan gejala-gejala, seperti:

  • Kram perut.
  • Payudara terasa kencang.
  • Kembung.
  • Perubahan suasana hati.
  • Nyeri punggung bawah.

Rata-rata wanita mengalami fase menstruasi ini selama 3 -7 hari. Namun, sebagian lainnya bisa saja memiliki periode yang lebih lama.

Sebelum menstruasi terjadi, ada pula kondisi yang dikenal sebagai fase proliferasi atau ketika hormon-hormon berperan untuk mendukung proses haid.

Fase proliferasi adalah ketika folikel dan hormon dalam tubuh bersiap untuk segera melepaskan sel telur.

Biasanya, fase proliferasi ini berlangsung selama 8 hari pada siklus menstruasi dengan rentang waktu 28 hari.

Baca Juga: Manfaat Daun Andong untuk Kesehatan, Bisa Obati Wasir dan Atasi Terlambat Haid

2. Fase Folikuler

Siklus menstruasi pada fase folikuler dimulai pada hari pertama haid (terjadi tumpang tindih dengan fase menstruasi), dan berakhir ketika berovulasi.

Melansir National Library of Medicine, hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH).

Hormon ini dapat merangsang indung telur untuk menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut folikel.

Setiap folikel ini mengandung sel telur yang belum matang. Namun, hanya sel telur paling sehatlah yang pada akhirnya akan matang.

Akan tetapi, dalam kasus yang lebih jarang, seorang wanita bisa saja memiliki dua sel telur yang matang. Selanjutnya, sisa folikel tersebut akan diserap kembali ke dalam tubuh.

Folikel yang matang dapat memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim, sehingga tercipta kondisi yang kaya nutrisi bagi embrio untuk tumbuh.

Fase folikel ini rata-rata berlangsung selama 16 hari, namun dapat pula berkisar antara 11 - 27 hari.

Baca Juga: 5 Tanda Bahaya Masa Nifas yang Tak Boleh Disepelekan

3. Fase Ovulasi

Meningkatnya kadar estrogen selama fase folikel memicu kelenjar pituitari melepas hormon luteinizing (LH).

Inilah awal terjadinya proses ovulasi, sebagai siklus menstruasi selanjutnya.

Ovulasi adalah proses ketika ovarium melepas sel telur yang matang. Sel telur pun bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma.

Fase ovulasi adalah satu-satunya waktu dalam siklus menstruasi yang memungkinkan wanita untuk hamil.

Ketika mengalami ovulasi, wanita dapat merasakan gejala-gejala berikut:

Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-14 jika memiliki siklus haid 28 hari (tepat di tengah siklus menstruasi).

Fase ini berlangsung sekitar 24 jam. Setelah sehari, sel telur pun akan mati atau larut jika tidak dibuahi.

4. Fase Luteal

Fase Menstruasi
Foto: Fase Menstruasi (Orami Photo Stocks)

Setelah folikel melepaskan sel telurnya, zat ini berubah menjadi korpus luteum.

Korpus luteum dapat melepaskan hormon, terutama progesteron dan beberapa estrogen.

Peningkatan hormon ini membuat lapisan rahim menebal, dan siap untuk ditanami sel telur yang telah dibuahi.

Jika hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (HCG) yang dapat membantu menjaga korpus luteum maupun lapisan rahim tetap tebal.

Sementara, jika tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan diserap.

Hal ini menyebabkan penurunan kadar estrogen dan progesteron yang memicu menstruasi.

Pada siklus menstruasi ini, wanita yang tidak hamil mengalami gejala sindrom premenstruasi (PMS), seperti:

Fase luteal berlangsung selama 11 - 17 hari, umumnya terjadi selama 14 hari.

Pada fase ini, hormon progesteron diproduksi, memuncak, dan kemudian turun kembali.

Baca Juga: 5 Bahaya Berhubungan saat Haid, Salah Satunya Memicu Infeksi

Rasa nyeri yang dialami selama fase ovulasi cukup umum dan normal terjadi pada setiap wanita.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb