
Cephalohematoma atau yang dikenal juga dengan CH, merupakan kondisi cedera yang disebabkan oleh trauma atau tekanan pada kepala saat persalinan.
Mudahnya, kondisi ini merupakan akumulasi atau penumpukan darah yang terjadi di antara tengkorak dan kulit kepala bayi.
Melansir dari WebMD, meskipun terjadi di kepala, CH tidak berisiko memengaruhi otak bayi karena tekanan ini terjadi di bawah tulang tengkorak.
Sehingga, Moms tidak perlu cemas sebab otak bayi tidak berisiko mengalami tekanan. Hal ini juga dijelaskan oleh dr. A.A.A. Putu Indah Pratiwi, Sp.A, Dokter Spesialis Anak, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
"Cephalohematoma dan caput succedaneum adalah lesi di kepala (bukan proses di otak) yang terjadi karena trauma di jalan lahir. Tampilannya seperti ada benjolan di salah satu sisi kepala bayi yang baru lahir," jelas dr. Putu.
Melansir dari artikel jurnal Cephalohematoma, kondisi ini terbilang tidak terlalu parah atau merupakan kondisi minor yang terjadi selama proses kelahiran.
Tekanan yang terjadi pada kepala janin menyebabkan pembuluh darah pecah terlebih ketika kepala bayi ditekan ke panggul ibu selama persalinan.
Yuk, Moms kenali lebih jauh mengenai cepalhematoma di sini.
Baca Juga: 6 Penyebab Berbahaya Pembuluh Darah Pecah, Bisa Renggut Nyawa!
Foto: cephalhematoma (www.what-when-how.com)
Foto cephalohematoma (Sumber: what-when-how.com)
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, cephalohematoma biasanya terjadi selama proses persalinan. Namun kondisi ini dapat terjadi berjam-jam hingga berhari-hari setelah Si Kecil lahir.
Tekanan kuat atau trauma pada kepala bayi selama persalinan dapat menyebabkan pembuluh darah halus di kulit menjadi robek sehingga mengakibatkan cephalohematoma.
Namun penyebab pasti dari trauma kepala saat melahirkan bisa bermacam-macam dan tidak selalu terjadi akibat tekanan selama proses melahirkan.
Penyebab kondisi ini yang mungkin terjadi berupa.
Penyebab ini merupakan yang paling umum terjadi dan sering ditemukan. Ketika Si Kecil melewati jalan lahir, kepalanya berisiko terbentur oleh panggul ibu.
Ketika hal ini terjadi, kekuatan dari kontraksi akan terus mendorong kepala Si Kecil sampai menemukan jalan keluar selama proses persalinan.
Baca Juga: Cara Mengatasi Masalah Psikologi Menjelang Persalinan
Penyebab ini juga kerap ditemukan di sejumlah kasus. Trauma kepala saat melahirkan juga bisa diakibatkan dari penggunaan alat bantu kelahiran seperti ekstraktor vakum dan forsep obstetrik.
Kedua alat ini berguna ketika kontraksi rahim pada ibu tidak cukup untuk mendorong bayi keluar melalui jalan lahir. Alat ini digunakan untuk mencengkram kepala bayi.
Sayangnya kekuatan dari cengkraman alat ini masih bisa berisiko memcahkan pembuluh darah di kepala bayi.
Foto: Apakah Obesitas Mempengaruhi Otak Bayi -1.jpg
Foto bayi berukuran besar (Sumber: Orami Photo Stock)
Kondisi cephalohematoma atau trauma jalan lahir biasanya terjadi pada sekitar 2 persen bayi yang lahir secara normal atau pervaginam dan 1,1 persennya terjadi pada bayi yang lahir melalui bedah caesar.
Melansir dari Healthline, Moms yang mengalami proses persalinan yang lama lebih berisiko berdampak pada trauma kepala pada Si Kecil.
Sebab proses persalinan yang lama, memungkinkan dokter untuk menggunakan alat bantu guna mempermudah persalinan dan mempercepat prosesnya.
Beberapa risiko lainnya bisa berupa, berikut ini.
dr. Putu juga menjelaskan ada faktor risiko lainnya seperti ibu yang mengalami berat badan berlebih atau kelainan bentuk panggul
"Trauma lahir ini berisiko terjadi pada bayi-bayi besar (berat lahir bayi di atas 4 kilogram), ibu yang mengalami berat badan berlebih, posisi bayi sungsang, persalinan yang dibantu alat seperti divakum atau dengan forsep, atau apabila ada kelainan di bentuk panggul ibu, misalnya panggul yang terlalu sempit," tambah dr. Putu.
Baca Juga: Benjol di Kepala Bayi Bikin Panik, Simak Penjelasannya di Sini!
Foto: Caput Succedaneum vs Cephalohematoma (https://quizlet.com/448802966/ob-exam-3-flash-cards/)
Foto Caput Succedaneum vs Cephalohematoma (Sumber: quizlet.com)
Caput succedaneum merupakan kondisi adanya pembengkakan atau edema yang memengaruhi kulit kepala bayi baru lahir. Kondisi ini terjadi dari tekanan di kepala saat bayi bergerak melalui jalan lahir selama persalinan pervaginam yang lama dan sulit.
Kondisi caput succedaneum berupa penumpukan cairan di bawah kulit kepala sehingga menyebabkan pembengkakan yang berbentuk kerucut atau kepala berbentuk kerucut.
Secara kasatmata, kedua kondisi ini terbilang sangat mirip. Namun perlu adanya pemeriksaan fisik oleh dokter guna membedakannya. Sebab meskipun mirip, caput succedaneum dan cephalohematoma adalah kondisi yang berbeda.
"Benjolan pada caput succedaneum dan cephalohematoma terjadi karena pengumpulan cairan (biasanya termasuk di dalamnya darah) di jaringan kepala di atas (caput succedaneum) atau di bawah (cephalohematoma) periosteum (jaringan lunak pelapis tulang)," jelas dr. Putu.
Kedua trauma ini terjadi di jaringan lunak kepala di luar otak bayi, jadi keduanya tidak akan mengganggu pertumbuhan otak bayi, ya Moms.
Benjolan pada caput succedaneum biasanya akan hilang spontan setelah beberapa hari tanpa perlu terapi apapun.
Berbeda dengan caput succedaneum, benjolan pada cephalohematoma biasanya terlihat di satu sisi kepala, tidak melewati garis sutura tulang tengkorak.
Pada cephalohematoma, cairan terkumpul di jaringan yang lebih dalam daripada caput succedaneum, yaitu di bawah lapisan periosteum.
Cephalohematoma biasanya terjadi karena ada pembuluh darah di periosteum yang rupture/robek, biasanya karena proses persalinan sulit yang dibantu forsep atau vakum.
Baca Juga: Benjol di Kepala Bayi, Berbahayakah? Ini Cara untuk Mengatasinya!
Foto: 5 Cara Mengatasi Benjol di Kepala Balita Akibat Terbentur.jpg
Foto ilustrasi kepala benjol (Sumber: Orami Photo Stock)
Dalam beberapa kasus yang ringan, cephalohematoma tidak memerlukan pengobatan karena biasanya akan hilang dengan sendirinya tanpa bantuan medis.
Benjolan ini bisa hilang beberapa minggu atau dalam hitungan bulan. Umumnya dokter hanya menyarankan untuk terus memantau area benjolan dengan hati-hati jika kondisi semakin memburuk.
Dalam kasus yang jarang, dokter juga akan mencoba untuk mengalirkan darah yang terkumpul. Namun hal ini tidak selalu diperlukan dan hanya mengurangi risiko infeksi dan abses pada bayi.
"Perlu waktu beberapa minggu untuk cephalohematoma resolusi spontan tanpa perlu intervensi terapi apapun. Pada beberapa kasus, cephalohematoma tidak beresolusi sempurna dan benjolan ini berklasifikasi menyatu dengan tulang dan tetap tampak seperti benjolan pada kepala bayi. Meskipun demikian, tumbuh kembang bayi tidak akan berdampak karena cephalohematoma ini," kata dr. Putu.
Baca Juga: 5 Penyebab Benjolan di Kepala, Bisa Jadi Adanya Tumor di Dasar Tenggorak, Waspada!
Foto: demam bayi
Foto ilustrasi bayi demam (Sumber: Orami Photo Stock)
Moms, seperti yang sudah diketahui, kondisi ini tidak perlu dicemaskan karena akan sembuh dengan sendirinya dan hanya perlu dipantau.
Namun tentunya Moms pasti cemas, bukan? Nah, Moms perlu mengetahui beberapa gejala yang bisa menjadi tanda atau peringatan kapan sebaiknya bawa Si Kecil ke dokter.
Segera bawa bayi ke rumah sakit apabila:
Nah itu dia Moms informasi seputar cephalohematoma atau benjolan di kepala yang terjadi pada bayi baru lahir.
Cara mencegah trauma lahir ini adalah dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Pastikan persalinan Moms dibantu oleh tenaga kesehatan profesional dan kompeten untuk mengurangi risiko terjadinya trauma lahir pada bayi dan ibu, ya!
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.