
Moms pernah mendengar penyakit bernama hipertiroidisme atau hipertiroid?
Penyakit ini terjadi ketika kadar hormon tiroid dalam tubuh terlalu tinggi.
Nah, kondisi inilah yang bakal menimbulkan banyak gejala. Mulai dari tangan gemetar, berat badan turun drastis, hingga jantung berdebar.
Mari simak penjelasan hipertiroid lebih lengkap di bawah ini.
Baca Juga: Menelusuri Museum Wayang: Sejarah, Lokasi, Koleksi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk
Foto: hipertiroidisme vs hipotiroidisme 2.jpg (shutterstock)
Foto: Orami Photo Stock
Sebelum mengenal kondisi ini lebih lanjut, ketahui dulu apa itu fungsi tiroid dalam tubuh.
Tiroid adalah kelenjar yang dimiliki setiap orang dan terletak di bagian depan leher.
Melansir National Health Services, kelenjar ini menghasilkan hormon yang berfungsi untuk denyut jantung dan mengatur suhu tubuh.
Memiliki terlalu banyak hormon ini dapat menyebabkan masalah pada tubuh, salah satunya hipertiroid.
Jadi, hipertiroid adalah kondisi saat hormon tiroid terlalu aktif sehingga menyebabkan banyak masalah pada tubuh.
Ini merupakan salah satu kondisi yang tak boleh disepelekan dan membutuhkan perawatan, Moms.
Melansir StatPearls Journal, hipertiroidisme dapat menyerang siapa saja. Namun, 10 kali lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, khususnya usia 20 dan 40 tahun.
Berdasarkan data Infantrisk, prevalensi hipertiroid saat hamil berkisar antara 0,05 hingga 0,2 persen.
Baca Juga: Serba-Serbi Museum Fatahillah: Sejarah, Koleksi, Lokasi, Harga Tiket, dan Cara Menuju ke sana
Foto: gejala dari hipertiroid (endocrinologyadvisor.com)
Foto: Orami Photo Stock
Tingginya produksi hormon tiroid dapat menyebabkan tingkat metabolisme menjadi tinggi.
Kondisi ini dikenal dengan sebutan hipermetabolik.
Keadaan ini dapat memunculkan beberapa gejala, seperti:
Salah satu gejala hipertiroid yang cukup mengganggu adalah kesulitan untuk tidur.
Hal ini dikarenakan hormon tiroid berlebihan dapat merangsang sistem saraf, detak jantung berdetak cepat, dan memproduksi keringat berlebih di malam hari sehingga tidak jarang membuat orang susah tidur.
Akan tetapi, karena gejala ini terlalu umum untuk disebut sebagai penyakit hipertiroid, Moms memerlukan pemeriksaan kadar tiroid dalam darah untuk memastikannya.
Hipertiroid juga memengaruhi suasana hati, lho Moms.
Hal ini karena kadar hormon tiroid tidak normal.
Selain berperan penting dalam proses metabolisme, tiroid juga menyeimbangkan suasana hati seseorang.
Ketika jumlahnya tidak seimbang, hal ini tentu akan berdampak pada psikologis sehingga mudah marah, gugup, hingga khawatir berlebihan.
Baca Juga: 9 Manfaat Tanaman Thyme untuk Kesehatan, Bisa Redakan Batuk Hingga Basmi Infeksi Jamur
Ciri-ciri hipertiroid selanjutnya adalah bila seseorang lebih tahan pada suhu dingin daripada orang normal lainnya.
Selain itu sebuah penelitian The Lancet, menunjukkan bahwa penyakit hipertiroid juga akan mengakibatkan tubuh sang penderita jauh lebih tahan pada suhu dingin.
Berbeda dengan penyakit hipotiroid yang justru tak tahan dengan suhu dingin.
Melansir Health Harvard, kelenjar tiroid disebut-sebut sebagai ahli metabolisme.
Jika kelenjar tersebut menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan, metabolisme tubuh akan meningkat .
Seseorang yang menderita hipertiroid biasanya akan mendapati angka timbangannya turun meskipun nafsu dan porsi makan mereka normal, bahkan bertambah.
Jika Moms merasa berat badan terus menurun walaupun porsi makan sudah ditambah, kemungkinan besar terdapat masalah pada proses metabolisme.
Ciri-ciri sakit hipertiroid selanjutnya adalah sering mengalami nyeri dada.
Tiap jantung berdetak lebih cepat dan kuat, otot jantung otomatis memerlukan oksigen yang lebih banyak.
Detak jantung yang kuat dan cepat dapat menyebabkan nyeri di dada.
Hipertiroid bisa sangat berbahaya apabila orang tersebut memiliki sumbatan pada pembuluh darah koroner.
Ciri-ciri sakit hipertiroid nyeri dada hebat seperti angina bisa terjadi ketika pembuluh darah koroner yang tersumbat tidak dapat membawa oksigen cukup ke otot jantung.
Foto: hipertiroid saat hamil
Foto: Orami Photo Stock
Hipertiroid pada ibu hamil adalah kondisi yang harus diwaspadai.
Pasalnya, kondisi ini bisa memicu gangguan kesehatan pada ibu hamil maupun janin yang tengah dikandung.
Berikut ciri-ciri hipertiroid saat hamil yang harus diwaspadai:
Preeklamsia menjadi gejala hipertiroid saat hamil.
Hal ini merupakan kondisi tekanan darah serius yang dapat terjadi setelah 20 minggu kehamilan atau setelah melahirkan yang disebut dengan preeklamsia postpartum.
Preeklamsia terjadi ketika Moms memiliki tekanan darah tinggi dan tanda-tanda bahwa beberapa organ seperti ginjal juga hati tidak bekerja secara normal.
Tekanan darah adalah kekuatan darah yang menekan dindin arteri Moms.
Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke bagian tubuh lain.
Tekanan darah tinggi atau disebut dengan hipertensi adalah ketika kekuatan darah terhadap dinding pembuluh darah terlalu tinggi.
Ini bisa membuat jantung Moms stres dan menyebabkan masalah juga menjadi gejala hipertirodisme saat hamil.
Gejala hipertiroid saat hamil lainnya adalah hipertensi paru semacam tekanan darah yang terjadi di arteri paru-paru Moms dan di sisi kanan jantung.
Moms ini adalah kondisi serius di mana plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum lahir.
Plasenta tumbuh di rahim dan memasok Si Kecil dengan makanan dan oksigen melalui tali pusat.
Gejala hipertiroid saat hamil pun meliputi solusio plasenta.
Baca Juga: Nephrolit: Obat Herbal untuk Mengatasi Batu Ginjal, Ketahui Dosisnya!
Bila gejala hipertiroid saat hamil terjadi, Moms pun bisa mengalami gagal jantung karena tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh.
Inilah gejala hipertiroid saat hamil yang jauh lebih buruk secara tiba-tiba.
Walaupun ini kondisi langka, tetapi mengancam jiwa selama kehamilan.
Moms hamil yang mengalami badai tiroid berisiko tinggi mengalami gagal jantung.
Baca Juga: Serba-Serbi Museum Fatahillah: Sejarah, Koleksi, Lokasi, Harga Tiket, dan Cara Menuju ke sana
Foto: penyebab umum hipertiroid, simak! (everlywell.com)
Foto: Orami Photo Stock
Di dalam tiroid, terdapat 2 hormon untuk mengatur metabolisme tubuh, yakni tetraiodothyronine (T4) dan triiodothyronine (T3).
Hipertiroidisme terjadi ketika hormon tiroid terlalu tinggi di luar batas normal.
Ketika Moms memiliki hipertiroidisme, metabolisme akan diproses dalam kecepatan tinggi.
Ini mungkin menyebabkan Moms merasa jantung berdetak lebih cepat, mengalami kecemasan, gugup, dan nafsu makan meningkat.
Lantas apa yang menjadi pemicu hormon ini bisa terlalu tinggi dalam tubuh? Berikut beberapa penyebab umum dari hipertiroid pada wanita dan pria:
Melansir Cleveland Clinic, ini merupakan penyebab umum yang paling sering terjadi pada penderita hipertiroid.
Ketika ini terjadi, sistem kekebalan tubuh menyerang tiroid. Hal ini membuat tiroid membuat hormon dalam jumlah yang banyak.
Penyakit Graves adalah kondisi turun-temurun pada riwayat keluarga.
Jika salah satu anggota keluarga mengidap penyakit Graves, ada kemungkinan Moms atau orang lain juga memilikinya.
Seringnya terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Penyebab lain dari gangguan tiroid adalah karena ada benjolan atau nodul di sekitar leher.
Ini merupakan benjolan yang mampu menghasilkan lebih banyak hormon daripada yang dibutuhkan tubuh.
Berita baiknya, umumnya benjolan ini sifatnya tidak ganas, Moms.
Jika diraba, benjolan akan terasa keras, padat, ataupun lembek yang berisi cairan.
Munculnya nodul tiroid ini bisa karena tubuh kekurangan yodium dan peradangan kronis pada tiroid.
Baca Juga: Penyakit Kusta: Gejala, Jenis, Hingga Pengobatannya
Penyebab lain dari hipertiroid karena adanya infeksi atau peradangan pada area tiroid, Moms.
American Thyroid Association memaparkan, peradangan ini dapat disebabkan oleh infeksi atau gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
Ketika tiroid meradang, ini bisa memicu kadar hormon dihasilkan lebih tinggi daripada yang dibutuhkan tubuh.
Tiroiditis dapat terjadi saat pasca melahirkan bayi (tiroiditis pascapersalinan) atau dari penggunaan obat-obatan seperti interferon dan amiodaron (obat jantung).
Maka, tak heran jika peradangan tiroid lebih sering terjadi pada wanita.
Yodium merupakan mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan hormon tiroid.
Sayangnya, jika kadar yodium terlalu tinggi, dapat berakibat fatal bagi tubuh, Moms.
Garam adalah salah satu sumber yodium yang paling banyak kita konsumsi.
Jika Moms mengonsumsi terlalu banyak yodium, baik obat-obatan atau makanan, hal ini dapat memicu hipertiroidisme.
Konsumsi yodium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyakit jantung dan stroke, lho.
Baca Juga: Review Cetaphil Bright Healthy Radiance Day Cream oleh Moms Orami, Ada Kandungan Anti Aging!
Foto: Hipertiroid dan Faktor Risikonya.jpg (https://medcom.id/)
Foto: Orami Photo Stock
Umumnya, wanita lebih sering mengalami kondisi seperti ini.
Namun di luar itu, ada beberapa faktor risiko yang dapat membuat seseorang terkena hipertiroidisme, Moms.
Berikut faktor-faktor lain yang meningkatkan seseorang mengalami hipertiroid, seperti:
Bagi Moms atau Dads yang mengalami anemia pernisiosa, ini juga cukup berisiko tinggi terkena hipertioird.
Kondisi ini terjadi di mana tubuh tidak dapat membuat cukup sel darah merah yang sehat karena kurangnya vitamin B12.
Baca Juga: Promo Payday Orami Diskon hingga 70%, Ayo Serbu!
Foto: mata-buram.jpg (Orami Photo Stocks)
Foto: Orami Photo Stock
Tiroid yang terlalu aktif terkadang dapat menyebabkan masalah lebih lanjut, terutama jika tidak diobati atau dikontrol dengan baik.
Beberapa komplikasi yang umum terjadi seperti:
Ketidakseimbangan hormon tiroid dapat berdampak pada semua bagian tubuh.
Salah satu gejala komplikasi dari hipertiroidisme pada wanita dapat berupa siklus haid (menstruasi) yang tidak teratur.
Tak hanya itu, bahkan bisa mengakibatkan komplikasi kehamilan seperti preeklampsia, kelahiran prematur, atau keguguran.
Segera konsultasi dengan dokter jika ini terjadi ya, Moms.
Komplikasi yang sering terjadi lainnya adalah gangguan pada penglihatan.
Dikenal juga sebagai gangguan mata yang disebut oftalmopati Graves.
Ini dapat menyebabkan penglihatan ganda, sensitivitas terhadap cahaya, dan mata sakit. Dalam kasus yang jarang terjadi, dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Foto: 5 Fakta Penyakit Hipertiroid, dari Faktor Pemicu hingga Orang Paling Berisiko
Foto: Orami Photo Stock
Dalam mengobati hipertiroid, tentu perlu dilihat dari penyebabnya. Setiap orang akan berbeda cara perawatan yang dipilih.
Nah, di bawah ini berbagai cara dalam pengobatan hipertiroid:
Moms, pengobatan hipertiroid yang pertama adalah dengan menggunakan terapi radioaktif.
Melansir American Academy of Family Physicians, ini merupakan proses pengambilan sel tiroid dengan teknik radioaktif.
Hal ini biasanya menyebabkan kerusakan permanen pada tiroid, namun akan menyembuhkan kondisi hipertiroidisme itu sendiri, Moms.
Sebagian besar pasien yang melakukan perawatan ini harus minum obat hormon tiroid selamanya untuk mempertahankan kadar hormon tetap normal.
Methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU) adalah obat yang paling umum digunakan dalam mengatasi hipertiroid.
Fungsinya yakni untuk memblokir tiroid dalam menghasilkan hormon.
Efek samping dari pengobatan ini termasuk reaksi alergi seperti ruam atau gatal.
Meski jarang terjadi, obatan-obatan ini dapat menyebabkan tubuh membuat lebih sedikit sel darah putih.
Untuk kasus yang parah, akan memicu infeksi berkelanjutan dalam tubuh. Gejala yang terlihat yakni seperti kulit atau mata kuning, kelelahan, atau nyeri di bagian perut.
Jika obat-obatan tidak bekerja dengan baik, operasi adalah pilihan lain dalam mengatasi hipertiroid.
Ini adalah proses pengangkatan tiroid atau disebut tiroidektomi.
Umumnya, persiapan ketika operasi ini adalah mengonsumsi obat antitiroid untuk mencegah komplikasi.
Setelahnya, penderita hipertiroid perlu untuk mengonsumsi suplemen hormon dalam jangka waktu yang lama.
Baca Juga: Bayi Rewel Karena Kulit Gatal? Ini 6 Cara Mengatasinya!
Untuk mendiagnosis kondisi hipertiroidisme tentu perlu pemeriksaan dari dokter spesialis ya, Moms.
Jangan pernah menerka-nerka sendiri terhadap gejala yang kita rasakan.
Segera konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat jika mengalami gejala yang sudah disebutkan.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.