
Phlebitis adalah peradangan yang terjadi pada pembuluh darah vena. Pembuluh darah vena ini merupakan pembuluh darah di tubuh yang membawa darah dari organ dan anggota tubuh kembali ke jantung.
Jika gumpalan darah menyebabkan peradangan, maka kondisi ini disebut tromboflebitis.
Kemudian, saat bekuan darah berada di vena dalam, maka ini disebut deep vein thrombophlebitis, atau deep vein thrombosis (DVT).
Phlebitis adalah kondisi yang tidak boleh disepelekan, sebab pembuluh darah memegang peran yang cukup penting.
Meski tidak menyebabkan komplikasi serius, tetapi ia bisa menyebabkan infeksi pada aliran darah.
Baca Juga: Gusi Berdarah, Wajib Tahu Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya!
Foto: Phlebitis
Foto: veinhealthcarenews.blogspot.com
Ada beberapa jenis phlebitis yang perlu Moms pahami, yakni phlebitis superfisial atau dalam. Berikut ulasannya:
Kondisi ini mengacu pada peradangan pembuluh darah di dekat permukaan kulit. Jenis flebitis ini mungkin memerlukan perawatan, tetapi biasanya tidak serius.
Flebitis superfisial dapat terjadi akibat bekuan darah atau dari sesuatu yang menyebabkan iritasi, seperti kateter intravena (IV).
Kondisi ini mengacu pada peradangan vena yang lebih dalam dan lebih besar, seperti yang ditemukan di kaki.
Flebitis dalam lebih mungkin disebabkan oleh pembekuan darah, yang dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius dan mengancam jiwa.
Penting untuk mengetahui faktor risiko dan gejala DVT sehingga Moms dapat mencari pertolongan segera dari dokter.
Foto: phlebitis
Foto: Orami Photo Stock
Gejala phlebitis bisa memengaruhi area lengan atau kaki, tempat di mana vena yang meradang berada.
Gejala-gejala ini termasuk:
Moms mungkin juga merasakan nyeri pada area betis atau paha jika phlebitis disebabkan oleh DVT. Rasa sakit mungkin lebih terlihat saat berjalan atau melenturkan kaki.
Namun, mengutip U.S. National Heart, Lung, and Blood Institute hanya sekitar setengah dari mereka yang mengembangkan gejala DVT.
Inilah alasan mengapa DVT mungkin tidak didiagnosis sampai terjadi komplikasi serius, seperti emboli paru.
Baca Juga: Darah Haid Menggumpal dan Berwarna Hitam, Ketahui Penyebab dan Pengobatannya
Foto: phlebitis
Foto: Orami Photo Stock
Tromboflebitis superfisial biasanya tidak menyebabkan komplikasi serius. Akan tetapi ia dapat menyebabkan infeksi pada kulit di sekitarnya, luka pada kulit, dan bahkan infeksi aliran darah.
Jika bekuan di vena superfisial cukup luas dan melibatkan area di mana vena superfisial dan vena dalam bersatu, DVT dapat berkembang.
Terkadang orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki DVT sampai mereka mengalami komplikasi yang mengancam jiwa.
Komplikasi DVT yang paling umum dan serius adalah emboli paru.
Kondisi ini terjadi ketika sepotong bekuan darah pecah dan berjalan ke paru-paru, di mana ia menghalangi aliran darah.
Gejala emboli paru meliputi:
Hubungi layanan darurat sesegera mungkin jika Moms atau orang terdekat mengalami gejala ini. Ingat, emboli paru adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera.
Baca Juga: Waspada Emboli Air Ketuban yang Bisa Mengancam Jiwa
Foto: phlebitis
Foto: Orami Photo Stock
Penyebab phlebitis ada beberapa hal, termasuk cedera atau iritasi pada lapisan pembuluh darah. Dalam kasus flebitis superfisial, ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti:
Sementara itu, dalam kasus DVT, penyebabnya mungkin termasuk:
Mengetahui apakah Moms memiliki faktor risiko untuk mengembangkan DVT adalah kunci untuk melindungi diri sendiri. Ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan kondisi ini, antara lain:
Baca Juga: Mengenal Vaskulitis, Penyakit Peradangan pada Pembuluh Darah
Foto: phlebitis (Orami Photo Stock)
Foto: Orami Photo Stock
Phlebitis dapat didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan oleh dokter. Moms mungkin tidak memerlukan tes khusus.
Jika bekuan darah dicurigai sebagai penyebab phlebitis, dokter bisa melakukan tes lainnya sambil tetap memeriksa riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter mungkin meminta Moms melakukan tes ultrasound pada anggota tubuh yang mengalaminya.
Ultrasonografi menggunakan gelombang suara untuk menunjukkan aliran darah melalui pembuluh darah dan arteri.
Dokter mungkin juga ingin menilai tingkat d-dimer, ini adalah tes darah yang memeriksa zat yang dilepaskan dalam tubuh saat gumpalan larut.
Jika USG tidak memberikan jawaban yang jelas, dokter mungkin juga melakukan venografi, CT scan, atau MRI scan untuk memeriksa adanya bekuan darah.
Jika gumpalan darah terdeteksi, dokter mungkin ingin mengambil sampel darah untuk menguji gangguan pembekuan darah yang bisa menyebabkan DVT.
Foto: phlebitis (Shutter Stock)
Foto: Orami Photo Stock
Perawatan untuk phlebitis superfisial mungkin termasuk pengangkatan kateter IV, kompres hangat, atau antibiotik jika dicurigai adanya infeksi.
Sementara itu untuk mengobati DVT, Moms mungkin perlu mengonsumsi antikoagulan, yang membuat darah lebih sulit untuk membeku.
Jika DVT sangat luas dan menyebabkan masalah signifikan dengan aliran darah kembali ke anggota tubuh, Moms mungkin menjadi kandidat untuk prosedur yang disebut trombektomi.
Dalam prosedur ini, ahli bedah memasukkan kawat dan kateter ke dalam vena yang terkena dan menghilangkan bekuan darah, melarutkannya dengan obat-obatan yang memecah gumpalan, seperti aktivator plasminogen jaringan, atau melakukan kombinasi keduanya.
Memasukkan filter ke salah satu pembuluh darah utama, vena cava, mungkin disarankan jika Moms memiliki DVT dan berisiko tinggi mengalami emboli paru tetapi tidak dapat menggunakan pengencer darah.
Filter ini tidak akan mencegah pembentukan gumpalan darah, tetapi akan mencegah potongan-potongan bekuan tersebut mengalir ke paru-paru.
Banyak dari filter ini dapat dilepas karena filter permanen menyebabkan komplikasi setelah dipasang selama satu hingga dua tahun, seperti:
Baca Juga: 5 Penyebab Berbahaya Pembuluh Darah Pecah, Bisa Renggut Nyawa!
Foto: phlebitis (healthline.com)
Foto: Orami Photo Stock
Jika Moms berisiko terkena DVT, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pembentukan bekuan darah. Beberapa strategi pencegahan utama, seperti:
Itulah penjelasan tentang phlebitis yang perlu Moms pahami agar mengetahui cara penanganan dan pencegahan yang bisa dilakukan.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.