03 Mei 2023

Serba-serbi Psikosomatis, Mulai Penyebab Hingga Pengobatan

Lakukan pencegahan dengan kelola stres yang baik
Serba-serbi Psikosomatis, Mulai Penyebab Hingga Pengobatan

Pernahkah Moms mendengar tentang psikosomatis? Jika belum, cari tahu penjelasannya di bawah ini, ya!

Psikosomatis sering dikaitkan dengan penderita COVID-19 yang menimbulkan gejala seperti nyeri dada, gelisah, rasa takut, dan lainnya.

International Journal of Environmental Research and Public Health menjelaskan, hubungan antara psikosomatis dan pandemi COVID-19 yakni adanya peningkatan gejala dan emosi negatif.

Adanya risiko lebih tinggi dari peningkatan keluhan kesehatan pada orang muda dan juga wanita.

Apakah kondisi ini memerlukan pengobatan dan perawatan serius? Mari telaah lebih lanjut ulasan di bawah ini.

Baca Juga: Gangguan Tidur karena Stres, Apa Penyebabnya?

Arti Psikosomatis

Nyeri Dada
Foto: Nyeri Dada (Shutterstock.com)

Psikosomatis adalah kondisi penyakit fisik yang disebabkan atau diperburuk oleh gangguan kesehatan mental.

Secara etimologi, psikosomatis terdiri dari dua kata, yaitu psyche atau pikiran dan soma atau tubuh.

Secara harfiah, psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh.

Melansir Cleveland Clinic, psikosomatis adalah kondisi psikologis yang mengarah pada gejala fisik, dan sering kali tanpa disertai penjelasan medis.

Ciri-ciri psikosomatis biasanya berkaitan dengan pikiran, perasaan, atau kekhawatiran yang berlebihan.

Gangguan ini dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh.

Jika mengalaminya, Moms disarankan untuk segera mencari pertolongan profesional, baik dokter, psikolog, atau psikiater.

Semakin cepat ditangani, maka akan mengurangi risiko gangguan fisik lainnya seperti nyeri dada sebelah kiri dan lainnya.

Baca juga: 8 Penyakit Infeksi yang Umum Menyerang Dewasa dan Anak-anak

Gejala Psikosomatis yang Dialami Penderita

Gangguan Kesehatan Mental
Foto: Gangguan Kesehatan Mental (Freepik.com)

Dalam banyak kasus, kesehatan mental yang kurang baik dapat memengaruhi seluruh kondisi tubuh.

Artinya, kesehatan mental yang tidak baik dapat memperparah penyakit yang sudah ada sebelumnya.

Jika dilihat dari sisi psikologi, psikosomatis adalah kondisi yang membuat penderitanya mengalami gangguan fungsi tubuh.

Namun, saat dilakukan pemeriksaan fisik maupun penunjang, tidak ada keanehan yang terjadi pada tubuh penderita.

Melansir Very Well Mind, berikut ini tanda dan gejala psikosomatis:

  • Jantung berdebar
  • Peningkatan tekanan darah
  • Sakit dan nyeri otot
  • Sakit kepala
  • Pusing atau gemetar
  • Masalah pencernaan

Gejala juga dapat dibedakan berdasarkan gender dan usia penderita. Berikut ini perbedaan tersebut:

1. Gejala Berbasis Gender

Tanda-tanda stres pada tubuh mungkin saja berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Pada wanita, stres membuat mereka cenderung mengalami kelelahan meski cukup tidur, lekas marah, perut kembung, dan perubahan periode menstruasi.

Sementara itu, pada pria, stres ditandai dengan gejala berupa nyeri dada, peningkatan tekanan darah, dan penurunan gairah seksual.

2. Gejala Berbasis Usia

Gejala psikosomatis menurut usia, baik pada anak-anak dan orang dewasa, akan berbeda.

Pada anak kecil yang belum bisa berkomunikasi dengan baik, mereka bisa saja rewel sepanjang waktu.

Sementara itu, pada remaja, tanda stres umumnya berkaitan dengan kecemasan.

Kondisi tersebut perlu diwaspadai, karena juga menjadi tanda depresi.

Pada orang dewasa, mereka rentan mengalami stres bahkan depresi akan kehidupan yang dijalankannya.

Kondisi tersebut dapat memperparah penyakit yang sudah ada, bahkan memicu gangguan kesehatan serius.

Baca juga: Mengenal Dispepsia, Penyakit yang Sering Disebut Sakit Maag

Penyebab Psikosomatis

Penyakit Darah Tinggi
Foto: Penyakit Darah Tinggi (Freepik.com)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, psikosomatis merupakan sebuah kondisi yang tidak mudah didiagnosis.

Hal itu karena psikosomatis bisa tidak menunjukkan gejala yang signifikan.

Namun stres dan depresi umumnya dapat mencetuskan atau memperburuk penyakit fisik.

Seperti halnya jika seseorang tidak dapat melepaskan rasa stres atau pikirannya yang menumpuk, maka akan meningkatkan risiko hadirnya masalah kesehatan lain.

Hingga akhirnya, pada titik terlemah, penyakit yang berhubungan dengan stres akan berkembang dan menjadi lebih parah.

Selain stres, mengutip dari Cleveland Clinic, hal-hal yang dapat meningkatkan risiko munculnya gejala psikosomatis adalah:

  • Gaya hidup kacau
  • Kesulitan mengenali dan mengekspresikan emosi
  • Pengabaian di masa kecil
  • Riwayat pelecehan seksual
  • Kondisi psikologis lainnya, seperti depresi atau gangguan kepribadian
  • Penyalahgunaan zat (seperti alkoholisme atau kecanduan narkoba)
  • Pengangguran

Hal ini terjadi karena seseorang yang sedang stres dan tidak mampu melampiaskan emosinya, sehingga mencapai titik puncak emosional.

Kondisi ini dapat menyebabkan gejala fisik atau memicu depresi berat.

Selain itu, stres juga ternyata dapat membahayakan kekebalan tubuh manusia.

Misalnya, ketika Moms berada di kondisi kesehatan menurun, seperti demam. Maka, stres bisa membuat penyakit tersebut lebih lama untuk sembuh.

Jadi, secara garis besar, psikosomatis hadir akibat adanya pikiran yang menumpuk dan tidak bisa disalurkan dengan baik.

Baca Juga: Mengenal Gangguan Tidur Narkolepsi, Salah Satu Tandanya Sering Mengantuk Berlebihan di Siang Hari

Dampak Gangguan Psikosomatis

Tanda dan Gejala Depresi Anak
Foto: Tanda dan Gejala Depresi Anak (Freepik.com/freepik)

Meski terdengar sebagai gangguan mental, kondisi ini juga bisa berakibat jangka panjang pada kesehatan fisik.

Ciri-ciri psikosomatis yang banyak dialami yakni nyeri dada, sakit kepala, hingga berkurangnya nafsu makan.

Gangguan psikosomatis dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh. Contoh umumnya, meliputi:

  • Kelelahan
  • Insomnia
  • Sakit dan nyeri, seperti nyeri otot atau nyeri punggung
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Kesulitan bernapas (dispnea, atau sesak napas)
  • Gangguan pencernaan (sakit perut)
  • Sakit kepala dan migrain
  • Disfungsi ereksi (impotensi)
  • Ruam kulit (dermatitis)
  • Tukak lambung (penyakit tukak lambung)

Gangguan stres dari psikosomatis ini juga berisiko tinggi dapat mengganggu kualitas hidup.

Memiliki psikosomatis juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental lainnya, seperti depresi atau kecemasan.

Bahkan, hal ini juga sering dikaitkan dengan penggunaan narkoba atau alkohol yang mengancam jiwa.

Baca Juga: 3 Gangguan Kesehatan Mental Pascamelahirkan, Waspada!

Langkah-Langkah Mengatasi Psikosomatis

Terapi Kesehatan Mental
Foto: Terapi Kesehatan Mental (Freepik.com)

Tak perlu khawatir apabila merasakan psikosomatis setelah mengalami COVID-19 atau penyebab lainnya.

Berikut langkah-langkah dan ragam pengobatan untuk mengendalikan gejala dari psikosomatis:

1. Konsultasi Ahli

Untuk mengatasi psikosomatis, dokter yang menangani gangguan fisik mungkin akan meminta Moms berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Tujuannya agar Moms dapat mengelola stres dengan baik, sehingga tidak memengaruhi kesehatan fisik secara keseluruhan.

Jika dinilai memerlukan perawatan psikologis, tim medis akan menentukan langkah yang paling tepat.

Sebelum terlambat, penting bagi Moms untuk mempelajari bagaimana cara mengelola stres secara efektif.

Prosesnya memang memakan waktu, tetapi hasilnya sangat bermanfaat bagi tubuh.

2. Terapi Perilaku

Umumnya, para ahli juga akan merekomendasikan terapi untuk mengendalikan gejala psikosomatis.

Beberapa perawatan ini mungkin dilakukan oleh layanan kesehatan untuk membantu mengurangi gejala nyeri somatik:

  • Terapi perilaku kognitif
  • Obat-obatan, seperti antidepresan
  • Terapi berbasis kesadaran
  • Rujukan ke spesialis kesehatan mental (misalnya, psikiater atau psikolog)
  • Kontak teratur dengan penyedia perawatan

Jika psikosomatis dibarengi dengan gejala gangguan fisik, dokter akan memberikan terapi tambahan, seperti obat-obatan, terapi kesadaran, atau terapi kognitif.

3. Konsumsi Obat-obatan

Gejala yang paling terlihat dari psikosomatis adalah nyeri dada sebelah yang dapat mengganggu seseorang.

Obat nyeri dada sebelah kiri atau kanan yang umum dianjurkan dokter digunakan sebagai pereda rasa nyeri.

Melansir dalam Mayo Clinic, berikut obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyebab nyeri dada yang paling umum:

  • Nitrogliserin: biasanya diminum dalam bentuk tablet di bawah lidah untuk melemaskan arteri jantung sehingga darah dapat mengalir lebih mudah.
  • Aspirin. Digunakan apabila nyeri dada berhubungan dengan masalah jantung.
  • Obat trombolitik: Obat-obatan untuk serangan jantung dan berperan untuk melarutkan gumpalan yang menghalangi darah mencapai otot jantung.

Obat-obatan nyeri dada tersebut tentu dengan rekomendasi dokter dan takaran yang ideal.

Baca Juga: 10 Penyebab Nyeri Dada Sebelah Kanan dan Cara Mengatasinya

4. Hindari Berpikir Berlebihan

Psikosomatis juga dapat terjadi akibat berpikir berlebihan atau overthinking, lho.

Misalnya, jika Moms mengalami nyeri di leher, cobalah untuk mengatasi hal yang menjadi pemicu stres.

Tujuannya agar dapat membantu mengatasi rasa sakit tersebut.

Ingat, rasa sakit bukan hanya dari fisik saja, tetapi dimulai dari dalam otak.

Stres yang dialami menyebabkan meningkatnya aliran bahan kimia berbahaya dalam tubuh, termasuk kortisol.

Jika diproduksi secara berlebihan, kortisol dapat memicu peradangan pada otot leher, yang memicu gangguan kesehatan.

5. Kelola Stres dengan Baik

Setelah mengetahui jika tubuh sedang stres, langkah selanjutnya adalah mengelolanya agar tidak menumpuk.

Berkaitan dengan stres, Moms tidak disarankan untuk menahan perasaan tersebut.

Seperti pressure cooker, stres yang terpendam di tubuh akan 'meledak' seperti bom waktu.

Hal paling sehat yang dapat dilakukan adalah menyalurkannya dengan cara yang tepat. Ingat, gunakan cara yang sehat, ya!

6. Hindari Mengonsumsi Alkohol

Hindari penggunaan alkohol secara berlebihan, karena justru dapat meningkatkan kadar stres pada tubuh.

Daripada mengandalkan alkohol, lebih baik lakukan hal di bawah ini sebagai langkah mengelola stres dengan baik:

  • Jujurlah dengan diri sendiri terkait dengan hal apapun
  • Curhat dengan seseorang yang dipercaya
  • Lakukan sesuatu yang baik untuk orang lain dan diri sendiri
  • Mencari cara baru yang menyenangkan untuk mengatasi stres

Konsumsi juga makanan sehat bergizi seimbang, berolahraga secara teratur, dan ciptakan ruang tidur yang menenangkan.

Baca Juga: 9 Resep Oreo, Ada Resep Oreo Cheese Cake dan Milkshake, Patut Coba, Nih Moms!

7. Luangkan Waktu untuk Hobi

Cara untuk mengatasi atau mengobati psikosomatis yakni dengan memberikan waktu untuk diri sendiri.

Bergabunglah dengan grup dengan kondisi yang sama.

Pelajari teknik relaksasi agar pikiran lebih rileks dan menurunkan risiko nyeri dada sebelah.

Belajar juga untuk ikhlas, melepaskan dendam, dan melepas hubungan yang tidak sehat.

Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang Moms sukai seperti hobi berkebun atau lainnya.

Jangan lupa juga, pastikan waktu untuk beristirahat dan tidur yang cukup agar tubuh lebih fit dan sehat.

Baca juga: Hati-Hati, Ini 10 Ciri Penyakit Jantung yang Harus Diwaspadai!

Itulah penjelasan mengenai psikosomatis. Ingatlah bahwa setiap orang menangani stres dengan caranya sendiri.

Setelah Moms memahami bagaimana cara mengatasi stres dengan baik, kesehatan emosional maupun fisik diharapkan bisa terjaga dengan optimal.

Dengan begitu, Moms akan jauh dari risiko psikosomatis dan penyakit fisik lainnya.

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8036614/
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21521-psychosomatic-disorder
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chest-pain/diagnosis-treatment/drc-20370842
  • https://www.verywellmind.com/depression-can-be-a-real-pain-1065455
  • https://patient.info/mental-health/psychosomatic-disorders

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb