Manfaat dan Efek Samping Obat Diuretik untuk Penderita Hipertensi
Obat diuretik cukup populer digunakan sebagai perawatan pasien hipertensi.
Moms dan Dads dapat dengan mudah menemukan obat ini di apotek.
Akan tetapi, jenisnya cukup beragam sehingga perlu pertimbangan dokter dalam memilih jenis obat yang tepat.
Sebelum menggunakan obat tersebut, pahami manfaat sekaligus efek sampingnya berikut ini.
Manfaat Diuretik
Foto: Orami Photo Stock
Diuretika adalah kelas obat yang membantu mengeluarkan ekstra cairan dan garam dari dalam tubuh.
Orang yang meminum obat ini akan sering buang air kecil.
Itulah sebabnya, obat ini dikenal juga dengan sebutan pil air.
Cara kerja obat ini membantu ginjal melepaskan lebih banyak natrium (garam) ke dalam urine.
Nah, pengurangan natrium ini dapat menghilangkan kelebihan air dari darah, mengurangi jumlah cairan yang mengalir melalui pembuluh darah dan arteri.
Proses tersebut menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah.
Manfaat ini membuat obat diuretik diresepkan untuk pasien hipertensi (tekanan darah tinggi).
Selain hipertensi, obat ini kadang diresepkan untuk orang yang memiliki masalah kesehatan, seperti:
- Penyakit jantung, seperti gagal jantung dan kadiomiopati.
- Edema paru.
- Diabetes insipidus.
- Gagal ginjal.
- Asites.
- Tekanan intraokular tinggi dan tekanan intrakranial tinggi.
Baca Juga: Kenali Obat Antibiotik Cefotaxime: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Jenis Diuretik
Foto: Orami Photo Stock.
Berdasarkan situs Cleveland Clinic, diuretik terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
Thiazide Diuretic
Jenis obat ini bekerja dengan membuat ginjal menarik kelebihan garam dan cairan dan membuangnya bersama urine.
Contoh obat jenis ini adalah hidroklorotiazid (Microzide® atau Oretic®) atau chlorthalidone (Hygroton® atau Thalitone®).
Loop Diuretic
Cara kerja obat jenis ini adalah merangsang lengkung Henle, yakni bagian ginjal mengeluarkan garam dan cairan ekstra dari tubuh.
Contoh obat-obatan yang termasuk jenis ini adalah furosemide atau bumetanide.
Potassium-sparing Diuretics
Obat ini membantu membersihkan garam dan air dari dalam tubuh, tapi tidak membuang kalium dalam jumlah banyak dalam prosesnya.
Contoh obat jenis ini adalah triamterene atau amiloride.
Diuretik Campuran
Obat ini merupakan kombinasi dari dua jenis obat, yang kemudian dikemas dalam satu pil.
Cara kerjanya tidak jauh berbeda dengan obat lain, tapi tidak membuang lebih banyak kalium.
Contoh obat ini adalah triamterene dan hydrochlorothiazide (Dyazide® atau Maxzide®)
Setiap orang dapat diresepkan jenis obat yang berbeda, tergantung dengan kebutuhan.
Oleh karena itu, pilihan obat tidak bisa ditentukan secara pribadi.
Artinya, penggunaan obat harus dengan konsultasi dan pemeriksaan dokter lebih dahulu.
Baca Juga: Dexanta: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Dosis dan Aturan Pakai Diuretik
Foto: Orami Photo Stock
Setiap orang mungkin diresepkan dosis yang berbeda-beda.
Ini bergantung usia, tujuan pengobatan, penyakit yang diidap, dan kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Berikut ini adalah dosis pil air dari beberapa jenis obat yang sebelumnya sudah dijelaskan.
Obat Chlorthalidone
Perawatan Hipertensi
- Dewasa: dosis awal 12,5 atau 25 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 50 mg per hari jika diperlukan.
- Anak-anak: dosis awal 0,5–1 mg/kgBB per 48 jam.
Pengobatan Edema Akibat Gagal Jantung
- Dewasa: dosis awal 25–50 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 100–200 mg per hari.
- Dosis pemeliharaan: 25–50 mg per hari.
- Dosis maksimal: 1,7 mg/kgBB per 48 jam.
Pengobatan Diabetes Insipidus
- Dewasa: dosis awal 100 mg, 2 kali sehari dengan dosis pemeliharaan: 50 mg per hari.
- Anak-anak: dosis awal 0,5–1 mg/kgBB 48 jam sekali dengan dosis maksimal: 1,7 mg/kgBB per 48 jam.
Obat Bumetamide
Pengobatan Edema
- Dewasa: 1 mg dosis tunggal. Jika diperlukan bisa diberikan tambahan dosis 1 mg setelah 6–8 jam.
- Lansia: 0,5 mg perhari.
Obat Amiloride
Perawatan Edema
- Dewasa: dosis awal 5–10 mg per hari. Jika digunakan bersamaan dengan diuretik lain atau obat antihipertensi, dosis yang diberikan adalah 2,5 mg per hari.
- Dosis maksimal: 20 mg per hari.
Gunakan obat persis sama dengan arahan dokter atau sesuai dengan aturan pakai yang tertera pada label kemasan obat.
Hindari menambahkan atau mengurangi dosis yang sudah ditentukan.
Jangan pula berhenti minum obat tanpa izin dari dokter.
Minum obat ini secara rutin di jam yang sama agar tidak melewati dosis.
Bila terlewati, jangan menggandakan dosis obat di waktu minum obat selanjutnya.
Baca Juga: Lycoxy: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Efek Samping Diuretik
Foto: Orami Photo Stock.
Sepert kebanyakan obat, pil air juga bisa menimbulkan efek samping.
Setiap orang dapat menunjukkan efek samping yang berbeda-beda.
Bahkan, ada pula yang mengalami efek samping yang tidak disebutkan berikut ini.
- Kadar kalium terlalu tinggi atau terlalu rendah di dalam darah.
- Kadar natrium rendah.
- Sakit kepala.
- Pusing.
- Haus.
- Peningkatan gula darah.
- Kram otot.
- Peningkatan kolesterol.
- Diare.
- Denyut jantung tidak beraturan (aritmia).
Jika Moms dan Dads mengalami efek samping yang tidak membaik dalam kurun waktu tertentu atau cukup mengganggu aktivitas dengan kemunculannya, segera periksa ke dokter.
Beri tahu dokter jika Moms dan Dads memiliki alergi pada obat sejenis.
Biasanya, ini ditandai dengan pembengkakan pada tubuh, ruam gatal, dan sesak napas setelah obat diminum.
Jangan lupa memberi tahu dokter mengenai masalah kesehatan yang dimiliki dan obat-obatan maupun suplemen yang saat itu sedang digunakan.
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/in-depth/diuretics/art-20048129
- https://www.healthline.com/health/diuretics
- https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/21826-diuretics
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/chlortalidone?mtype=generic
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.