06 Oktober 2023

Ciri Filum Platyhelminthes, Daur Hidup, dan Cara Reproduksinya

Ada yang bersifat parasit dan non-parasit
Ciri Filum Platyhelminthes, Daur Hidup, dan Cara Reproduksinya

Filum Platyhelminthes merupakan salah satu bagian dari Kingdom Animalia yang termasuk kelas cacing pita.

Nama Platyhelminthes diambil dari bahasa Yunani, platy yang berarti pipih dan helminthes yang berarti cacing.

Jika disatukan, Filum Platyhelminthes merupakan cacing yang bentuknya pipih, seperti cacing pita.

Mengutip Biomed Research International, Filum Platyhelminthes bersifat parasit dan dapat menginfeksi manusia, khususnya di daerah tropis.

World Health Organization (WHO) menyebutkan, ada beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh cacing pita, seperti Cysticercosis, Schistosomiasis, Fascioliasis, Paragonimiasis, dan Echinococcosis.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang Filum Platyhelminthes, simak terus artikelnya sampai selesai, ya!

Baca Juga: Menyingkap Manfaat Semut Jepang dan Efektivitasnya untuk Pengobatan

Peranan Filum Platyhelminthes

Peranan Filum Platyhelminthes
Foto: Peranan Filum Platyhelminthes (Pinterest.com)

Filum Platyhelminthes memiliki beberapa peran dalam kesehariannya, yakni:

1. Parasit

Kebanyakan Platyhelminthes bersifat parasit bagi hewan dan manusia.

Kelas Cestoda dan Trematoda paling banyak memiliki jenis cacing parasit.

Platyhelminthes yang bersifat parasit dapat bersarang pada manusia dan hewan, seperti anjing dan kucing.

Jika terinfeksi cacing ini, Moms mungkin akan mengalami masalah pencernaan, pernapasan, atau pembuluh darah.

2. Hama

Cacing pipih juga bisa memberikan dampak negatif pada pertanian dan perkebunan, lho Moms.

Pasalnya, ada jenis cacing pipih yang memiliki sifat predator dan memangsa cacing tanah.

3. Indikator Kualitas Air

Meskipun banyak bersifat parasit, tetapi ada jenis cacing pipih yang memiliki dampak positif, yaitu Planaria.

Kelompok Planaria biasa dimanfaatkan sebagai tolak ukur kualitas air, Moms.

Sebab, hewan Planaria memang hanya dapat hidup di air kotor.

Baca Juga: Seberapa Efektif Mengatasi Cacingan dengan Mengonsumsi Kapsul Cacing?

4. Pembasmi Hama

Selain menjadi indikator kualitas air, Planaria juga bisa menjadi pembasmi hama di beberapa negara.

Biasanya, cacing pipih ini digunakan untuk membasmi hama siput.

5. Makanan Ikan

Peranan positif lain dari spesies Planaria adalah bisa menjadi makanan ikan.

Cacing jenis ini bahkan dianggap dapat memberikan nutrisi pada ikan di danau, Moms.

6. Pengatur Dinamika Zooplankton

Dalam rantai makanan di kolam, cacing pipih berperan sebagai pengatur populasi zooplankton.

Filum Platyhelminthes ini berperan sebagai konsumen protozoa, rotifera, dan ganggang, serta membantu mengatur populasi organisme ini.

Baca juga: Sejarah Nasi Padang dan 10 Lauknya yang Paling Nikmat, Moms Suka yang Mana?

Dasar Klasifikasi Filum Platyhelminthes

Klasifikasi Filum Platyhelminthes
Foto: Klasifikasi Filum Platyhelminthes (Pinterest.com)

Klasifikasi Platyhelminthes dibagi berdasarkan ukuran, bentuk, struktur, dan habitat.

Ada 3 klasifikasi Platyhelminthes, antara lain:

1. Tubellaria (Cacing Berbulu Getar)

Tubellaria merupakan cacing pipih yang hidup di air tawar yang jernih atau di tempat-tempat yang lembab, hidup di laut, hingga di dasar laut atau danau.

Spesies cacing ini umumnya bergerak dengan gelombang silia yang terkoordinasi di atas jejak bening yang dikeluarkannya.

Planaria adalah salah satu contoh cacing berbulu getar ini.

2. Trematoda (Cacing Isap)

Trematoda memiliki alat isap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya.

Karena itulah, golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan.

Beberapa contoh Trematoda adalah fasciola (cacing hati), clonorchis, dan schistosoma.

3. Cestoda (Cacing Pita)

Cestoda atau cacing pita memiliki sifat parasit yang kulitnya dilapisi kitin, sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang.

Cacing ini kerap menjadi parasit pada tubuh hewan.

Beberapa contohnya adalah Taenia solium dan Taenia saginata.

Baca Juga: 8 Acara TV Jang Ki Yong Populer, Kerap Tampil Menyanyi di Variety Show


Ciri-Ciri Filum Platyhelminthes

Ciri-ciri Filum Platyhelminthes
Foto: Ciri-ciri Filum Platyhelminthes (Pinterest.com)

Ciri-ciri filum Platyhelminthes adalah sebagai berikut:

1. Tubuh Pipih

Sesuai dengan namanya, filum Platyhelminthes memiliki bentuk tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen.

2. Sensitif Cahaya

Filum Platyhelminthes lebih sering berada di daerah yang jarang matahari.

Pasanya, golongan ini cenderung sangat sensitif terhadap cahaya sehingga memilih tempat yang terlindung dari paparan matahari.

3. Habitat di Air

Sebagian besar golongan cacing pipih hidup di perairan, seperti sungai, danau dan laut.

Namun, ada beberapa cacing pipih yang bersifat parasit hidup di tubuh organisme lain.

Baca Juga: 7 Jenis Tanaman Hias Spesies Perwakilan, Bikin Rumah Makin Indah!

Daur Hidup Filum Platyhelminthes

Filum Platyhelminthes
Foto: Filum Platyhelminthes (Pinterest.com)

Secara umum, siklus hidup cacing pipih tidaklah berbeda.

Hal ini karena mereka memerlukan inang agar bisa berkembang biak.

Berikut urutan daur hidup Platyhelmintes:

1. Melepaskan Telur

Siklus hidup cacing pita dimulai ketika cacing sudah dewasa.

Mereka akan bereproduksi secara seksual dan melepaskan telurnya bersama feses.

2. Menjadi Larva

Ketika telur sampai ke kolam atau danau, mereka akan menetas menjadi larva mirasidium.

3. Mencari Inang

Setelah berubah menjadi larva, mereka harus mencari inang sementara, dalam hal ini adalah siput.

Nantinya, larva akan masuk ke dalam tubuh siput dan tumbuh menjadi sporokis.

Baca Juga: Mengenal Cutaneous Larva Migrans, Infeksi Cacing yang Merayap di Bawah Kulit

4. Berkembang Menjadi Larva II

Selanjutnya, sporokis akan berkembang menjadi redia atau larva II secara parthenogenesis.

Parthenogenesis adalah perkembangan individu baru tanpa dibuahi.

5. Membentuk Kista

Pada tahap selanjutnya, redia akan bermetamorfosis menjadi serkaria.

Kemudian, serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel di rerumputan membentuk metaserkaria (kista).

Ketika sudah sampai siklus ini, cacing dapat hidup beberapa bulan.

Jika dimakan oleh hewan ruminasia, maka kista akan pecah dan larva masuk ke usus.

Siklus hidup dari Filum Platyhelminthes pun akan kembali lagi seperti awal.

Baca Juga: Dijamin Sah, Ini Cara Menambahkan Tanda Tangan Materai yang Benar


Reproduksi Filum Platyhelminthes

Filum Platyhelminthes
Foto: Filum Platyhelminthes (Pinterest.com)

Platyhelminthes bersifat hermafordit, atau memiliki 2 alat atau organ kelamin sekaligus.

Ya, filum ini memiliki testis untuk menghasilkan sperma dan ovarium yang menghasilkan sel telur.

Hal itulah yang membuat jenis filum ini dapat bereproduksi secara generatif, vegetatif, atau keduanya.

Pada reproduksi generatif, terjadi pembuahan sel telur oleh sperma.

Sementara, reproduksi vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi atau pemotongan beberapa bagian tubuh cacing.

Pada bagian tubuh baru, cacing akan melakukan regenerasi hingga menjadi individu baru yang lengkap.

Salah satu contoh yang melakukan reproduksi dengan fragmentasi adalah Planaria.

Baca juga: Pesona Bukit Cinta Banyubiru Semarang, Intip Jam Buka dan Harga Tiketnya

Jenis Penyakit yang Disebabkan Platyheminthes

Filum Platyhelminthes
Foto: Filum Platyhelminthes (Pinterest.com)

Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan, antara lain:

1. Skistosomiasis

Penyakit ini disebabkan oleh Genus Schistosoma yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia.

Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, hal ini dapat memicu kerusakan jaringan dan organ.

Mulai dari kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia akan terkena dampaknya.

Kerusakan tersebut terjadi akibat perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas.

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia.

2. Kekurangan Darah

Genus berikutnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya.

Spesies ini dapat menghisap darah manusia, sehingga menyebabkan penyakit kekurangan darah atau gangguan pembuluh darah.

3. Infeksi Cacing Pita

Tak hanya pada manusia, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan pada hewan,

Contohnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut.

Baca Juga: Bacaan Surat Al An'am Ayat 59 Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin, dan Tafsirnya

Itu dia penjelasan mengenai filum Platyhelminthes secara lengkap. Semoga bermanfaat untuk edukasi Si Kecil, ya Moms.

  • https://en.wikipedia.org/wiki/Flatworm#Classification_and_evolutionary_relationships
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4450235/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb