24 Oktober 2023

Proses Presipitasi dalam Siklus Hidrologi untuk Edukasi Anak

Presipitasi ini bisa terjadi dalam bentuk hujan dan salju
Proses Presipitasi dalam Siklus Hidrologi untuk Edukasi Anak

Saat membahas siklus hidrologi, ada fase presipitasi yang akan terjadi setelah kondensasi.

Secara sederhana, presipitasi adalah proses jatuhnya segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan) atau padat (salju).

Nantinya, air hujan yang meresap ke dalam tanah sebagai air tanah disebut perkolasi.

Hujan yang turun ke permukaan bumi akan mengenai tanah, danau, sungai, laut, hutan, perkebunan, dan sebagainya.

Hujan yang turun ini langsung mengenai permukaan air sungai disebut intersepsi saluran (channel interception).

Biasanya, air hujan ini akan mengandung unsur oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida.

Pahami lebih lanjut apa itu presipitasi yang juga bisa menjadi edukasi anak berikut ini, ya!

Baca Juga: Proses Terjadinya Hujan Asam yang Sangat Merusak Lingkungan

Apa itu Presipitasi?

Siklus Hidrologi
Foto: Siklus Hidrologi (www.sciencedirect.com)

Dalam meteorologi, presipitasi dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik.

Presipitasi adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer.

Fenomena ini terjadi ketika atmosfer, yang bisa dianggap sebagai larutan gas raksasa, menjadi jenuh dengan air; air kemudian terkondensasi dan keluar dari atmosfer.

Udara ini menjadi jenuh melalui dua proses, yaitu pendinginan atau penambahan uap air.

Nah, presipitasi yang mencapai permukaan bumi menjadi beberapa bentuk, termasuk hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, dan hujan es.

Sementara itu, ada juga yang disebut virga, yakni presipitasi yang mulanya jatuh ke bumi, tetapi menguap sebelum mencapai permukaannya.

Presipitasi ini merupakan komponen penting dalam siklus air dan menjadi sumber sebagian besar air tawar di bumi.

Kira-kira 505.000 kilometer kubik air turun melalui proses presipitasi setiap tahunnya, dengan 398.000 kilometer kubik di antaranya turun di lautan.

Jika didasarkan pada luasan permukaan bumi, maka presipitasi tahunan global adalah sekitar 1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata di atas lautan sekitar 1,1 m.

Nah, sangat penting untuk mengukur presipitasi untuk mendapatkan data hujan.

Data ini kemudian bisa berguna bagi perencanaan hidrologis, semisal perencanaan pembangunan bendung, dam, dan sebagainya.

Baca Juga: Proses Terjadinya Petir di Langit yang Bisa Menewaskan Manusia

Proses Terjadinya Presipitasi

Proses Turunnya Hujan
Foto: Proses Turunnya Hujan

Presipitasi adalah bagian dari siklus air.

Ini adalah sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung terus-menerus.

Awalnya, awan mengalami adveksi, yaitu proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.

Lalu, awan yang mengalami adveksi mengalami proses presipitasi.

Nah, terjadinya proses presipitasi dimulai saat awan mencair akibat pengaruh suhu udara yang tinggi.

Dalam proses presipitasi, terjadilah hujan.

Butiran-butiran air jatuh akan membasahi permukaan bumi.

Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga mencapai nol derajat Celsius, maka proses presipitasi berpotensi menghasilkan salju.

Awan yang mengandung banyak air ini akan turun dalam bentuk butiran salju tipis, seperti pada daerah iklim sub tropis.

Nah, proses presipitasi dapat dijelaskan dengan berbagai teori.

Baca Juga: Mengenal Satuan Volume dan Lambangnya untuk Edukasi Anak

Ada dua proses utama yang menjelaskan fenomena ini: pertama adalah proses kolisi-koalesensi.

Proses kolisi-koalesensi umumnya terjadi di daerah dengan latitud rendah, dekat khatulistiwa.

Di sisi lain, di daerah dengan latitud tinggi, proses yang dominan adalah proses Bergeron atau yang juga dikenal sebagai proses kristal es.

1. Presipitasi dalam Proses Koalisi-Koalesensi

Pada proses kolisi-koalesensi, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air melalui inti kondensasi.

Nah, ada beberapa titik air yang lebih besar dari yang lain karena tabrakan antara beberapa titik-titik air atau inti kondensasi yang dimiliki lebih kuat.

Nantinya, titik-titik air yang besar ini bertabrakan (kolisi) dan bergabung dengan titik-titik air yang lebih kecil.

Sehingga, kemudian akan membentuk tetes hujan.

Pembentukan tetes hujan ini dipengaruhi oleh muatan listrik pada awan, titik-titik air, arus naik pada awan, ketebalan awan, dan jangkauan ukuran titik-titik air.


2. Presipitasi dalam Proses Bergeron

Pada proses ini, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air di dasar awan melalui proses kolisi-koalesensi.

Sebagian titik-titik air terdorong oleh arus naik ke atas awan, dan kemudian mendingin

Nantinya, titik air ada yang sebagian berubah menjadi kristal es dengan bantuan partikel-partikel yang disebut inti es.

Tekanan uap jenuh kristal es pun akan lebih kecil dari tekanan uap jenuh titik-titik air.

Alhasil, titik-titik air menguap dan terdeposisi pada kristal-kristal es.

Kemudian, kristal es akan membesar, bertabrakan, dan berkumpul sehingga membentuk salju.

Presipitasi dari awan nimbostratus atau stratus biasanya terbentuk melalui proses Bergeron.

Presipitasi yang turun dari awan kumulonimbus biasanya terbentuk dari campuran sebagian proses Bergeron dan kolisi-koalesensi.

Baca Juga: Yuk, Ajak Si Kecil Belajar tentang Bagaimana Proses Terjadinya Salju!

Contoh Presipitasi

Hujan Salju
Foto: Hujan Salju (pexels.com Kristin Vogt)

Berikut ini adalah beberapa contoh presipitasi yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari:

1 . Hujan

Hujan adalah cairan dalam bentuk tetesan yang telah mengalami kondensasi dari uap air atmosfer, kemudian menjadi cukup berat untuk jatuh karena gravitasi.

Hujan merupakan komponen utama dari siklus air dan bertanggung jawab untuk menyimpan sebagian besar air tawar.

2. Hujan Es

Hujan es bisa terbentuk ketika tetesan air membeku bersama di daerah atas awan badai yang dingin.

Potongan es ini kemudian disebut batu es.

Hujan jatuh sebagai air dan membeku saat mendekati tanah.

Hujan es terbentuk oleh lapisan air yang menempel dan membeku di awan besar.

3. Salju

Salju adalah presipitasi dalam bentuk kristal es yang berasal dari awan dengan suhu di bawah titik beku (0 derajat Celcius atau 32 derajat Fahrenheit).

Salju ini bisa terbentuk ketika uap air di atmosfer mengembun dan menjadi es tanpa melalui tahap cair.

4. Hujan Beku

Hujan beku terjadi ketika lapisan udara beku sangat tipis sehingga air hujan tidak memiliki cukup waktu untuk membeku sebelum mencapai tanah.

Hujan beku terjadi saat salju yang turun melewati lapisan udara hangat, mencair, dan menjadi hujan.

5. Sleet (Hujan Campur Es dan Salju)

Sleet adalah bentuk presipitasi yang terdiri dari butiran es, sering bercampur dengan hujan atau salju.

Kondisi ini terjadi ketika kepingan salju hanya meleleh sebagian saat jatuh melalui lapisan udara hangat.

Baca Juga: Edukasi Anak, Kenali Proses Terjadinya Bunyi, Seru!

6. Virga

Contoh presipitasi lainnya adalah Virga, proses gerimis es dari awan rendah yang mencair.

Virga merupakan presipitasi yang jatuh ke Bumi kemudian menguap sebelum mencapai daratan. Hal ini terjadi sangat umum di daerah padang pasir.

Virga biasa terjadi di daerah padang pasir dan area dengan iklim panas. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara kristal es dengan awan.

Pengukuran Presipitasi

Bagian penting yang harus diketahui dalam penjelasan lainnya yaitu dari bagian presipitasi terkait pengukuran.

Ada dua jenis pengukuran presipitasi yang bisa dilakukan, yaitu presipitasi cair dan presipitasi padat. Penjelasan lebih lengkapnya, bisa Moms simak dalam penjelasan di bawah ini:

1. Presipitasi Cair

Curah hujan biasanya diukur dalam satuan mm, yang setara dengan liter per meter persegi permukaan tanah.

Selain mm, curah hujan juga dapat diukur dalam satuan inci. Intensitas curah hujan yang terukur merupakan jumlah presipitasi dalam satuan waktu tertentu (umumnya dalam satuan menit).

Derajat curah hujan merupakan unsur kualitatif dari intensitas curah hujan. Lebih mudah dan lebih jelasnya, bisa dilihat dapat tabel derajat curah hujan dan intensitas curah hujan di bawah ini:

Derajat Hujan Intensitas Curah Hujan (mm/min) Kondisi
Hujan sangat lemah < 0,02 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit
Hujan lemah 0,02 – 0,05 Tanah menjadi basah semuanya, tetapi umumnya tidak menimbulkan genangan air
Hujan normal 0,05 – 0,25 Air dapat tergenang, bunyi curah hujan terdengar
Hujan deras 0,25 – 1,00 Air tergenang di permukaan tanah, bunyi hujan terdengar dari hasil genangan
Hujan sangat deras > 1,00 Hujan seperti ditumpahkan, saluran drainase meluap

2. Presipitasi Padat

Pengukuran kedua yaitu presipitasi padat yang biasanya digunakan untuk mengukur salju.

Umumnya, salju akan diukur dengan cara membiarkan salju turun sampai ke penampungan dan diukur ketinggiannya dalam sentimeter.

Salju yang tertampung dapat dicairkan dan volume airnya diukur dengan metode serupa pengukuran presipitasi cair.

Hubungan tinggi salju dan tinggi air dari salju yang dicairkan bergantung pada kandungan dalam salju.

Oleh karena itu, metode pengukuran dengan melelehkan salju hanya dapat dijadikan sebagai estimasi kasar dari kondisi sebenarnya.

Baca Juga: Disebut Bintang Jatuh, Apa yang Dimaksud Meteor? Ini Faktanya!

Itulah ulasan mengenai presipitasi yang bisa menjadi edukasi anak.

Semoga informasi ini bermanfaat ya, Moms!

  • https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e7938e0473b/presipitasi-adalah-jatuhnya-hujan-pahami-proses-dan-contohnya
  • https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pretisipasi/
  • https://education.nationalgeographic.org/resource/precipitation

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb