
Pernahkah Moms mendengar demam rematik? Demam rematik mungkin terdengar asing di telinga, namun penyakit ini ternyata rentan menyerang anak usia 5-15 tahun lho Moms.
Seperti apa gejala, penyebab, dan cara mengobatinya? simak uraiannya sebagai berikut ya Moms.
Demam rematik biasanya berkembang sekitar 14 hingga 28 hari setelah terinfeksi. Gejala umumnya adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Mengenal Vaskulitis, Penyakit Peradangan pada Pembuluh Darah
Foto: demam rematik (Orami Photo Stock)
Demam rematik adalah penyakit yang terjadi setelah infeksi, jika tidak diobati infeksi ini dapat menyebabkan berbagai peradangan di bagian tubuh lain, terutama sendi, kulit, otak, dan juga jantung.
Penyakit ini adalah komplikasi dari radang tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A.
Ketika tubuh telah terinfeksi bakteri, maka sistem kekebalan tubuh akan memproduksi antibodi untuk melawan bakteri yang telah masuk.
Namun, pada penderita demam rematik, sistem kekebalan tubuh malah akan menyerang jaringan tubuh yang sehat.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan kemiripan protein pada bakteri Streptococcus grup A dengan protein pada jaringan tubuh.
Oleh karena itu, penyakit ini juga digolongkan sebagai penyakit autoimun, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kesalahan sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.
Baca Juga: Hati-hati, Kenali Gejala Tubuh Terserang Bakteri Listeria
Foto: minum obat (Shutter Stock)
Hal yang harus dilakukan penderita untuk sembuh adalah dengan menyingkirkan semua bakteri yang telah masuk ke dalam tubuh.
Pengobatannya ini berupa pemberian obat-obatan yang berguna untuk meredakan gejala serta mencegah agar demam rematik tersebut tidak kambuh kembali.
Berikut beberapa obat-obatan yang akan diberikan oleh dokter, antara lain:
Antibiotik yang umumnya diresepkan oleh dokter adalah penisilin. Diberikan dalam jangka waktu yang panjang minimal selama 5 tahun, atau hingga anak berusia 21 tahun.
Jarak pemberiannya adalah setiap 28 hari sekali melalui suntikan intravena.
Jika anak mengalami kerusakan katup jantung, penisilin akan diberikan dalam jangka waktu lama.
Bahkan, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, penderita akan menerima pengobatan suntikan antibiotik seumur hidupnya.
Pengobatan dengan antibiotik seperti ini tidak boleh dihentikan tanpa konsultasi ke dokter terlebih dahulu, karena dapat menyebabkan demam rematik kambuh kembali.
Jika pasien alergi terhadap penisilin, dokter akan meresepkan antibiotik jenis erythromycin.
Obat antikonvulsan atau antikejang ini diberikan jika mengalami kejang. Jenis obat yang diberikan yaitu carbamazepine atau asam valproat.
Dokter juga memberikan obat antiinflamasi atau obat antiradang yang berfungsi mengatasi demam, peradangan, serta nyeri.
Jenis obat yang umumnya diberikan adalah dari golongan antiinflamasi non steroid, seperti ibuprofen atau aspirin.
Jika obat antiinflamasi non steroid tidak memberikan pengaruh, dokter akan memberikan obat dari golongan kortikosteroid.
Selain memberikan obat-obatan di atas, dokter juga akan merekomendasikan pasien untuk istirahat total dan tidak melakukan aktivitas yang berat hingga gejala utamanya seperti rasa sakit dan peradangan hilang.
Baca Juga: Mengenal Isoniazid, Antibiotik untuk Mengatasi Tuberkulosis
Foto: Konsultasi dengan dokter untuk pengobatan (Orami Photo Stock)
Kebanyakan penderita demam rematik dapat sembuh total, namun tetap dapat terinfeksi kembali. Diperlukan pengobatan secara teratur dam dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kesembuhan pasien demam rematik:
Ada beberapa cara yang bisa mencegah penyebaran dan melindungi diri dari serangan infeksi demam rematik ini, yaitu:
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.