Epilepsi pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Epilepsi pada bayi adalah kondisi yang mesti diwaspadai.
Kondisi tersebut tidak bisa dianggap sepele, karena dapat mengganggu tumbuh kembang Si Kecil.
Bahkan, epilepsi pada bayi yang terlambat ditangani bisa menyebabkan gangguan pada masa depan si buah hati.
Yuk, Moms, kenali epilepsi pada bayi lebih jauh agar lebih waspada akan kondisi ini!
Baca Juga: Dikenal Sebagai Bayi Mahal, Berapa Biaya Bayi Tabung?
Gejala Epilepsi pada Bayi
Epilepsi adalah salah satu kondisi ketika tubuh hilang kontrol dan mengalami kejang-kejang.
Diketahui, gejala epilepsi pada Si Kecil bisa berbeda-beda.
Menurut Johns Hopkins Medicine, gejala umum dari epilepsi pada bayi meliputi:
- Pandangan kosong
- Gerakan menyentak pada lengan dan kaki
- Kekakuan pada tubuh
- Hilang kesadaran
- Masalah pernapasan atau berhenti bernapas
- Tidak respons terhadap sekitar
- Mata sering berkedip
Selama kejang terjadi, bibir anak mungkin menjadi berwarna biru dan pernapasannya mungkin tidak normal.
Setelahnya, bayi akan lebih mengantuk dan juga merasa bingung. Segera temui dokter terdekat apabila Si Kecil mengalami salah satu gejala di atas ya, Moms.
Baca Juga: Panik Tangan dan Kaki Bayi seperti Kejang? Ini Kata Dokter!
Penyebab Epilepsi pada Bayi
Adapun penyebab epilepsi pada bayi bisa bervariasi. Ini dikelompokkan berdasarkan usia bayi secara umum, seperti:
- Bayi prematur (lahir sebelum 37 minggu)
- Bayi baru lahir (bayi cukup bulan hingga usia 1 bulan)
- Bayi berusia antara 1 bulan hingga 1 tahun
Secara rincinya, berikut penjelasan terkait penyebab bayi mengalami epilepsi:
1. Bayi Prematur
Salah satu pemicu epilepsi pada bayi adalah karena lahir kurang bulan atau prematur.
Dr. Amanda Freeman, Konsultan Paediatrician di Rumah Sakit Queen Alexandra, Portsmouth, Inggris, menyatakan risiko terjadinya kejang pada bayi.
Menurutnya, risiko terjadinya kejang paling tinggi di tahun pertama kehidupan, khususnya di bulan pertama.
Bayi yang lahir prematur sangat rentan terhadap cedera otak dan kejang pada minggu pertama kehidupan.
Biasanya, ini juga dipicu karena perdarahan otak dan infeksi pada organ dalam yang tersembunyi.
Berdasarkan Epilepsy Action, bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko tinggi menderita epilepsi saat dewasa
"Namun, risiko tertinggi ada pada bayi yang lahir terlalu dini," papar Dr. Freeman seperti dilansir dari epilepsyaction.org
2. Gangguan Fungsi Otak
Tak hanya karena lahir kurang bulan, adapun epilepsi pada bayi juga bisa terjadi pada bayi normal pada umumnya.
Salah satunya karena ditemukan gangguan pada fungsi otak. Gangguan ini menyebabkan kadar oksigen ke otak tidak tercukupi.
Sering dikenal sebagai hipoksia perinatal, ini dapat menyebabkan cedera pada otak yang disebut ensefalopati hipoksik-iskemik.
Perkembangan otak yang tidak biasa ini membuat bayi mudah kejang-kejang.
Baca Juga: Serba-serbi Gangguan Bahasa Ekspresif Menurut Dokter Anak
3. Metabolisme Tubuh
Penyebab epilepsi pada bayi lahir bisa juga dipicu karena metabolisme tubuh.
Metabolisme adalah proses alami dalam tubuh yang membuat organ tetap berfungsi dengan baik. Seperti bernapas, memperbaiki sel, serta proses pencernaan makanan.
Namun, epilepsi pada bayi dapat terjadi karena faktor metabolik.
Artinya, kadar glukosa, kalsium atau magnesium yang rendah dalam darah mempengaruhi cara kerja tubuh.
Hal ini dapat terlihat sejak bayi lahir di awal minggu kehidupan, Moms.
Baca Juga: Tanya Jawab Psikolog soal Anak Hiperaktif Terlambat Bicara
4. Infeksi Sel
Peradangan atau infeksi yang terjadi pada tubuh juga dapat menyebabkan epilepsi pada bayi.
Salah satu kondisi yang sering dialami yakni meningitis atau ensefalitis. Ini cukup umum dialami pada bayi baru lahir di bawah usia 1 tahun.
Melansir Kids Health, kebanyakan kasus ini disebabkan oleh bakteri, virus, obat-obatan atau penyakit tertentu.
Seseorang dapat tertular meningitis akibat virus melalui sentuhan, ciuman, serta batuk dan bersin.
5. Faktor Genetik
Genetik juga bisa jadi penyebab epilepsi pada bayi baru lahir.
Artinya, ketika ada anggota keluaraga yang memiliki epilepsi, Si Kecil pun berisko mengalami hal yang sama.
Faktor lain juga dipicu karena riwayat kelainan seperti sindrom Ohtahara dan sindrom Dravet.
Adapun ketika ini terjadi, umumnya bisa sembuh dengan sendirinya.
Baca Juga: 6 Tips Meningkatkan Kualitas Hidup Anak Penderita Epilepsi
Cara Mengobati Epilepsi pada Bayi
Mengobati epilepsi pada anak tidak secepat yang dibayangkan. Melainkan, perlu proses yang panjang dan juga pengamatan selama berbulan-bulan.
Umumnya, berikut beberapa cara dalam mengatasi epilepsi pada bayi, meliputi:
1. Obat-obatan
Obat adalah salah satu cara dalam mengatasi epilepsi pada bayi.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengontrol, menghentikan, serta mengurangi seberapa sering kejang terjadi.
Ada beragam jenis obat yang digunakan untuk mengobati kejang dan epilepsi.
Obat yang dikonsumsi tentu berdasarkan jenis kejang bayi, usia, serta menghindari efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Biasanya, obat akan diberikan dalam bentuk kapsul, tablet, taburan atau sirup.
2. Stimulasi Otak
Moms, dalam mengatasi epilepsi pada bayi, perlu sejumlah tindakan lain.
Salah satunya yakni menstimulasi otak dengan menempelkan sebuah selang kabel ke kepala.
Dikenal dengan vagus nerve stimulation, ini adalah selang untuk merangsang saraf di sekitar leher.
Adapun, ini lebih sering digunakan pada anak-anak berusia 12 tahun.
Alat ini dipasang untuk membantu menghentikan kejang pada bayi. Namun, ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi seperti:
- Suara serak
- Sakit tenggorokan
- Perubahan suara
Cara ini dilakukan apabila konsumsi obat-obatan tak lagi manjur, Moms.
3. Pembedahan
Operasi dilakukan apabila epilepsi pada bayi tergolong dalam kategori kronis.
Hal ini tujuannya untuk menghentikan penyebaran 'arus listrik' yang buruk melalui otak.
Tak hanya itu, operasi menjadi solusi apabila anak mulai terkena gangguan motorik pada gaya bicara, memori, serta cara penglihatan.
Pembedahan untuk kejang akibat epilepsi terbilang sangat kompleks.
Oleh karena itu, konsultasikan pada dokter apa saja efek samping yang mungkin ditimbulkan ya, Moms.
Baca Juga: Sering BAB tapi Sedikit? Ini Kata Dokter Spesialis!
4. Perbanyak Istirahat
Sebagai orang, perlu membantu anak dalam mengatasi kejangnya. Pengobatan epilepsi pada bayi salah satunya yakni menghindari kegiatan yang dapat memicu kejang.
Pastikan anak untuk tidur cukup setiap harinya ya, Moms. Ketika anak kurang tidur, ini dapat memicu ia mengalami kejang secara mendadak.
Tidak hanya itu, beberapa akivitas lain juga dapat menyebabkan anak kejang, seperti:
- Tidak minum obat epilepsi sesuai resep
- Stres
- Alkohol dan obat-obatan
- Rangasangan cahaya
- Melewati waktu makan
- Demam tinggi
Komplikasi Epilepsi pada Bayi
Moms, epilepsi pada bayi tentunya bisa menghambat perkembangannya, lho. Yuk, simak komplikasi lainnya.
1. Keterlambatan Perkembangan
Kejang yang sering terjadi dapat mengganggu perkembangan neurologis bayi, menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan motorik, bahasa, dan kognitif.
2. Masalah Pernapasan
Kejang berat bisa menyebabkan kesulitan bernapas atau bahkan henti napas sementara.
3. Cedera Fisik
Kejang dapat membuat bayi jatuh atau terluka, terutama jika kejang terjadi saat bayi sedang berada dalam posisi yang tidak aman.
4. Status Epileptikus
Kondisi ini terjadi ketika kejang berlangsung sangat lama atau terjadi kejang berulang tanpa pemulihan kesadaran di antaranya.
Ini adalah keadaan darurat medis yang memerlukan perawatan segera.
5. Masalah Pendidikan dan Sosial
Anak dengan epilepsi yang tidak terkontrol mungkin mengalami kesulitan belajar dan berinteraksi sosial saat mereka tumbuh.
Perawatan epilepsi pada bayi yang efektif sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi ini.
Penting juga bagi orang tua untuk bekerja sama dengan dokter untuk memantau dan mengatur pengobatan serta perkembangan bayi.
Jika ada tanda-tanda komplikasi atau kekhawatiran lain, segera konsultasikan dengan dokter, ya Moms.
Baca Juga: Panik Tangan dan Kaki Bayi seperti Kejang? Ini Kata Dokter!
Nah, itulah beberapa penyebab dan cara mengatasi epilepsi pada bayi.
Jika Si Kecil kemungkinan memiliki satu atau lebih faktor risiko di atas, tidak ada salahnya untuk segera berobat ke dokter guna mendapatkan saran medis lebih lanjut.
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/epilepsy/seizures-and-epilepsy-in-children
- https://www.epilepsy.org.uk/info/children-young-adults/newborn
- https://kidshealth.org/en/parents/meningitis.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.