15 Agustus 2022

Konidin (Obat Batuk): Manfaat, Dosis, dan Efek Samping Penggunaan

Meredakan batuk akibat gangguan pada pernapasan
Konidin (Obat Batuk): Manfaat, Dosis, dan Efek Samping Penggunaan

Konidin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala batuk pada penderita radang saluran pernapasan, influenza (flu), asma, alergi, dan bronkitis.

Di dalamnya mengandung beberapa jenis bahan aktif.

Di antaranya dextromethorphan (kelas morphinan), guaiphenesin (golongan ekspektoran), dan chlorpheniramine maleate (antihistamin generasi pertama).

Beberapa bahan aktif tersebut bekerja dengan meningkatkan jumlah dahak yang diproduksi oleh paru-paru dan dikeluarkan saat batuk.

Obat ini juga bekerja dengan mengencerkan dahak di saluran pernapasan sehingga lebih mudah dikeluarkan.

Baca Juga: Antrain, Obat Penurun Demam dan Mengatasi Nyeri Intensitas Ringan

Keterangan Obat Konidin

istockphoto-1353852220-612x612
Foto: istockphoto-1353852220-612x612 (Istockphoto)

Foto Batuk (istockphoto.com)

Konidin termasuk ke dalam golongan obat bebas yang bisa diperoleh tanpa resep dokter.

Obat dijual dalam satuan per strik isi 4 tablet seharga Rp2000 hingga Rp3000.

Manfaatnya berkat beberapa bahan aktif, seperti:

Guaifenesin (10 Miligram)

Kandungan ini digunakan untuk mengatasi gangguan yang terjadi di saluran pernapasan pada penderita bronkitis dan flu.

Guaifenesin bekerja dengan mengencerkan dahak pada saluran pernapasan, sehingga penderita bisa bernapas lebih lega.

Dextromethorphan HBr (5 Miligram)

Kandungan ini digunakan untuk meredakan batuk akibat pilek atau influenza (flu).

Namun, asupannya tidak boleh digunakan pada penderita batuk kronis akibat merokok, asma, atau emfisema.

Dextromethorphan juga tidak bisa dikonsumsi ketika penderita memiliki dahak dalam jumlah berlebihan dan sulit dikeluarkan.

Chlorpheniramine Maleate 2 (Miligram)

Kandungan ini termasuk dalam keluarga antihistamin.

Obat bekerja dengan mengurangi efek histamin pada tubuh dengan menghambat jumlah produksinya.

Histamin adalah zat kimia pemicu reaksi alergi.

Dengan begitu, gejala batuk pada penderita alergi bisa diminimalisir.

Baca Juga: 4 Komplikasi Bronkitis Kronis pada Ibu Hamil

Dosis Penggunaan Obat

Dosis yang diberikan tergantung pada tingkat keparahan penyakit, gangguan kesehatan, dan usia pengguna.

Berikut ini dosis umum penggunaan obat:

  • Anak berusia 3 hingga 6 tahun. ¼ hingga ½ tablet, 3 kali sehari.
  • Anak berusia 6 hingga 12 tahun. ½ hingga 1 tablet, 3 kali sehari.
  • Anak di atas 12 tahun dan orang dewasa. 1 hingga 2 tablet, 3 kali sehari.

Kategori Kehamilan

Obat ini diklasifikasikan ke dalam kategori C.

Ini menunjukkan efek samping pada janin setelah digunakan oleh ibu hamil.

Terkait dengan penggunaan obat selama masa kehamilan, ini boleh digunakan jika manfaatnya lebih besar ketimbang risikonya.

Obat tidak boleh dikonsumsi selama trimester ketiga atau mendekati waktu persalinan.

Pasalnya, obat menunjukkan risiko pada janin manusia.

Kondisi ini dapat menyebabkan masalah serius hingga mengancam jiwa.

Baca Juga: Hepamax, Obat yang Digunakan untuk Menjaga Fungsi Hati

Perhatian sebelum Menggunakan Obat

istockphoto-1218109128-612x612
Foto: istockphoto-1218109128-612x612 (Istockphoto)

Foto Ilustrasi sedang Sakit (istockphoto.com)

Sebelum menggunakan konidin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:

  • Konsumsi obat sesuai dengan anjuran pada kemasan.
  • Hentikan jika mengalami reaksi alergi, seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, atau pucat.
  • Penderita gangguan fungsi ginjal dan hari harap berhati-hati saat menggunakan obat.
  • Obat tidak bisa dikonsumsi pada anak berusia di bawah dua tahun, ibu hamil dan ibu menyusui, kecuali atas izin dari dokter.
  • Obat tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan alkohol.
  • Jangan mengemudi atau mengoperasikan alat berat setelah pemakaian obat, karena konidin menimbulkan rasa kantuk.

Interaksi Obat Konidin

Konidin meningkatkan risiko efek samping jika penggunaannya dibarengi dengan beberapa jenis obat ini:

  • Obat depresan dan alkohol

Penggunaan bersamaan dengan jenis obat ini meningkatkan risiko efek samping pada sistem saraf pusat.

  • Alprazolam, aripiprazole, benzocaine, buspirone, cetirizine, atau cyproheptadine

Penggunaan bersamaan dengan jenis obat ini meningkatkan efek samping yang dialami.

  • Amiodarone, celecoxib, cimetidine, clarithromycin, atau clotrimazole

Penggunaan bersamaan dengan jenis obat ini menurunkan keefektivitasan chlorpheniramine dalam konidin.

Baca Juga: Mengenal Decolsin, Obat Flu Batuk Khusus Orang Dewasa

Cara Tepat Menyimpan Obat

Sama halnya dengan penggunaan obat lainnya, konidin juga harus disimpan dengan cara yang benar.

Begini cara penyimpanan yang disarankan:

  • Obat seharusnya disimpan di dalam suhu ruangan. Jangan menyimpan pada kulkas atau tempat yang terkena paparan sinar matahari langsung.
  • Obat tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembap, seperti di kamar mandi.
  • Obat tidak boleh disimpan dalam freezer atau dibekukan.
  • Obat tidak boleh disimpan di tempat yang terjangkau oleh anak-anak maupun hewan peliharaan.
  • Obat harus dibuang jika sudah habis masa berlakunya. Namun, pelajari lebih lanjut tips aman membuang produk obat karena bisa saja mencemari lingkungan.
  • Obat tidak bisa dibuang bersamaan dengan sampah rumah tangga karena berisiko mencemari lingkungan.
  • Obat tidak bisa dibuang pada toilet atau saluran pembuangan air.
  • Berkaitan dengan tata cara pembuangan obat yang aman, tanyakan pada apoteker saat membeli obat.

Baca Juga: 12 Cara Alami Pengganti Obat Batuk Berdahak Anak

Efek Samping Penggunaan Obat

Efek Samping Penggunaan Obat.jpg
Foto: Efek Samping Penggunaan Obat.jpg

Foto Mengalami Pusing (Orami Photo Stock)

Meski tidak semua pengguna mengalami efek samping, beberapa kondisi di bawah ini perlu perhatian khusus:

Beberapa efek samping di atas biasanya tidak memerlukan perhatian medis.

Efek samping dapat hilang selama perawatan karena tubuh sudah menyesuaikan diri dengan obat.

Tapi, segera periksakan diri jika salah satu dari efek samping di atas berlanjut atau semakin parah.

Beberapa efek samping yang jarang terjadi, termasuk:

  • Kebingungan
  • Sembelit
  • Pusing dalam intensitas ringan
  • Mengantuk
  • Sakit kepala
  • Mual atau muntah
  • Sakit perut

Tidak semua pengguna mengalami efek samping setelah pemakaian obat.

Namun, beberapa kondisi di atas perlu diwaspadai agar tidak berisiko membahayakan nyawa.

  • https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682492.html
  • https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/dextromethorphan-oral-route/side-effects/drg-20068661?p=1
  • https://www.drugs.com/dextromethorphan.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb