21 Maret 2024

7 Gejala DBD pada Anak, Kenali Fasenya, Jangan Sampai Kritis

Pastikan DBD pada anak ditangani segera dengan tepat
7 Gejala DBD pada Anak, Kenali Fasenya, Jangan Sampai Kritis

Penting bagi Moms untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala DBD pada anak-anak.

Sebab, Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah sebuah penyakit serius yang berpotensi menyebabkan kematian.

Penyakit DBD pada anak tidak boleh dianggap sepele, ya, Moms!

Pernyataan ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

"Satu dari 20 pasien dengue (demam berdarah) bisa menjadi berat sehingga fatal. Nah tentunya kita mesti hati-hati pada pasien-pasien dengue dengan komorbid dan bayi," jelas dr. Anggraini Alam.

Perjalanan klinis dengue atau demam berdarah bisa memengaruhi seluruh organ tubuh bahkan tidak hanya sekadar pendarahan, Moms.

"Artinya, bukan hanya masalah trombosit yang rendah, karena saking dinamisnya dengue diklasifikasikan oleh WHO mulai dari dengue yang tanpa adanya tanda bahaya sampai ada tanda bahaya yang kemudian bisa menjadi berat," tambah dr. Anggraini Alam.

Untuk itu, Moms perlu tahu bagaimana seseorang bisa tertular demam berdarah, gejala DBD pada anak, hingga cara mengatasinya.

Baca Juga: Infeksi Virus, Cari Tahu Jenis hingga Cara Mengatasinya

Penularan Demam Berdarah

Gigitan Nyamuk
Foto: Gigitan Nyamuk (https://www.preventionweb.net/go/53918)

Demam berdarah memang tidak dapat menyebar secara langsung dari orang ke orang.

Namun, seseorang yang terinfeksi DBD bisa menjadi sumber infeksi bagi nyamuk.

Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demam berdarah merupakan penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk.

Virus ini dibawa oleh nyamuk betina, terutama dari spesies Aedes aegypti.

Seekor nyamuk menjadi terinfeksi ketika menghisap darah dari orang yang terinfeksi DBD dan menularkan virus ke orang lain saat nyamuk menggigit orang tersebut.

"Setelah 5 hingga 14 hari, virus akan matang di kelenjar liur nyamuk dan menularkan ke korban berikutnya saat menggigit orang lain," jelas Dr. Leong Hoe Nam, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura.

Demam berdarah tersebar luas di daerah tropis, dengan variasi risiko lokal yang dapat dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, kelembapan, dan tingkat urbanisasi cepat yang tidak terencana.

Dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Desember 2020, diketahui bahwa kasus DBD tersebar di 472 kabupaten atau kota di 34 provinsi.

Kematian akibat DBD terjadi di 219 kabupaten atau kota.

Faktor Risiko DBD

Ada faktor-faktor yang meningkatkan risiko terhadap penyakit demam berdarah pada anak. Faktor risiko tersebut meliputi:

1. Tinggal atau Bepergian ke Daerah Tropis

Berada di daerah tropis dan subtropis dapat meningkatkan risiko terkena virus yang menyebabkan demam berdarah.

Beberapa di antaranya termasuk Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik Barat, Amerika Latin, dan Karibia.

2. Sebelumnya Pernah Terinfeksi Virus Demam Berdarah

Infeksi dengan virus demam berdarah sebelumnya bisa meningkatkan risiko gejala yang lebih parah jika terinfeksi lagi.

Baca Juga: Waspada Flu Singapura, Infeksi Virus yang Patut Diperhatikan

Fase Demam Berdarah

Moms, cara mengenali DBD memang terbilang cukup sulit karena mirip dengan gejala-gejala flu lainnya terlebih di masa pandemi, Moms pasti kebingungan membedakan keduanya.

Namun, sesuai dengan namanya—demam berdarah—salah satu cara mudah untuk mengenali DBD adalah adanya pendarahan.

Tapi jika sudah masuk tahap pendarahan, artinya gejala sudah parah.

Nah, Dr. Anggraini Alam menjelaskan ada tiga fase demam berdarah yang bisa dengan mudah Moms temui pada Si Kecil.

1. Fase Demam

Demam Akibat DBD
Foto: Demam Akibat DBD (Orami Photo Stocks)

Fase demam ini, merupakan salah satu gejala DBD pada anak, lho Moms!

"Demam yang timbul biasanya mendadak tinggi yang dapat berlangsung 2 sampai 7 hari," jelas Dr. Anggraini Alam.

Di fase ini, ada komplikasi yang mungkin dialami anak-anak, yaitu bisa kejang, atau Si Kecil jadi enggan untuk minum.

Ketika anak enggan untuk minum, maka berisiko dehidrasi.

Gejala yang paling umum ditemui pada fase ini adalah muka memerah.

2. Fase Kritis

Di fase ini, demam justru turun. Tapi penurunan demam ini jangan dianggap sembuh, ya, Moms!

Justru, ini merupakan fase paling berbahaya dari ketiga fase.

"Fase kritis adalah yang paling buruk karena ada perembesan plasma, terjadi syok komplikasi perdarahan, gagal hati, syok apapun yang bersifat berkepanjangan pada akhirnya gangguan organ," ungkap Dr. Anggraini Alam.

Menurut Dr. Anggraini Alam, jika sudah mengalami pendarahan hebat, maka kondisi DBD ini bisa dikatakan masuk ke fatality rate yang tinggi.

3. Fase Pemulihan

Fase pemulihan terjadi sekitar 2 sampai 4 hari. "Dalam 7 hari, 3 fase terlewati jadi sempit sekali, masa kritis hanya 24 sampai 48 jam.

Tapi fase ini yang menentukan apakah pasien selamat atau tidak," tambah Dr. Anggraini Alam.

Jadi, yang bisa Moms lakukan adalah ketahui gejala di tiap fasenya. Terlebih, jangan bahagia bilamana demam Si Kecil mendadak turun.

Jika demam Si Kecil mendadak turun, itu pertanda anak sudah masuk ke fase kritis.

Di mana seperti yang sudah disebutkan di atas, fase kritis adalah fase paling buruk yang bisa mengancam kehidupan.

Nah, ada tips dari Dr. Anggraini Alam untuk mudah mengenali gejala DBD pada anak.

Jika suhu tubuh Si Kecil rendah, tetapi aktivitasnya menurun, ia menjadi lebih diam, terlihat lemah dan gelisah, serta perilakunya tidak seperti biasa, mungkin kondisinya tidak baik.

Lalu, ada gejala lainnya, seperti tidak buang air kecil lebih dari 4 jam sampai 6 jam dan sulit untuk disuruh minum air.

Apabila menemukan gejala-gejala tersebut, Moms harus segera waspada karena bisa jadi Si Kecil sedang dalam tahap transisi dari demam ke fase kritis.

Hal terpenting adalah mencari ada/tidaknya tanda bahaya di tubuh Si Kecil.

Jika ragu, segera bawa Si Kecil berobat ke dokter atau rumah sakit, ya, Moms!

Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Mata Berdarah, Simak!

Awal Mula Fase Kritis DBD

Gejala DBD pada Si Kecil (Orami Photo Stock)
Foto: Gejala DBD pada Si Kecil (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stocks)

Untuk mempermudah Moms dalam mengidentifikasi dengue, berikut adalah beberapa warning signs yang perlu diperhatikan pada Si Kecil.

1. Ciri-ciri Fase Kritis

Sebagai informasi tambahan, gejala fase kritis biasanya muncul antara hari ke-2 hingga ke-7 setelah Si Kecil mengalami demam.

Kedua, waspada saat demam mulai turun (rata-rata setelah hari ketiga).

Terakhir, Moms harus memastikan untuk mengidentifikasi adanya tanda bahaya sebagai indikasi kapan Si Kecil sebaiknya segera dirawat inap di rumah sakit.

Dengan demikian, ia bisa mendapatkan penanganan yang paling tepat sebelum muncul komplikasi.

2. Warning Signs

  • Tidak ada perbaikan klinis saat demam turun.
  • Asupan minum sulit atau anak tidak ingin minum.
  • Muntah terus menerus
  • Nyeri perut
  • Letargi atau tubuh terasa lemah hingga perubahan perilaku.
  • Pucat, tangan dan kaki dingin, hingga terasa lembab.
  • Pembesaran hati lebih dari 2 cm.
  • Pendarahan, seperti epistaksis, hematemesis, melena, menoragia, hemoglobinuria atau hematuria.
  • Giddines atau pusing yang berlebihan.
  • Diuresis menurun atau penurunan zat cair di tubuh.

Apa Saja Gejala DBD pada Anak?

Bentol Akibat Nyamuk (parenting.firstcry.com)
Foto: Bentol Akibat Nyamuk (parenting.firstcry.com)

Tidak ingin Si Kecil mengalami kondisi kesehatan yang serius karena penyakit DBD?

Yuk, Moms kita cari tahu apa saja yang termasuk gejala DBD pada anak berikut ini.

1. Mengalami Flu

Gejala awal DBD pada anak bisa menyerupai gejala flu.

Namun, flu ini biasanya akan muncul sekitar 1,5 - 10 hari setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus DBD.

Jika ini merupakan kasus yang ringan, gejala akan hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu 2 - 7 hari.

2. Demam Tinggi Hingga 40 Derajat Celcius

Menurut Johns Hopkins Medicine, salah satu gejala DBD pada anak adalah demam yang sangat tinggi.

Tidak seperti demam biasa, demam pada penderita penyakit DBD bisa mencapai suhu 40 derajat Celcius dengan jangka waktu lebih lama, sekitar 2 - 7 hari.

Akibat demam ini, tubuh Si Kecil dapat mengeluarkan banyak keringat hingga membuatnya kekurangan cairan atau dehidrasi.

3. Ruam di Beberapa Bagian Tubuh

Gejala DBD pada anak selanjutnya adalah munculnya ruam di tubuh.

Ciri paling terlihat pada penderita penyakit DBD adalah munculnya ruam merah akibat gigitan nyamuk di beberapa bagian tubuh.

Ruam tersebut biasanya muncul di wajah, leher, telapak tangan, kaki, dada, dan bagian tubuh lainnya.

Ruam merah ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam kurun waktu satu minggu.

4. Pendarahan di Hidung dan Gusi

Pendarahan di hidung dan gusi bisa menjadi gejala DBD pada anak yang perlu diwaspadai.

Jika Si Kecil sudah positif terkena DBD dan mengalami pendarahan di beberapa bagian tubuh, seperti hidung dan gusi, kemungkinan ia telah masuk ke dalam fase penyakit DBD.

Pendarahan ini bisa terjadi dengan sangat tiba-tiba, lho Moms!

Baca Juga: 8 Penyebab Anak Bayi Mimisan dan Cara Mengatasinya!

5. Mual dan Muntah 

Tanda demam berdarah lainnya yang bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa adalah mual dan muntah.

Gangguan ini juga termasuk dalam masalah pencernaan, sehingga juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut atau punggung.

Menurut Centers of Disease Control and Prevention, gejala ini biasanya muncul 2-4 hari setelah virus menyerang tubuh.

6. Rasa Sakit di Sendi, Otot, atau Tulang

Yang juga cukup kentara menjadi gejala DBD pada adalah adanya rasa nyeri di area sendi, otot, atau tulang.

Tidak hanya rasa sakit di perut, bagian tubuh lainnya, seperti sendi, otot, dan tulangnya pun terasa sakit.

Moms harus waspada jika Si Kecil mengeluhkan rasa sakit yang luar biasa di bagian tubuhnya, terutama di bagian kepala.

7. Trombosit Turun

Ketika demam Si Kecil tidak kunjung turun selama beberapa hari, ada baiknya Moms segera melakukan tes darah.

Melalui tes darah tersebut akan terlihat apakah trombositnya masih dalam angka normal atau tidak.

Penurunan jumlah trombosit bisa menjadi indikator jelas dari gejala DBD pada anak.

“Mayoritas DBD terjadi pada anak di bawah 15 tahun. DBD bisa menjadi berbahaya karena pasien bisa mengalami sakit perut parah, pendarahan hebat, dan turunnya tekanan darah.

Jika tidak ditangani dengan cepat, dapat menyebabkan kematian,” jelas Dr. Charles Patrick Davis, MD, PhD, dokter dan konsultan kesehatan di San Antonio.

Moms bisa simak penjelasannya lebih lanjut di video berikut ini:

Diagnosis DBD pada Anak

Diagnosis DBD pada Anak (sitarambhartia.org)
Foto: Diagnosis DBD pada Anak (sitarambhartia.org)

Melansir Johns Hopkins All Children's Hospital, untuk bisa memberi diagnosis demam berdarah, dokter akan memeriksa terlebih dulu dan mengevaluasi gejala DBD pada anak yang dirasakan.

Selain itu, dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan anak dan kegiatan perjalanan yang baru-baru ini dilakukan, serta menguji sampel darah anak untuk dicari tahu penyakitnya.

Karena itu, bila Si Kecil baru-baru ini berkunjung ke daerah berisiko demam berdarah yang tinggi, dan mengalami demam atau sakit kepala yang parah, segera menghubungi dokter.

Diagnosis yang akurat sangat krusial untuk penanganan efektif DBD.

Dokter biasanya menggunakan berbagai tes darah untuk memeriksa antibodi virus dengue atau adanya infeksi.

Tes darah merupakan alat diagnostik yang penting dalam menentukan apakah seseorang terinfeksi virus dengue.

Gejala demam berdarah mungkin mirip dengan penyakit lain.

Karenanya, tes darah adalah alat penting untuk membedakan penyebab gejala dan menegakkan diagnosis yang akurat.

Berikut ini beberapa tes yang biasa digunakan dokter untuk mendiagnosis DBD:

1. Tes Virologi

Tes virologi adalah metode diagnostik yang langsung menguji unsur virus dalam darah pasien.

Metode ini sangat akurat dalam mendeteksi keberadaan virus dengue, tetapi seringkali memerlukan peralatan khusus dan staf medis yang terlatih secara teknis.

Tes virologi mungkin tidak tersedia di semua fasilitas medis karena kompleksitasnya.

Dalam tes virologi, sejumlah sampel darah Si Kecil akan diambil dan diperiksa untuk melihat keberadaan materi genetik virus.

Hasil positif menunjukkan bahwa virus dengue ada dalam tubuh.

Namun, hasil ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati oleh dokter, karena ada faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil tes.

2. Tes Serologis

Tes serologis adalah jenis pengujian yang mendeteksi antibodi dalam darah.

Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap infeksi.

Tes ini membantu mengidentifikasi apakah seseorang telah terinfeksi virus dengue baru-baru ini atau dalam masa lampau.

Metode ini lebih mudah dilakukan dan lebih umum tersedia dibandingkan tes virologi.

Jika antibodi ditemukan dalam darah, ini menunjukkan adanya infeksi virus.

Itulah beberapa tes untuk mendiagnosis gejala DBD pada anak.

Jika Si Kecil menunjukkan gejala DBD, konsultasikan segera dengan dokter.

Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh dan mungkin merujuk untuk menjalani tes darah guna memastikan diagnosis yang akurat.

Semakin cepat diagnosis ditegakkan, semakin baik penanganan yang dapat diberikan.

Baca Juga: 15 Cara Mengusir Nyamuk dengan Bahan Alami, Ampuh Bikin Nyamuk Tidak Datang Lagi


Cara Mengatasi DBD pada Anak Berdasarkan Gejala

Anak Sakit Demam (parentcircle.com)
Foto: Anak Sakit Demam (parentcircle.com)

Perawatan DBD pada anak dapat dilakukan di rumah asalkan gejalanya berada pada tingkat yang ringan.

Saat ini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan demam berdarah, sehingga fokus perawatan adalah meredakan gejala yang dialami anak.

1. Cara Mengatasi DBD Gejala Ringan

Untuk membantu meringankan gejala DBD pada anak yang masih dalam kategori ringan, menurut Kids Health, dokter biasanya menyarankan untuk melakukan hal-hal berikut:

  • Konsumsi cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
  • Banyak beristirahat.
  • Minum obat paracetamol yang meredakan demam.
  • Hindari penggunaan aspirin atau ibuprofen, karena obat-obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan.

Sebagian besar kasus demam berdarah akan hilang dalam beberapa minggu dan tidak akan menyebabkan masalah jangka panjang.

Namun, kasus demam berdarah yang serius mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit, termasuk pemberian cairan intravena (IV) dan pemantauan ketat.

2. Cara Mengatasi DBD Gejala Berat

Jika gejala DBD pada anak memburuk atau tidak membaik setelah 1-2 hari, segera bawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) atau konsultasikan dengan dokter.

Demam berdarah parah merupakan keadaan darurat medis, sehingga memerlukan perhatian medis atau rawat inap.

Baca Juga: 6 Tanda Bintik Merah DBD pada Bayi yang Harus di Waspadai

Cara Mengatasi DBD pada Anak Secara Alami

Anak Minum Jus Sayur (healthline.com)
Foto: Anak Minum Jus Sayur (healthline.com)

Sebagai tambahan, berikut beberapa pengobatan rumahan yang efektif yang dapat membantu mengendalikan gejala demam berdarah.

1. Jus Daun Pepaya

Daun pepaya dapat dijadikan obat herbal dalam mengurangi gejala DBD pada anak yang dirasakannya.

Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah penelitian pada tahun 2017 dalam Journal of Ayurveda and Integrative Medicine.

Dikatakan bahwa jus daun pepaya dapat meningkatkan jumlah trombosit yang signifikan pada pasien yang terinfeksi virus dengue dalam waktu 24 jam pengobatan.

Moms bisa membuatnya dengan mencampurkan daun pepaya, air, dan madu untuk rasa dan khasiat yang lebih baik.

2. Tanaman Jambu Biji

Jus jambu biji kaya akan nutrisi. Tidak hanya buahnya, ekstrak kayu dan daunnya juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

Berdasarkan penelitian di jurnal Virus Disease, dijelaskan bahwa tanaman jambu biji memiliki sifat antivirus.

Tanaman ini diyakini efektif dalam mengatasi berbagai jenis virus, termasuk influenza, virus dengue, herpes simpleks, dan hepatitis B.

Baca Juga: Cari Tahu Fakta-Fakta Penting Fogging untuk Basmi Nyamuk DBD

3. Jus Giloy (Brotowali)

Jus giloy atau brotowali telah dikenal sebagai obat yang efektif untuk mengatasi demam berdarah.

Jus ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan metabolisme dan membangun kekebalan tubuh.

Kekebalan yang kuat ini membantu tubuh melawan virus penyebab demam berdarah dengan lebih efektif.

Selain itu, jus ini juga membantu meningkatkan jumlah trombosit dalam darah.

Cara mengonsumsinya cukup sederhana; cukup rebus dua batang kecil tanaman giloy dalam satu gelas air, lalu berikan pada anak Moms selagi hangat.

Alternatifnya, Moms juga bisa menambahkan beberapa tetes jus Giloy ke dalam segelas air matang dan meminumnya dua kali sehari.

Tetapi, pastikan untuk tidak memberikannya secara berlebihan dan selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengobatan ini pada anak Moms.

4. Biji Fenugreek

Biji fenugreek juga memiliki manfaat dalam mengendalikan demam berdarah. Biji ini kaya akan nutrisi penting yang membantu tubuh melawan infeksi.

Caranya, rendam beberapa biji fenugreek dalam segelas air panas, biarkan air tersebut menjadi dingin, lalu minum dua kali sehari.

Air rendaman biji fenugreek juga mengandung vitamin C, K, dan serat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Selain meredakan demam, air rendaman biji fenugreek juga membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

5. Teh Barley

Teh barley memiliki komponen organik yang kaya akan vitamin B1, B2, B6, B12, asam folat, dan asam pantotenat.

Selain itu, teh ini juga mengandung mineral penting seperti zat besi, kalsium, potasium, dan magnesium.

Semua nutrisi ini berperan dalam mengobati kelelahan berkepanjangan dan kekurangan vitamin.

Teh ini juga berperan dalam meningkatkan jumlah trombosit dan sel darah merah, faktor yang krusial dalam pengobatan demam berdarah.

Beberapa ahli kesehatan juga menyarankan penggunaan daun jelai dan pepaya sebagai metode pengobatan alami yang efektif untuk demam berdarah.


6. Lada Hitam

Lada hitam memiliki sifat antibakteri, anti-inflamasi, dan antivirus yang bekerja di tingkat sel untuk melawan virus dan menghilangkan infeksi.

Kombinasi lada hitam dan daun tulsi dalam bentuk kadha terbukti sangat efektif. Ambil 3-4 lembar daun tulsi, cuci bersih, dan rebus dengan segelas air.

Setelah mendidih, tambahkan sedikit lada hitam yang memiliki sifat menguntungkan.

Minum ramuan ini secara rutin selama fase penyembuhan untuk mengembalikan vitalitas tubuh.

7. Daun Neem

Daun mimba (neem) telah terbukti dapat meningkatkan jumlah sel darah putih dan trombosit dalam darah.

Senyawa "Nimbin" dan "Nimbidin" yang terdapat dalam daun mimba memiliki efek antiinflamasi, antipiretik, dan antimikroba yang membantu dalam pengobatan DBD.

Moms dapat merebus daun mimba segar dalam air untuk mengonsumsinya.

Selain itu, Moms juga bisa membuat jus dari daun mimba dengan menggiling beberapa daun segar dengan secangkir air.

Tambahkan sedikit madu atau jus lemon sesuai selera.

Dalam pengobatan demam berdarah, bahan-bahan alami ini dapat menjadi alternatif yang efektif untuk meredakan gejala dan membantu pemulihan.

Namun, sebaiknya konsultasikan dengan profesional medis sebelum mencoba pengobatan alami ini ya, Moms.

Baca Juga: Kenali Siklus Hidup Nyamuk dan Cara Membasminya

Cara Mencegah DBD pada Anak

Nyamuk Aedes Aegypti (sciencenewsforstudents.org)
Foto: Nyamuk Aedes Aegypti (sciencenewsforstudents.org)

Hingga kini, belum ada vaksin yang efektif mencegah infeksi virus demam berdarah.

Jika akan berkunjung ke area yang memiliki risiko tinggi terhadap demam berdarah, ada beberapa langkah perlindungan yang dapat Moms lakukan.

Menurut Mayo Clinic, cara paling efektif untuk mencegah DBD pada anak adalah dengan menghindari gigitan nyamuk pembawa virus ini.

Berikut langkah yang bisa dilakukan:

1. Pakai Pakaian Tertutup

Mengenakan pakaian pelindung, terutama saat pergi ke daerah yang dipenuhi nyamuk. Pakai baju lengan panjang, celana panjang, kaus kaki, dan sepatu.

2. Gunakan Pengusir Nyamuk

Ini bisa berupa obat nyamuk semprot atau losion yang mengandung minimal 10% konsentrasi DEET (diethyltoluamide).

Moms juga bisa menggunakan kelambu untuk melindungi dari gigitan nyamuk saat tidur.

3. Memberantas Penyebab Nyamuk

Karena nyamuk bertelur di air, maka singkirkan genangan air. Ganti air bersih pada wadah seperti ember dan vas bunga setidaknya seminggu sekali.

4. Menjaga Kebersihan di Rumah

Menjaga kebersihan lingkungan adalah langkah paling utama untuk mencegah perkembangbiakan serangga yang bisa menyebabkan demam berdarah.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat Moms lakukan untuk menjaga kebersihan rumah:

  • Jangan biarkan sampah-sampah menumpuk.
  • Bersihkan sudut rumah secara teratur untuk mencegah persembunyian nyamuk.
  • Singkirkan tempat berkembang biak nyamuk. Periksa genangan air di pemandian atau kolam rumah.
  • Tanaman yang tumbuh lebat juga bisa menjadi sarang nyamuk. Hindari menanam banyak tanaman di bulan-bulan ketika penyakit demam berdarah menyebar.

5. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Berikutnya, Moms bisa membantu Si Kecil dalam meningkatkan kekebalan tubuh, dengan beragam cara ini.

  • Adopsi pola makan tinggi protein dapat membantu memperbaiki dan mencegah kerusakan pada trombosit dalam tubuh.
  • Pola makan non-vegetarian berupa daging, telur dan ikan merupakan sumber protein yang kaya.
  • Untuk anak vegetarian bisa berikan kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan produk susu.

Tindakan pencegahan ini dapat membantu mengurangi penyebaran demam berdarah, dan meringankan gejala penyakit.

Baca Juga: 8 Penyebab Bentol Berair pada Kulit Bayi dan Cara Atasinya

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan hingga kini juga terus melakukan upaya pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk.

Yuk, waspadai penyakit DBD dengan menerapkan program 3M, yaitu: menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat potensial bagi nyamuk untuk bertelur.

Tingkatkan juga pencegahan dengan rutin melakukan fogging di daerah tempat tinggal. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati, ya, Moms!

  • https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20201203/2335899/data-kasus-terbaru-dbd-indonesia/
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue
  • https://www.hopkinsallchildrens.org/patients-families/health-library/healthdocnew/dengue-fever
  • https://www.kemkes.go.id/article/view/16020900002/kendalikan-dbd-dengan-psn-3m-plus.html
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5607393/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8036240/
  • https://www.cdc.gov/dengue/symptoms/family.html
  • https://kidshealth.org/en/teens/dengue.html
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dengue-fever/symptoms-causes/syc-20353078
  • https://www.healthline.com/health/dengue-fever#diagnosis
  • https://www.healthshots.com/mom-says/home-remedies-for-dengue-fever/
  • https://www.ndtv.com/health/dengue-fever-5-effective-home-remedies-for-dengue-fever-you-must-try-2093034

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb