08 Desember 2023

Ketindihan saat Tidur? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ketahui juga penjelasan dari sisi primbon Jawa dan pandangan Islam
Ketindihan saat Tidur? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Faktor Risiko Ketindihan atau Sleep Paralysis

Tidur Cukup
Foto: Tidur Cukup (Unsplash.com/bruce mars)

Sebanyak 4 dari 10 orang sangat mungkin mengalami kelumpuhan tidur atau ketindihan.

Kondisi ini sering kali terjadi pada masa remaja. Baik pria maupun wanita dari segala usia dapat mengalaminya.

Menurut penelitian dalam National Institute of Neurological Disorder and Stroke, kelumpuhan saat tidur memang dapat terjadi pada semua usia.

Tetapi, gejala pertama sering muncul pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa muda (rentang usia 7-25 tahun).

Setelah dimulai pada masa remaja, episode sleep paralysis dapat berulang, bahkan terjadi lebih sering ketika menginjak usia 20-an dan 30-an.

Baca Juga: Ini 13 Cara Cepat Tidur untuk Para Penderita Insomnia

Faktor yang mungkin menyebabkan sleep paralysis, meliputi:

  • Kurang tidur
  • Jadwal tidur yang berubah
  • Kondisi mental seperti stres atau gangguan bipolar
  • Tidur telentang
  • Masalah tidur lainnya seperti narkolepsi atau kram kaki di malam hari
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti untuk ADHD
  • Penyalahgunaan zat.

Sementara itu, Quality of Life Research menyatakan bahwa kelumpuhan saat tidur mungkin berkaitan dengan kondisi kesehatan mental tertentu.

Misalnya, pada orang dengan gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, mereka lebih mungkin mengalami sleep paralysis.

Baca Juga: 10 Langkah Pertama Anak Jatuh dari Tempat Tidur, Waspada!

Penyebab Ketindihan atau Sleep Paralysis

Tidur Nyenyak
Foto: Tidur Nyenyak (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut medis, penyebab ketindihan dapat berkaitan dengan adanya gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Kondisi tersebut pun bisa terjadi pada orang yang pernah mengalami pelecehan seksual atau jenis tekanan fisik dan emosional lainnya.

Menghentikan konsumsi alkohol atau obat antidepresan juga dapat menyebabkan rebound REM, yang pada akhirnya mencetuskan kelumpuhan tidur.

Selain itu, studi juga telah menemukan risiko sleep paralysis yang lebih tinggi pada orang dengan riwayat keluarga kelumpuhan tidur.

Walau begitu, para ilmuwan masih belum menentukan sejauh mana kondisi genetik berkaitan dengan risiko tersebut .

Beberapa penelitian lain dalam Journal of Sleep Research menemukan beberapa penyebab lain dari ketindihan.

Diketahui bahwa risiko sleep paralysis lebih tinggi pada orang dengan ciri-ciri imajinatif atau disosiasi dari lingkungan terdekat.

Akan tetapi, dengan semua korelasi tersebut, penyebab pasti sleep paralysis masih belum diketahui pasti hingga saat ini.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui lebih dalam seputar ketindihan alias sleep paralysis.

Baca Juga: Cari Tahu Macam-macam Gangguan Tidur, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Diagnosis Ketindihan atau Sleep Paralysis

Kamar Tidur Lesehan
Foto: Kamar Tidur Lesehan (domino.com)

Orang yang sering mengalami sleep paralysis perlu segera berkonsultasi dengan dokter, psikolog, atau psikiater agar keluhan tidak berlanjut.

Beberapa hal yang akan ditanyakan kepada pasien saat sesi konsultasi untuk menegakkan diagnosis, antara lain:

  • Gejala. Seberapa sering mengalami ketindihan? Seperti apa rasanya, dan kapan mulainya?
  • Kualitas tidur. Berapa lama durasi tidur di malam hari? Apakah merasa lelah di siang hari?
  • Riwayat medis, termasuk obat-obatan yang dikonsumsi, kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • Gangguan kesehatan mental, yang mungkin termasuk kecemasan, stres pasca-trauma atau depresi.
  • Riwayat keluarga

Pertanyaan-pertanyaan di atas diajukan untuk dokter bisa menentukan pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Kenali Hemiplegia, Kondisi Lumpuh di Salah Satu Sisi Tubuh

Selain dari penjelasan medis, ada pula arti ketindihan menurut Islam dan sejumlah kepercayaan orang...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb