08 Desember 2023

Ketindihan saat Tidur? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ketahui juga penjelasan dari sisi primbon Jawa dan pandangan Islam
Ketindihan saat Tidur? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Pernah merasa seperti 'rep-repan' atau tubuh tak bisa digerakkan ketika tidur setengah sadar? Kondisi ini juga sering disebut ketindihan, Moms.

Dalam istilah medis, ketindihan dikenal dengan sebutan sleep paralysis.

Rasanya, saat sedang tidur, seseorang kerap merasa seperti ada sesuatu yang menimpa tubuh sehingga terasa berat dan tak dapat bergerak.

Masalah tidur seperti ini sering dianggap sebagai sebuah hal yang berkaitan dengan hal mistis.

Banyak yang mengatakan bahwa hal seperti ini adalah sebuah peristiwa di mana Moms sedang ditindih oleh makhluk halus dan sejenisnya.

Benar seperti itu atau tidak, ya, Moms?

Yuk, simak penjelasan medis dan sisi lain tentang peristiwa ketindihan saat tidur atau sleep paralysis!

Baca Juga: 4 Posisi Tidur yang Baik untuk Meningkatkan Kualitas Tidur

Mengenal Ketindihan atau Sleep Paralysis

Ketindihan Saat Tidur (Orami Photo Stock)
Foto: Ketindihan Saat Tidur (Orami Photo Stock)

Merasa ketindihan saat tidur dikenal pula dengan istilah sleep paralysis.

Kondisi ini diartikan sebagai perasaan sadar atau setengah tidur, tetapi tubuh tidak bisa digerakkan.

Saat mengalami sleep paralysis, Moms mungkin tidak dapat bergerak atau berbicara selama beberapa detik hingga menit.

Bahkan, sebagian orang mungkin juga merasakan tekanan atau rasa tercekik.

Sleep paralysis alias kelumpuhan tidur dapat menyertai gangguan lainnya, seperti narkolepsi.

Narkolepsi adalah kebutuhan tidur yang sangat besar akibat masalah kemampuan otak untuk mengatur tidur.

Menurut Sleep Foundation, kelumpuhan tidur dikategorikan sebagai jenis parasomnia.

Arti ketindihan atau parasomnia merupakan perilaku abnormal saat tidur.

Kondisi ini terhubung dengan tahap rapid eye movement (REM) dari siklus tidur. Karenanya, kelumpuhan tidur dianggap sebagai parasomnia REM.

Baca Juga: Mengenal Sleep Apnea, Berikut Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya Moms

Gejala Ketindihan atau Sleep Paralysis

Gangguan Tidur
Foto: Gangguan Tidur (Chronobiology.com)

Gejala mendasar dari kelumpuhan tidur atau ketindihan adalah ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh.

Hal ini biasanya terjadi segera setelah tertidur.

Seseorang mungkin merasa terjaga dan menyadari bahwa dirinya kehilangan kontrol otot pada tubuh.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam U.S National Library of Medicine, diperkirakan 75% dari gejala ketindihan saat tidur melibatkan halusinasi yang berbeda dari mimpi biasa.

Seperti atonia, ini dapat terjadi saat tertidur (halusinasi hipnagogik) atau terjaga (halusinasi hipnopompik).

Halusinasi selama ketindihan saat tidur terbagi dalam 3 kategori, yaitu:

  • Halusinasi penyusup, yang melibatkan persepsi orang berbahaya atau kehadiran di dalam ruangan.
  • Halusinasi tekanan dada, juga disebut halusinasi inkubus (incubus hallucination), yang dapat memicu perasaan lemas. Ini sering terjadi bersama dengan halusinasi penyusup.
  • Halusinasi motorik vestibular (V-M), yang dapat mencakup perasaan bergerak (seperti terbang) atau sensasi berada di luar tubuh.

Baca Juga: Susah Tidur? Hadirkan 5 Tanaman Ini Di Kamar Tidur Agar Bisa Tidur Nyenyak

Atonia sering kali terasa menyulitkan seseorang saat tidur.

Halusinasi yang cukup parah dapat membuat gejala ketindihan saat tidur menjadi lebih mengganggu.

Karena alasan itulah, sekitar 90% episode dikaitkan dengan ketakutan yang parah.

Sementara itu, hanya sebagian kecil yang mengalami halusinasi menyenangkan atau membahagiakan.

Berdasarkan Journal of Neuropsychiatric Disease and Treatment, episode sleep paralysis dapat berlangsung selama beberapa detik hingga sekitar 20 menit.

Umumnya, durasi rata-ratanya adalah antara 6-7 menit. Pada kebanyakan kasus, episode berakhir dengan sendirinya.

Tak menutup kemungkinan, episode tersebut terganggu oleh sentuhan, suara orang lain, atau upaya diri sendiri yang intens untuk bergerak sebagai upaya mengatasi atonia.

Baca Juga: Posisi Bayi Tidur Miring Berbahaya untuk Kesehatan, Ini Risikonya


Faktor Risiko Ketindihan atau Sleep Paralysis

Tidur Cukup
Foto: Tidur Cukup (Unsplash.com/bruce mars)

Sebanyak 4 dari 10 orang sangat mungkin mengalami kelumpuhan tidur atau ketindihan.

Kondisi ini sering kali terjadi pada masa remaja. Baik pria maupun wanita dari segala usia dapat mengalaminya.

Menurut penelitian dalam National Institute of Neurological Disorder and Stroke, kelumpuhan saat tidur memang dapat terjadi pada semua usia.

Tetapi, gejala pertama sering muncul pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa muda (rentang usia 7-25 tahun).

Setelah dimulai pada masa remaja, episode sleep paralysis dapat berulang, bahkan terjadi lebih sering ketika menginjak usia 20-an dan 30-an.

Baca Juga: Ini 13 Cara Cepat Tidur untuk Para Penderita Insomnia

Faktor yang mungkin menyebabkan sleep paralysis, meliputi:

  • Kurang tidur
  • Jadwal tidur yang berubah
  • Kondisi mental seperti stres atau gangguan bipolar
  • Tidur telentang
  • Masalah tidur lainnya seperti narkolepsi atau kram kaki di malam hari
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti untuk ADHD
  • Penyalahgunaan zat.

Sementara itu, Quality of Life Research menyatakan bahwa kelumpuhan saat tidur mungkin berkaitan dengan kondisi kesehatan mental tertentu.

Misalnya, pada orang dengan gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, mereka lebih mungkin mengalami sleep paralysis.

Baca Juga: 10 Langkah Pertama Anak Jatuh dari Tempat Tidur, Waspada!

Penyebab Ketindihan atau Sleep Paralysis

Tidur Nyenyak
Foto: Tidur Nyenyak (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut medis, penyebab ketindihan dapat berkaitan dengan adanya gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Kondisi tersebut pun bisa terjadi pada orang yang pernah mengalami pelecehan seksual atau jenis tekanan fisik dan emosional lainnya.

Menghentikan konsumsi alkohol atau obat antidepresan juga dapat menyebabkan rebound REM, yang pada akhirnya mencetuskan kelumpuhan tidur.

Selain itu, studi juga telah menemukan risiko sleep paralysis yang lebih tinggi pada orang dengan riwayat keluarga kelumpuhan tidur.

Walau begitu, para ilmuwan masih belum menentukan sejauh mana kondisi genetik berkaitan dengan risiko tersebut .

Beberapa penelitian lain dalam Journal of Sleep Research menemukan beberapa penyebab lain dari ketindihan.

Diketahui bahwa risiko sleep paralysis lebih tinggi pada orang dengan ciri-ciri imajinatif atau disosiasi dari lingkungan terdekat.

Akan tetapi, dengan semua korelasi tersebut, penyebab pasti sleep paralysis masih belum diketahui pasti hingga saat ini.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui lebih dalam seputar ketindihan alias sleep paralysis.

Baca Juga: Cari Tahu Macam-macam Gangguan Tidur, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Diagnosis Ketindihan atau Sleep Paralysis

Kamar Tidur Lesehan
Foto: Kamar Tidur Lesehan (domino.com)

Orang yang sering mengalami sleep paralysis perlu segera berkonsultasi dengan dokter, psikolog, atau psikiater agar keluhan tidak berlanjut.

Beberapa hal yang akan ditanyakan kepada pasien saat sesi konsultasi untuk menegakkan diagnosis, antara lain:

  • Gejala. Seberapa sering mengalami ketindihan? Seperti apa rasanya, dan kapan mulainya?
  • Kualitas tidur. Berapa lama durasi tidur di malam hari? Apakah merasa lelah di siang hari?
  • Riwayat medis, termasuk obat-obatan yang dikonsumsi, kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • Gangguan kesehatan mental, yang mungkin termasuk kecemasan, stres pasca-trauma atau depresi.
  • Riwayat keluarga

Pertanyaan-pertanyaan di atas diajukan untuk dokter bisa menentukan pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Kenali Hemiplegia, Kondisi Lumpuh di Salah Satu Sisi Tubuh


Penjelasan Ketindihan Menurut Islam dan Primbon

Manfaat Tidur
Foto: Manfaat Tidur (Healthline.com)

Selain dari penjelasan medis, ada pula arti ketindihan menurut Islam dan sejumlah kepercayaan orang Jawa (primbon).

Dari sisi Islami dan primbon Jawa, penyebab ketindihan adalah karena mimpi buruk.

Penjelasan penyebab ketindihan menurut Islam ini ada di dalam hadis sahih dari rasulullah shallallahu’alaihi Wasallam.

Hadis tersebut berbunyi:

الرؤيا الصالحة من الله، والحلم من الشيطان، فإذا رأى أحدكم ما يكره فلينفث عن يساره ثلاثا، وليتعوذ بالله من الشيطان ومن شر ما رأى ثلاثاً، ثم ينقلب على جنبه الآخر، فإنها لا تضره ولا يخبر بها أحداً

Artinya:

“Mimpi yang baik itu dari Allah. Sedangkan mimpi yang buruk itu dari setan.

Jika salah seorang dari kalian bermimpi yang tidak ia sukai, maka hendaknya ia meniup ke sebelah kirinya 3 kali dan membaca ta’awwudz sebanyak 3 kali.

Kemudian, setelah itu, hendaknya ia membalik tubuhnya ke sisi yang lain.

Dengan demikian tidak ada lagi yang membahayakan, dan jangan ceritakan kepada seorang pun (tentang) mimpi tersebut” (HR. Bukhari no. 6995, Muslim no. 2261).

Menurut penjelasan di atas, penyebab ketindihan berdasarkan kepercayaan Islam adalah karena mimpi buruk dari setan.

Oleh karena itu, Moms perlu berupaya untuk bangun dan membaca istigfar setelahnya.

Baca Juga: 7 Arti Mimpi Dikasih Uang dan Mimpi Lainnya Berkaitan dengan Uang

Cara Mengatasi Ketindihan atau Sleep Paralysis

Susah Tidur
Foto: Susah Tidur (Freepik.com)

Ketindihan adalah kondisi yang tidak perlu dikhawatirkan, apalagi jika hanya terjadi sesekali.

Namun, apabila gejalanya terjadi berulang kali dan dirasa sangat mengganggu hingga mencetuskan pikiran negatif, Moms perlu segera bertindak.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai cara mengatasi pengalaman ketindihan saat tidur:

1. Konsultasi ke Dokter atau Psikolog

Kurang tidur dapat menyebabkan kantuk yang berlebihan. Kondisi ini pun bisa mengancam kesehatan.

Oleh karena itu, apabila terjadi beberapa hal berikut usai mengalami ketindihan, sebaiknya Moms segera periksa diri ke dokter atau psikolog:

  • Merasa cemas tentang gejala-gejalanya.
  • Gejalanya membuat Moms sangat lelah di siang hari.
  • Gejalanya membuat Moms terjaga sepanjang malam.

Kebanyakan orang tidak perlu perawatan untuk kelumpuhan tidur.

Namun, mengobati kondisi yang mendasari seperti narkolepsi dapat membantu jika Moms cemas atau tidak dapat tidur nyenyak.

2. Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Pengobatan untuk kelumpuhan tidur dapat meliputi:

  • Memperbaiki kebiasaan tidur, seperti mendapatkan durasi tidur selama 6-8 jam setiap malam.
  • Menggunakan obat antidepresan dari dokter untuk membantu mengatur siklus tidur.
  • Mengobati masalah kesehatan mental, yang dapat menyebabkan kelumpuhan tidur.
  • Mengobati gangguan tidur lainnya, seperti narkolepsi atau kram pada kaki.
  • Melakukan olahraga relaksasi.
  • Melakukan hobi positif yang disenangi.

Penerapan gaya hidup sehat ini akan mencegah seseorang mengalami ketindihan yang berulang saat tidur.

3. Membaca Doa Menurut Islam

Cara agar tidak ketindihan menurut Islam adalah dengan melafalkan doa yang bisa mengusir energi negatif dari dalam diri.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni, berikut doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika mengalami mimpi buruk atau ketindihan.

Melansir Dalam Islam, doa tersebut berbunyi:

هُوَ اللهُ ، اَللهُ رَبِّيْ لَا شَرِيْكَ لَه. أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَمِنْ شَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ

Huwallahu, allahu rabbi, la syarika lahu. A‘udzu bikalimatillahit tammati min ghadhabihi wa min syarri ibadihi wamin hamazatis syayatini wa an yahdhuruni.

Artinya: “Dialah Allah, Allah Tuhanku. Tiada sekutu bagi-Nya.

Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan para hamba-Nya, dan godaan setan. Aku pun berlindung kepada-Nya dari kepungan setan itu".

Lafalkan doa untuk mengatasi ketindihan tersebut sebelum tidur atau saat terjaga di malam hari.

Baca Juga: Insomnia? Coba Ragam Obat Susah Tidur yang Alami Berikut Ini

Tidak perlu takut dengan sleep paralysis. Moms bisa mencegah dan mengatasinya dengan tips-tips di atas. 

Jangan lupa juga untuk melakukan hal-hal positif yang bisa membantu mengurangi stres, terutama sebelum tidur.

Moms juga bisa mencoba posisi tidur yang berbeda, apalagi jika biasanya tidur telentang.

Akan tetapi, jika sudah terlanjur mengalami ketindihan dan keluhannya terlalu sering dirasakan, jangan ragu untuk segera berobat ke dokter, psikolog, atau psikiater, ya, Moms!

  • https://www.sleepfoundation.org/parasomnias/sleep-paralysis
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27460633/
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20577906/
  • https://www.ninds.nih.gov/disorders/patient-caregiver-education/fact-sheets/narcolepsy-fact-sheet
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30464663/
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27486325/
  • https://dalamislam.com/doa-dan-dzikir/penyebab-ketindihan-menurut-islam

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb