26 November 2022

Serangan Jantung: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Jangan dianggap sepele, ya, Moms!
Serangan Jantung: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Serangan jantung mendadak bisa menimpa siapa saja, tanpa mengenal umur dan jenis kelamin. Bahkan, serangan jantung bisa berakibat fatal, yaitu kematian.

Namun, hal tersebut bisa dicegah sedini mungkin dengan menjalani pola hidup yang sehat. Agar lebih paham, ketahui serba-serbi tentang serangan jantung pada artikel ini ya, Moms!

Baca Juga: Detak Jantung Janin Normal dan Cara Menjaga Kesehatan Jantung Bayi, Catat!

Apa itu Serangan Jantung?

Serangan Jantung
Foto: Serangan Jantung (Freepik.com/wayhomestudio)

Serangan jantung adalah kondisi di mana terjadi penyumbatan yang menghambat aliran darah ke jantung.

Penyumbatan ini terjadi akibat terbentuknya plak di dinding pembuluh darah karena penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lainnya.

Seseorang bisa jatuh secara tiba-tiba tanpa peringatan diakibatkan jantung berhenti berdetak karena pasokan darah yang membawa oksigen dan nutrisi menuju ke jantung terhambat.

Ketika jantung berhenti berdetak, aliran darah ke otak serta organ lainnya terhenti. Dalam hitungan detik, pasien berhenti bernapas dan tidak memiliki denyut nadi.

Inilah yang disebut dengan serangan jantung tiba-tiba.

Baca Juga: Serba-serbi Penyakit Jantung Lemah, Bisa Sebabkan Gagal Jantung Jika Tak Diobati

Gejala Serangan Jantung

Nyeri Dada
Foto: Nyeri Dada (Freepik.com/DrazenZigic)

Serangan jantung umumnya diawali dengan gejala nyeri di area dada.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kebanyakan serangan jantung melibatkan rasa tidak nyaman di bagian tengah atau kiri dada yang berlangsung selama lebih dari beberapa menit.

Rasa nyeri tersebut bisa hilang timbul seiring waktu, sehingga mengganggu aktivitas.

Kondisi ini bisa terasa seperti adanya tekanan pada dada sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman, dada terasa penuh, atau seperti diremas dengan kuat.

Namun, nyeri dada bukan satu-satunya gejala serangan jantung. Dikutip dari WebMD, ada beberapa gejala lain yang ternyata juga merupakan gejala serangan jantung.

Sayangnya, karena gejalanya mirip penyakit lain, banyak yang menganggapnya hal sepele, sehingga tidak segera melakukan pemeriksaan ke dokter ahli.

Jika sudah begitu, pasien umumnya sulit untuk ditolong ketika mengalami serang jantung.

Agar hal tersebut tidak terjadi, sebaiknya kita ketahui gejala serangan jantung lain selain nyeri dada. Apa saja? Yuk simak ulasannya di bawah ini!

1. Tubuh Mudah Lelah

Jangan sepelekan rasa lelah yang berlangsung terus-menerus.

Menurut seorang kardiolog di Northwell Health, Dr. Stacey E. Rosen, MD, bisa jadi rasa lelah yang dirasakan adalah salah satu gejala penyakit jantung.

Gejala ini banyak terjadi pada pasien perempuan dibandingkan laki-laki, lho!

Selama serangan jantung terjadi, aliran darah ke jantung menurun sehingga otot jantung mengalami ketegangan ekstra yang akan membuat tubuh kelelahan.

Untuk memastikannya, segera konsultasi ke dokter dan melakukan tes aktivitas jantung dengan electrocardiogram (EKG).

2. Sesak napas

Sesak napas juga sering terjadi sebagai gejala awal serangan jantung.

Fungsi jantung yang tidak normal lagi bisa berdampak pada kelancaran aliran darah.

Hal ini akan membuat sesak napas karena tubuh kekurangan oksigen.

Moms mungkin saja bangun tiba-tiba di malam hari akibat sesak napas.

Dalam istilah medis, kondisi ini disebut nocturnal dyspnea.

3. Kepala Pusing

Pusing dirasakan sebagai sensasi melayang seperti akan pingsan, kepala terasa berat, badan lemas, dan penglihatan menjadi kabur.

Pusing juga bisa menjadi gejala awal penyakit jantung.

Jadi, Moms sebaiknya tidak menyepelekan rasa pusing, terutama jika pusing terjadi dalam waktu yang cukup lama.

4. Sakit Punggung dan Lengan

Rasa nyeri yang dirasakan saat serangan jantung tak selalu berasal dari dada, tapi juga pada bagian punggung maupun lengan.

Rasa sakit di punggung dan lengan sering kali tidak diikuti nyeri dada.

Banyak orang mengabaikannya dan tidak menganggapnya sebagai gejala serangan jantung.

Seseorang yang mengalami serangan jantung sering kali ditandai dengan sakit punggung bagian atas. Ibaratnya, seperti ada tali yang mengikat tubuh.

Apabila rasa sakit itu tidak dipicu oleh cedera atau lainnya, bisa jadi itu adalah pertanda mengalami gejala serangan jantung.

Beberapa orang bahkan ada yang mengalaminya saat berolahraga sehingga berasumsi sakit itu datang karena olahraga.

5. Masalah pada Perut

Masalah perut seperti mual, muntah, atau perut tegang bisa jadi gejala serangan jantung, terutama ini banyak terjadi pada wanita.

Namun, banyak orang yang menganggap masalah perut ini karena faktor makanan.

Jangan menganggap gejala-gejala ini sebagai flu, stres, atau sekadar merasa tidak enak badan karena mungkin jauh lebih serius dari itu.

Untuk memastikannya, berkonsultasilah ke dokter, terutama jika memiliki riwayat dengan penyakit jantung.

6. Sesak Pada Rahang

Melansir jari rnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menjelaskan bahwa gejala serangan jantung yang terjadi pada wanita memang berbeda dengan pria.

Sehingga, sering kali wanita tidak menyadari tanda-tanda gejala serangan jantung yang terjadi.

Salah satu gejala yang mungkin dialami adalah sesak pada rahang.

Bila hal tersebut memang terjadi tanpa sebab, bukan karena terbentur atau karena hal lainnya, segera periksakan ke dokter.

7. Beberapa Bagian Tubuh Keringat Dingin

Pernah mendengar orang yang mengatakan kalau tangannya seringkali terasa basah, pertanda adanya penyakit jantung?

Hal ini tidak sekedar mitos, lho. Umumnya orang berkeringat saat udara panas atau usai melakukan aktivitas fisik.

Namun, jika tidak sedang mengalami dua hal tadi, lalu tangan atau daerah tubuh lainnya kerap berkeringat, bisa jadi itu tanda-tanda awal serangan jantung bagi sebagian orang.

Penyebab Serangan Jantung

Penyebab Serangan Jantung
Foto: Penyebab Serangan Jantung (Orami Photo Stock)

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, serangan jantung terjadi jika aliran darah kaya oksigen ke bagian otot jantung tiba-tiba tersumbat dan jantung tidak bisa mendapatkan oksigen.

Kebanyakan serangan jantung terjadi akibat penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah kondisi di mana zat lilin yang disebut plak menumpuk di dalam arteri koroner.

Arteri ini yang memasok darah kaya oksigen ke jantung. Ketika plak menumpuk di arteri, hal tersebut disebut dengan aterosklerosis.

Penumpukan plak dapat terjadi selama bertahun-tahun. Hingga pada akhirnya, area plak bisa pecah di dalam arteri.

Kondisi ini menyebabkan bekuan darah terbentuk di permukaan plak.

Jika bekuan menjadi cukup besar, sebagian besar atau seluruhnya dapat menghalangi aliran darah melalui arteri koroner.

Apabila penyumbatan tidak ditangani dengan cepat, porsi otot jantung yang diberi makan oleh arteri mulai mati.

Jaringan jantung yang sehat pun diganti dengan jaringan parut.

Kerusakan jantung ini mungkin tidak terlihat jelas, tetapi dapat menyebabkan masalah yang parah atau berkepanjangan, bahkan fatal.

Penyebab Serangan Jantung Lainnya

Selain itu, terdapat penyebab serangan jantung lainnya, yaitu kejang arteri koroner atau Coronary Artery Spasm (CAS) yang merupakan jenis serangan jantung tanpa adanya penyumbatan di arteri.

CAS dapat memotong aliran darah melalui arteri. Penyebab kejang arteri koroner ini tidak selalu jelas karena kejang mungkin terkait dengan:

  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kokain
  • Stres atau rasa sakit emosional
  • Paparan dingin yang ekstrem
  • Merokok

Faktor Risiko Serangan Jantung

Ilustrasi Sakit Jantung
Foto: Ilustrasi Sakit Jantung (Freepik.com/)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, serangan jantung dapat dialami oleh siapa saja dan kapan pun.

Namun, ada beberapa kondisi dan situasi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, yakni:

1. Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan

Faktor risiko utama serangan jantung yang dapat dikendalikan meliputi:

  • Merokok.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Kolesterol dalam darah tinggi.
  • Kegemukan dan obesitas.
  • Pola makan yang tidak sehat (misalnya, pola makan tinggi lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, dan natrium).
  • Kurangnya aktivitas fisik rutin
  • Gula darah tinggi karena resistensi insulin atau diabetes

Beberapa faktor risiko di atas, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi cenderung dapat terjadi bersamaan.

Ketika hal itu terjadi, disebut sebagai sindrom metabolik.

Secara umum, seseorang yang memiliki sindrom metabolik dua kali lebih berisiko mengalami penyakit jantung.

Selain itu, pengidap sindrom metabolik juga berisiko mengalami diabetes lebih besar dibandingkan seseorang yang tidak memiliki sindrom metabolik.

2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan

Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan meliputi:

  • Usia

Risiko penyakit jantung meningkat pada pria setelah usia 45 tahun dan wanita setelah usia 55 tahun, atau setelah menopause.

  • Riwayat Penyakit Keluarga

Risiko serangan jantung dapat meningkat jika ayah atau saudara laki-laki dalam keluarga didiagnosis menderita penyakit jantung sebelum usia 55 tahun.

Ini juga bisa terjadi, jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis menderita penyakit jantung sebelum usia 65 tahun.

  • Preeklamsia

Kondisi ini bisa berkembang selama kehamilan. Dua tanda utama preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urin.

Preeklamsia dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung seumur hidup, termasuk serangan jantung, gagal jantung, dan tekanan darah tinggi.

3. Terlalu Sering Minum Obat Pereda Nnyeri (NSAID)

NSAID (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs) atau obat antiinflamasi nonsteroid adalah obat pereda nyeri yang digunakan untuk mengobati demam, peradangan, keseleo, sakit kepala, migrain, hingga dismenore (nyeri kram menstruasi).

Contoh dari obat ini adalah aspirin dan ibuprofen.

Melansir Journal of Infectious Diseases, seseorang yang menggunakan obat NSAID untuk mengobati infeksi pernapasan memiliki peningkatan risiko serangan jantung hingga 3-4 kali lipat.

Sebenarnya, penggunaan NSAID bisa menyebabkan serangan jantung yang tidak terduga masih belum diketahui dengan jelas.

Akan tetapi, obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan yang dapat memungkinkan peningkatan penggumpalan darah di arteri.

Untuk itu, hindari mengonsumsi obat NSAID terutama jika berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor risiko hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, atau seorang perokok aktif.

Diagnosis Serangan Jantung

Ilustrasi Periksa Jantung
Foto: Ilustrasi Periksa Jantung (Freepik.com/freepik)

Dokter akan mendiagnosis serangan jantung berdasarkan tanda dan gejala, riwayat medis dan keluarga, serta hasil tes.

Berikut tes dan cara diagnosis serangan jantung.

1. Tes EKG (Elektrokardiogram)

EKG adalah tes sederhana tanpa rasa sakit yang mendeteksi dan mencatat aktivitas listrik jantung.

Tes tersebut menunjukkan seberapa cepat jantung berdetak dan ritmenya (stabil atau tidak teratur).

EKG juga mencatat kekuatan dan waktu sinyal listrik saat melewati setiap bagian jantung.

EKG dapat menunjukkan tanda-tanda kerusakan jantung akibat penyakit jantung iskemik dan tanda-tanda serangan jantung sebelumnya atau saat ini.

2. Tes Darah

Selama serangan jantung, sel otot jantung mati dan melepaskan protein ke dalam aliran darah.

Tes darah dapat mengukur jumlah protein ini dalam aliran darah. Kadar protein yang lebih tinggi dari biasanya menunjukkan serangan jantung.

Tes darah yang umum digunakan termasuk tes troponin, tes CK atau CK-MB, dan tes mioglobin serum.

Selain itu, perlu diketahui bahwa tes darah sering diulang untuk memeriksa perubahan dari waktu ke waktu.

3. Angiografi Koroner

Angiografi koroner adalah tes yang menggunakan pewarna dan sinar X (x-ray) khusus untuk menunjukkan bagian dalam arteri koroner.

Tes ini sering dilakukan selama serangan jantung untuk membantu menemukan penyumbatan di arteri koroner.

Untuk memasukkan pewarna ke arteri koroner, dokter akan menggunakan prosedur yang disebut kateterisasi jantung.

Sebuah tabung tipis dan fleksibel yang disebut kateter dimasukkan ke dalam pembuluh darah di lengan, selangkangan (paha atas), atau leher.

Tabung pun dimasukkan ke dalam arteri koroner dan pewarna dilepaskan ke aliran darah.

Kemudian, sinar X khusus diambil saat pewarna mengalir melalui arteri koroner.

Pewarna memungkinkan dokter mempelajari aliran darah melalui jantung dan pembuluh darah.

Jika dokter menemukan penyumbatan, dia mungkin merekomendasikan prosedur yang disebut intervensi koroner perkutan (PCI), kadang-kadang disebut sebagai angioplasti koroner.

Prosedur ini membantu memulihkan aliran darah melalui arteri yang tersumbat.

Terkadang tabung jaring kecil yang disebut stent ditempatkan di arteri untuk mencegah penyumbatan setelah prosedur.

Baca Juga: 9 Manfaat Ketumbar untuk Jantung dan Kesehatan

Cara Mengatasi Serangan Jantung

Ilustrasi Jantung Sehat
Foto: Ilustrasi Jantung Sehat (Freepik.com/freepik)

Ketika Moms atau orang lain di sekitar mengalami salah satu gejala serangan jantung, segera cari pertolongan dengan menghubungi Unit Gawat Darurat (UGD).

Cara ini dapat menyelamatkan hidup penderita serangan jantung.

Selain itu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter apabila merasa memiliki faktor risiko serangan jantung sebagai wujud antisipasi.

Pencegahan memang lebih baik daripada mengobati. Untuk itu, yuk ikuti tips mencegah serangan jantung berikut ini.

  • Memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh dan serat.
  • Menghilangkan lemak yang menumpuk di perut dan bagian tubuh lainnya.
  • Mengobati diabetes dan hipertensi.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Berhenti merokok.
  • Menghindari minuman beralkohol.
  • Mengelola stres dengan baik.

Baca Juga: Waspada Takikardia, Kondisi Detak Jantung Terlalu Cepat

Cara Mencegah Serangan Jantung

Ilustrasi Menjaga Kesehatan Jantung
Foto: Ilustrasi Menjaga Kesehatan Jantung (Freepik.com/freepik)

Serangan jantung bisa dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat, seperti:

1. Mengonsumsi Makanan Sehat

Mulailah untuk menjauhi makanan yang memiliki kandungan lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi.

Tambahkan lebih banyak asupan buah, sayur dan protein tanpa lemak pada menu makanan.

Jika Moms bisa melakukannya, otomatis kadar lemak jahat (LDL) dan trigliserida akan menurun.

LDL dan trigliserida yang tinggi dapat memicu timbulnya plak aterosklerosis, sehingga serangan jantung pun dapat terjadi.

Nah, maka dari itu mulai sekarang kurangi konsumsi makanan berjenis kue, goreng-gorengan, kentang goreng, dan sebagainya.

2. Berhenti Merokok

Jika Moms seorang perokok, berusahalah untuk berhenti merokok dan menjauhi asap rokok mulai saat ini sebagai cara untuk menghindari serangan jantung.

Bahkan, menurut World Health Organization (WHO), risiko serangan jantung dan stroke dapat menurun setelah orang menghentikan kebiasaan yang kurang sehat ini.

3. Rutin Berolahraga

Olahraga dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru, menjaga kadar kolesterol normal, tekanan darah, serta menjaga berat badan tetap sehat.

Sebaliknya, jika malas olahraga, risiko berbagai penyakit akan semakin tinggi, termasuk penyakit kardiovaskular.

Oleh karena itu, menghindari penyakit jantung juga bisa dilakukan dengan cara berolahraga setidaknya 30 menit sehari, minimal 5 hari seminggu.

Semua olahraga pada dasarnya baik. Namun, terdapat beberapa olahraga yang sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan jantung dan bagi pasien penyakit jantung seperti:

  • Berjalan kaki
  • Jogging
  • Naik sepeda
  • Berenang
  • Yoga
  • Latihan angkat beban.

5. Rutin Konsultasi dengan Dokter

Selain mengubah pola makan dan gaya hidup, jangan lupa tetap datang ke sesi-sesi yang sudah dijadwalkan oleh dokter.

Apalagi kalau Moms punya riwayat penyakit lain sebelumnya, seperti diabetes dan hipertensi.

Hal ini bertujuan agar mereka dapat memonitor perkembangan kondisi pengidap penyakit ini.

Patuhi apa yang dokter anjurkan dan tetap minumlaj obat-obat yang telah diresepkan.

Dengan begitu, Moms telah melakukan langkah yang sangat baik untuk mencegah terjadinya serangan-serangan berikutnya.

Itulah informasi terkait gejala serangan jantung, cara mengatasi, dan pencegahan yang bisa dilakukan.

Jangan sepelekan nyeri dada dan gejala lain serangan jantung karena bisa berakibat fatal.

  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-attack/symptoms-causes/syc-20373106
  • https://www.cdc.gov/heartdisease/heart_attack.htm
  • https://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-heart-attacks
  • https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/heart-attack
  • https://www.pennmedicine.org/updates/blogs/heart-and-vascular-blog/2019/august/4-silent-heart-attack-signs
  • https://www.pnas.org/content/115/34/8569
  • https://academic.oup.com/jid/article/215/4/503/2965358?login=true
  • https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/cardiovascular-diseases-avoiding-heart-attacks-and-strokes
  • https://www.pnas.org/doi/10.1073/pnas.1800097115

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb