
Meloxicam obat golongan anti-inflamasi non steroid (NSAID) untuk mengatasi gejala peradangan pada otot dan sendi.
Obat ini efektif dalam menurunkan intensitas gejala rheumatoid arthritis dan ankylosing spondylitis.
Baca selengkapnya di bawah ini terkait dengan keterangan, dosis, dan efek samping setelah penggunaan obat!
Baca Juga: Waspada Rematik, Penyebab Nyeri Sendi yang Menganggu Aktivitas
Foto: gejala lupus - nyeri sendi.jpg (Seormc.org)
Foto Nyeri Sendi (Orami Photo Stock)
Meloxicam tergolong obat antiinflamasi nonsteroid yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin.
Prostaglandin merupakan zat kimia yang akan menjadi pemicu munculnya gejala peradangan.
Ini termasuk pembengkakan dan nyeri ketika tubuh mengalami cedera.
Terhambatnya pembentukan zat kimia prostaglandin dapat menurunkan intensitas gejala peradangan.
Obat tersedia dalam dua bentuk, yaitu tablet dan suppositoria.
Ini merupakan golongan obat keras yang harus digunakan sesuai arahan dan petunjuk dokter.
Dalam bentuk tablet, mengandung 7.5 miligram dan 15 miligram Meloxicam.
Obat ini dijual dalam satuan per strip seharga Rp6.000 hingga Rp34.000.
Sedangkan dalam bentuk suppositoria, mengandung 15 miligram Meloxicam.
Obat dijual dalam satuan per strip seharga Rp8.500 hingga Rp14.000.
Baca Juga: Hepamax, Obat yang Digunakan untuk Menjaga Fungsi Hati
Foto: minum obat - istockphoto (istockphoto)
Foto Minum Obat (istockphoto.com)
Dosis yang diberikan tergantung dari penyakit yang dialami.
Selain itu, dokter akan menyesuaikan dengan intensitas keparahan gejala dan kondisi kesehatan penderita.
Berikut ini dosis panduan penggunaan obat secara umum, yaitu:
Ini sebanyak 7.5 miligram per hari.
Dosis maksimal penggunaan harian sebanyak 15 miligram per hari.
Ini sebanyak 15 miligram per hari dalam dosis tunggal.
Untuk lansia, dosis penggunaan sebanyak 7.5 miligram per hari untuk pemakaian jangka panjang.
Untuk anak di atas 2 tahun hingga dewasa sebanyak 0.125 miligram per kilogram berat badan sebagai dosis tunggal.
Dosis maksimal penggunaan harian sebanyak 7.5 miligram per kilogram berat badan.
Baca Juga: Sering Mengalami Nyeri Otot? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Obat ini diklasifikasikan ke dalam kategori C.
Ini menunjukkan efek samping pada janin setelah digunakan oleh ibu hamil.
Terkait dengan penggunaan obat selama masa kehamilan, ini boleh digunakan jika manfaatnya lebih besar ketimbang risikonya.
Obat tidak boleh dikonsumsi selama trimester ketiga atau mendekati waktu persalinan.
Pasalnya, obat menunjukkan risiko pada janin manusia. Ini dapat menyebabkan masalah serius hingga mengancam jiwa.
Penggunaan pada ibu hamil tidak direkomendasikan karena obat terserap ke dalam ASI.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan obat.
Berikut ini beberapa di antaranya:
Baca Juga: Amankah Obat Cetirizine untuk Ibu Hamil? Ini Jawabannya!
Sama halnya dengan penggunaan obat lainnya, Meloxicam juga harus disimpan dengan cara yang benar.
Begini cara penyimpanan yang disarankan:
Baca Juga: Antrain, Obat Penurun Demam dan Mengatasi Nyeri Intensitas Ringan
Foto: nyeri dada.jpg (Shutter Stock)
Foto Nyeri Dada (Orami Photo Stock)
Segera periksakan diri jika terjadi efek samping parah berikut ini setelah penggunaan obat:
Efek samping lainnya yang bisa saja dialami, termasuk:
Efek samping obat ini mungkin berbeda-beda pada setiap pasien.
Jadi, tidak semua orang mengalami efek samping tersebut.
Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas.
Bila memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.