06 September 2022

Penyakit Alkalosis, Kondisi Kadar Basa Berlebih pada Tubuh

Perlu pemakaian tabung oksigen untuk beberapa kasus
Penyakit Alkalosis, Kondisi Kadar Basa Berlebih pada Tubuh

Moms, tahukah atau pernahkah mendengar tentang kondisi alkalosis?

Ini ternyata merupakan kondisi ketika cairan tubuh memiliki kadar basa berlebih dan tidak normal dan bisa dialami orang dewasa dan anak-anak.

Komplikasi alkalosis dapat muncul saat kondisi ini tidak ditangani secara tepat.

Beberapa komplikasi alkalosis, diantaranya ialah aritmia, seperti detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur dan koma.

Untuk itu, yuk kenali serba-serbi penting dari kondisi langka ini!

Baca Juga: Akalasia, Gangguan Langka yang Membuat Makanan Sulit Masuk ke Perut Melalui Kerongkongan

Pengertian Alkalosis

Alkalosis Penyebab - 3.jpg
Foto: Alkalosis Penyebab - 3.jpg (shutterstock.com)

Foto Ilustrasi Peredaran Darah (Orami Photo Stock)

Melansir StatPearls Journal, alkalosis adalah kondisi kesehatan di mana terdapat basa atau alkali yang berlebih di dalam darah.

Terlalu banyak basa dalam darah bisa terjadi karena rendahnya karbondioksida dalam tubuh akibat kondisi-kondisi medis tertentu, seperti bernapas terlalu cepat atau keracunan salisilat.

Alkalosis sendiri merupakan suatu kondisi ketika cairan tubuh atau darah mengandung kadar basa yang berlebihan.

Pada kondisi normal, tubuh manusia seharusnya memiliki kadar asam dan basa yang seimbang.

Keseimbangan asam dan basa di dalam darah tersebut diukur dengan skala pH.

Agar tubuh manusia dapat berfungsi secara normal, nilai pH yang ideal berada dalam kisaran netral, yaitu tepatnya berada di rentang 7,35 sampai 7,45.

Jika nilai pH lebih kecil dari rentang normal, itu artinya kandungan asam di dalam darah terlalu banyak.

Sebaliknya, nilai pH yang lebih besar dari rentang normal menggambarkan tingginya basa di dalam darah.

Pada alkalosis respiratorik, tubuh kekurangan asam atau karbondioksida sehingga kadar basa atau alkali dalam darah meningkat.

Kelebihan basa dalam darah bisa menimbulkan gejala-gejala seperti kejang otot, pusing, dan mual.

Apabila dibiarkan tanpa pengobatan, alkalosis respiratorik yang terlalu parah bisa menyebabkan kejang (seizure).

Maka dari itu, pengobatan sebaiknya dilakukan secepat mungkin agar hasil penanganannya akan semakin baik.

Baca Juga: Blighted Ovum (Kehamilan yang Tidak Berkembang): Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri Kondisi Alkalosis

Penyabab dan Gejala Alkalosis.jpg
Foto: Penyabab dan Gejala Alkalosis.jpg

Foto Pemeriksaan pH Darah (Orami Photo Stock)

Ada beberapa gejala dan ciri-ciri yang bisa terlihat dari kondisi alkalosis atau tubuh kelebihan kadar basa.

Melansir Medline Plus, berikut beberapa gejala yang dialami secara umum:

  • Bingung dan gelisah
  • Tangan bergetar
  • Pusing
  • Otot berkedut
  • Mual dan muntah
  • Mati rasa atau kesemutan di wajah, tangan, atau kaki

Sebagian orang juga mungkin mengalami kram otot yang berkepanjangan pada tubuh.

Perlu dilakukan tes darah untuk didiagnosis lebih lanjut di laboratorium.

Alkalosis metabolik dapat diobati dengan mengganti air dan garam mineral seperti natrium dan kalium (elektrolit) dan mengetahui akar penyebabnya.

Namun, tidak menutup kemungkinan penderita alkalosis tidak mengalami tanda-tanda dan gejala apa pun.

Dalam kasus yang jarang terjadi, rendahnya kadar karbon dioksida bisa menyebabkan penderitanya mengalami kejang parah, bahkan koma.

Apabila Moms mengalami hiperventilasi dan mengalami salah satu atau beberapa dari gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter terdekat.

Dengan menangani kondisi medis yang dialami secepat mungkin, tingkat keberhasilan pengobatan dan peluang untuk sembuh pun lebih tinggi.

Baca Juga: Cek Kalori Bubur Ayam dan Kandungan Gizinya serta Manfaat Mengonsumsinya Sebagai Menu Sarapan

Penyebab Penyakit Alkalosis

obat batu ginjal
Foto: obat batu ginjal

Foto Ilustrasi Batu Ginjal (Orami Photo Stock)

Pada umumnya, darah dalam tubuh terdiri dari asam dan basa. Ini bisa diukur dengan alat tertentu dengan skala pH.

Pada beberapa kasus, alkalosis atau kelebihan kadar basa dalam darah bisa terjadi.

Melansir National Library of Medicine, penyebab alkalosis yang paling umum adalah ketika adanya penurunan kadar karbon dioksida dalam darah atau asam.

Ini juga dapat terjadi karena peningkatan kadar bikarbonat dalam darah.

Tinggi risikonya mengalami alkalosis dengan beberapa faktor risiko di bawah ini:

  • Demam
  • Berada di ketinggian
  • Kekurangan oksigen
  • Penyakit hati
  • Penyakit paru-paru
  • Bernapas lebih cepat (hiperventilasi)
  • Keracunan aspirin

Alkalosis metabolik disebabkan oleh terlalu banyak bikarbonat dalam darah. Ini juga dapat terjadi karena penyakit ginjal tertentu.

Ginjal dan paru-paru umumnya menjaga keseimbangan yang tepat (tingkat pH yang tepat) atau bahan kimia yang disebut asam dan basa dalam tubuh.

Kondisi ini mungkin juga terkait dengan masalah kesehatan mendasar lainnya seperti kalium rendah, atau hipokalemia.

Semakin dini terdeteksi dan diobati, semakin akan cepat untuk disembuhkan.

Baca Juga: Huntington, Penyakit Langka yang Menyerang Otak

Jenis-Jenis Alkalosis

Alkalosis Penyakit, Ini Penjelasannya!.jpg
Foto: Alkalosis Penyakit, Ini Penjelasannya!.jpg

Foto Toraks (Orami Photo Stock)

Ada beberapa jenis utama alkalosis yang juga merupakan penyebab dari penyakit kelebihan kadar basa ini.

Berikut beberapa jenis alkalosis yang paling umum, antara lain:

1. Alkalosis Respiratorik

Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang (kronis).

Alkalosis respiratorik terjadi ketika tidak cukupnya kadar karbon dioksida dalam aliran darah. Ini sering disebabkan oleh:

  • Kecemasan
  • Demam tinggi
  • Kekurangan oksigen
  • Keracunan salisilat
  • Penyakit hati dan paru-paru

Ini adalah jenis alkalosis yang paling sering terjadi dan menyebabkan penderitanya merasa lemas pada tubuhnya.

2. Alkalosis Hipokloremik

Alkalosis hipokloremik terjadi ketika ada penurunan klorida yang signifikan dalam tubuh seseorang.

Ini bisa disebabkan oleh muntah atau keringat yang berkepanjangan pada penderitanya.

Klorida adalah bahan kimia penting yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Ini pun merupakan bagian penting dari cairan pencernaan tubuh.

Baca Juga: Lap Dapur Bisa Jadi Sarang Bakteri Penyebab Keracunan Makanan, Waspada!

3. Alkalosis Metabolik

Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal.

Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu sedikit.

Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh meningkat.

Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah juga sering menyertai alkalosis metabolik.

Oleh karena itu, penderita dapat mengalami gejala seperti mudah lelah, nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), atau gangguan irama jantung (aritmia).

Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi:

  • Kulit atau kuku membiru
  • Napas melambat
  • Kram dan kejang otot
  • Linglung
  • Mudah marah
  • Gangguan pernapasan

4. Alkalosis Hipokalemia

Alkalosis hipokalemia terjadi ketika tubuh kekurangan jumlah mineral kalium dari batas normal.

Seringnya, ini dipicu dari kurangnya asupan kalium dari makanan sehari-hari.

Penyakit ginjal, keringat berlebih, dan diare adalah faktor lain yang bisa menyebabkan alkalosis hipokalemia.

Baca Juga: Cara Membedakan Darah Haid dan Darah Kista berdasarkan Bentuk dan Gejalanya

Diagnosis Alkalosis

alkalosis
Foto: alkalosis

Foto Pemeriksaan Paru-Paru (Orami Photo Stock)

Seperti saat mendiagnosis penyakit lainnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu.

Selanjutnya, Moms akan diminta menjelaskan seputar gejala-gejala yang dialami dan riwayat penyakit yang dimiliki.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat, biasanya dokter akan meminta Moms menjalani beberapa tes tambahan, seperti:

1. Analisa Gas Darah

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh darah arteri di pergelangan tangan, lengan, atau selangkangan.

Analisa gas darah bertujuan untuk mengukur unsur-unsur yang memengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu:

  • pH darah
  • Bikarbonat (HCO3-)
  • Saturasi oksigen (SaO2)
  • Tekanan parsial oksigen (PaO2)
  • Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2)

2. Tes Darah Metabolik

Tes darah untuk melihat kelainan metabolik dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh darah vena di tangan atau lengan.

Selain digunakan untuk mengukur kadar pH darah, tes ini juga mengukur gula darah, protein, kalsium, dan elektrolit.

3. Pemeriksaan Paru-Paru

Pada pasien yang diduga mengalami asidosis respiratorik, dokter akan menjalankan Rontgen dada untuk melihat kondisi paru pasien.

Dokter juga dapat menjalankan tes fungsi paru, seperti spirometri, untuk mengukur jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah plethysmography, yaitu prosedur untuk mengukur volume udara di dalam paru-paru pasien.

4. Tes Urine

Selain melalui pemeriksaan sampel darah, gangguan keseimbangan asam basa dapat didiagnosis melalui tes urine (urinalisis).

Melalui urinalisis, dokter dapat mengetahui bila ada perubahan kadar asam basa pada pasien.

Baca Juga: Perhitungan Nisab Zakat Menurut Kementerian Agama RI, Moms Sudah Tahu?

Cara Mengatasi Alkalosis

terapi oksigen dan mengatasi alkalosis.jpg
Foto: terapi oksigen dan mengatasi alkalosis.jpg (manometcurrent.com)

Foto Salah Satu Penanganan Alkalosis (Orami Photo Stock)

Perawatan untuk penyakit ini tergantung pada penyebabnya.

Misalnya, jumlah kadar karbondioksida harus kembali normal bila memiliki alkalosis pernapasan.

Selain itu, berikut ini cara mengobati alkalosis berdasarkan beberapa penyebabnya:

1. Alkalosis Respiratorik

Salah satu metode pengobatan pada asidosis respiratorik adalah dengan pemberian obat-obatan, meliputi:

  • Antibiotik, untuk mengatasi infeksi
  • Bronkodilator, untuk melebarkan saluran pernapasan
  • Diuretik, untuk mengurangi kelebihan cairan di jantung dan paru-paru
  • Kortikosteroid, guna mengurangi peradangan

Asidosis respiratorik juga dapat ditangani dengan metode continuous positive airway pressure (CPAP).

Pada terapi ini, pasien akan diminta memakai masker di hidung atau mulut.

Masker tersebut tersambung ke mesin yang mengalirkan udara ke saluran pernapasan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka.

2. Alkalosis Metabolik

Pengobatan asidosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya, di antaranya:

  • Infus natrium bikarbonat pada asidosis hiperkloremik
  • Suntik insulin pada penderita asidosis diabetik
  • Pemberian pengganti cairan tubuh melalui suntik
  • Detoksifikasi pada asidosis akibat keracunan obat atau alkohol

Pada penderita asidosis laktat, dokter dapat memberikan suplemen bikarbonat atau suntik pengganti cairan tubuh.

Dokter juga dapat memberikan antibiotik atau terapi oksigen.

Baca Juga: 7 Manfaat Susu Diabetasol untuk Lansia dan Penderita Diabetes, Bantu Jaga Kepadatan Tulang

3. Alkalosis Respiratorik

Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat menyarankan pasien menghirup karbondioksida (CO2), yaitu dengan membuang napas ke dalam kantong kertas, kemudian menghirupnya kembali.

Cara tersebut harus diulang hingga beberapa kali untuk membantu menaikkan kadar CO2 dalam darah.

Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah memastikan gangguan keseimbangan asam basa terjadi akibat hiperventilasi.

Jika Moms baru pertama kali mengalami gejala tersebut, segera cari pertolongan medis ke rumah sakit.

4. Alkalosis Metabolik

Pada sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini untuk mengatasi alkalosis metabolik:

  • Diuretik, seperti acetazolamide atau spironolactone
  • ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril
  • Kortikosteroid, seperti dexamethasone
  • Pemberian suplemen kalium
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen
  • Pemberian cairan melalui infus

Baca Juga: Apakah Buang Air Kecil setelah Berhubungan Bisa Mencegah Kehamilan? Ini Penjelasannya!

Cara Mencegah Alkalosis

alkalosis
Foto: alkalosis

Foto Minum Air Putih (Orami Photo Stock)

Pencegahan alkalosis dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Mulai dari konsumsi makanan sehat dan seimbang, serta memenuhi kebutuhan cairan tubuh agar tidak dehidrasi. 

Memilih makanan tinggi nutrisi dan kalium dapat mencegah terjadinya kekurangan elektrolit.

Nutrisi dan kalium bisa Moms dapatkan dalam buah-buahan, sayuran, dan makanan lain.

Berikut ini sejumlah makanan yang mengandung nutrisi dan kalium:

  • Pisang
  • Wortel
  • Bayam
  • Kacang polong
  • Susu Bekatul

Selain memenuhi nutrisi dan kalium, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah tubuh mengalami dehidrasi, di antaranya:

  • Minum air sebanyak 8-10 gelas per hari.
  • Minum air sebelum, selama, dan setelah berolahraga.
  • Minum minuman pengganti elektrolit untuk latihan intensitas tinggi.
  • Mengurangi asupan kafein yang terkandung dalam minuman bersoda, teh, dan kopi.
  • Hindari minuman bersoda atau jus yang mengandung gula karena dapat menyebabkan dehidrasi bertambah buruk.

Dehidrasi juga dapat terjadi dengan cepat jika kehilangan banyak elektrolit. Kondisi ini terjadi ketika muntah karena flu.

Baca Juga: Resep Basreng Pedas Daun Jeruk, Camilan Bakso yang Digoreng Kering hingga Garing

Itu dia Moms penjelasan mengenao alkalosis. Jika memiliki gejala di atas, segera periksa ke dokter ya!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545269/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482291/
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21529-metabolic-alkalosis
  • https://medlineplus.gov/ency/article/001183.htm
  • https://www.healthline.com/health/alkalosis#types

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb