Scroll untuk melanjutkan membaca

TRIMESTER 1
01 Juli 2021

Preeklampsia pada Ibu Hamil: Kenali Ciri, Penyebab dan Komplikasinya

Sedang alami gejala-gejala ini? Hati-hati preeklampsia!
Preeklampsia pada Ibu Hamil: Kenali Ciri, Penyebab dan Komplikasinya

Keracunan kehamilan adalah istilah yang tadinya digunakan untuk menyebut preeklampsia pada ibu hamil, atau juga bisa disebut eklampsia.

Kondisi ini dialami oleh sebagian besar ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas, dan biasanya dimulai pada sekitar dua bulan kehamilan.

Sejauh ini berbagai penelitian belum menemukan penyebab preeklampsia pada ibu hamil secara pasti dan gejalanya sering kali juga tidak terasa. Bahayanya, kondisi ini lebih berisiko terjadi pada sebagian ibu hamil.

Berikut ini adalah rangkuman seputar informasi mengenai preeklampsia pada ibu hamil. Yuk Moms, disimak!

Baca Juga: Keracunan Air Putih pada Ibu Hamil, Ini Mitos dan Faktanya

Pengertian Preeklampsia pada Ibu Hamil

pregnant 2 gty er 171120 16x9 992

Foto: pregnant 2 gty er 171120 16x9 992

Foto: Orami Photo Stock

Melansir National Health Service, keracunan kehamilan (preeklampsia dan eklampsia) adalah suatu kondisi yang berpotensi berbahaya dan dapat berkembang dengan sendirinya pada wanita hamil.

Preeklampsia pada ibu hamil terdiri dari tiga tanda:

Preeklampsia pada ibu hamil sering kali disertai komplikasi kehamilan dan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain. Preeklampsia biasanya berkembang setelah 20 minggu (trimester kedua) kehamilan, dimana justru pada ibu hamil dengan tekanan darah telah normal.

Terkadang beberapa dari mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya. Bahkan sedikit saja kenaikan tekanan darah pada ibu hamil bisa menjadi salah satu ciri-ciri preeklampsia.

Jika tidak diobati, preeklampsia pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal selama kehamilan.

Jika Moms didiagnosis dengan preeklampsia terlalu dini, sebaiknya hindari risiko tersebut dengan tindakan pencegahan sebagaimana mestinya.

Baca Juga: 12 Tes Kesehatan yang Harus Dilakukan Sebelum Merencanakan Kehamilan

Ciri-Ciri Preeklampsia pada Ibu Hamil

kehamilan

Foto: kehamilan (healthline.com)

Foto: Orami Photo Stock

Preeklampsia pada ibu hamil kadang-kadang berkembang tanpa gejala apapun. Tekanan darah tinggi pada ibu hamil dapat berkembang secara perlahan, namun lebih sering mendadak.

Pemantauan tekanan darah adalah bagian penting dari perawatan prenatal. Nah, Moms sebaiknya perlu waspada, sebab tekanan darah tinggi pada ibu hamil umumnya adalah tanda pertama dari preeklampsia.

Ciri-ciri preeklampsia lainnya dilansir dari WebMD termasuk:

  • Kelebihan protein urine pada ibu hamil (proteinuria) atau tanda-tanda lain masalah ginjal
  • Sakit kepala parah
  • Gangguan penglihatan, termasuk melemahnya daya penglihatan sementara, penglihatan kabur atau sensitivitas cahaya
  • Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan
  • Mual atau muntah
  • Pengeluaran urine menurun
  • Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia)
  • Gangguan fungsi hati
  • Sesak napas, yang disebabkan oleh cairan dalam paru-paru
  • Kenaikan berat badan secara tiba-tiba dan pembengkakan (edema) khususnya di wajah dan tangan sering kali menyertai preeklampsia. Tapi ciri ini juga terjadi pada kebanyakan kehamilan normal, sehingga tidak bisa dianggap gejala utama preeklamsia.

Preeklampsia dapat terjadi sedini 20 minggu setelah kehamilan, tetapi itu jarang terjadi. Gejala sering dimulai setelah 34 minggu dan dalam beberapa kasus, gejala berkembang setelah lahir, biasanya dalam 48 jam setelah melahirkan dan cenderung menghilang dengan sendirinya.

Penyebab Preeklampsia

ibu hamil.jpg

Foto: ibu hamil.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Meskipun penyebab preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, para ahli percaya kondisi ini dimulai pada plasenta, yaitu organ yang memelihara janin selama kehamilan.

Pada awal kehamilan, pembuluh darah baru berkembang dan berevolusi secara efisien mengirimkan darah ke plasenta.

Pada wanita dengan preeklampsia, pembuluh darah tampaknya tidak berkembang dengan baik.

Pembuluh darah ini lebih sempit daripada pembuluh darah normal dan bereaksi berbeda terhadap sinyal hormonal, yang membatasi jumlah darah yang dapat mengalir melaluinya.

Penyebab preeklampsia pada ibu hamil dapat mencakup perkembangan abnormal, seperti:

  • Aliran darah ke rahim
  • Kerusakan pada pembuluh darah
  • Masalah pada sistem kekebalan tubuh
  • Faktor genetika

Faktor Risiko Preeklampsia

Tanda Kehamilan 1 Minggu Setelah Berhubungan

Foto: Tanda Kehamilan 1 Minggu Setelah Berhubungan

Foto: Orami Photo Stock

Preeklampsia pada ibu hamil berkembang hanya sebagai komplikasi kehamilan. Faktor risiko yang dapat memicu preeklampsia tersebut meliputi:

  • Riwayat preeklampsia. Riwayat pribadi atau keluarga yang pernah menderita preeklamsia secara signifikan dapat semakin memicu risiko preeklamsia.
  • Kehamilan pertama. Risiko preeklampsia semakin meningkat pada ibu yang baru pertama kali hamil.
  • Ayah baru. Setiap kehamilan dengan pasangan baru meningkatkan risiko preeklampsia dibanding kehamilan kedua atau ketiga dengan pasangan yang sama.
  • Usia. Risiko preeklampsia pada ibu hamil akan lebih tinggi pada wanita hamil dengan usia lebih dari 40 tahun.
  • Obesitas. Risiko preeklampsia lebih tinggi jika tubuh Moms gemuk.
  • Kehamilan kembar. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang sedang mengandung bayi kembar, kembar tiga atau lainnya.
  • Interval antara kehamilan. Kehamilan dengan jarak kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko preeklampsia.
  • Riwayat kondisi tertentu. Misalnya seperti tekanan darah tinggi kronis, sakit kepala migrain, diabetes tipe 1 atau tipe 2, penyakit ginjal, kecenderungan pembekuan darah, atau lupus, semuanya dapat meningkatkan risiko preeklampsia.

Komplikasi Preeklampsia pada Ibu Hamil

Foto: freepik.com Tanda Kehamilan 1 Minggu Setelah Berhubungan Proses kehamilan terlihat agak mistis, apalagi bagi orang awam. Karena tidak ada yang tahu, kapan kehamilan terjadi. Sering Bahkan, sering berhubungan seks tidak menjamin proses kehamilan akan

Foto: Foto: freepik.com Tanda Kehamilan 1 Minggu Setelah Berhubungan Proses kehamilan terlihat agak mistis, apalagi bagi orang awam. Karena tidak ada yang tahu, kapan kehamilan terjadi. Sering Bahkan, sering berhubungan seks tidak menjamin proses kehamilan akan

Foto: Orami Photo Stock

Komplikasi preeklampsia termasuk di antaranya:

1. Kurangnya aliran darah ke plasenta

Preeklampsia pada ibu hamil memengaruhi aliran darah ke plasenta. Jika plasenta tidak mendapatkan darah yang cukup, janin dapat kekurangan oksigen dan mendapat sedikit nutrisi. Akibatnya pertumbuhan janin menjadi lambat, berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur.

2. Erupsi plasenta

Preeklampsia pada ibu hamil meningkatkan risiko erupsi plasenta, yaitu plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum persalinan. Erupsi yang parah dapat menyebabkan perdarahan berat dan kerusakan pada plasenta, yang dapat mengancam jiwa ibu hamil dan bayinya.

Baca Juga: Hati-Hati, Ibu Memakan Plasenta Bisa Membuat Bayi Sakit!

3. Sindrom HELLP

Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymesLow platelet count), singkatan dari hemolisis atau penghancuran sel darah merah, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit rendah, yang mengancam jiwa ibu hamil dan calon bayinya.

Preeklampsia pada ibu hamil bisa jadi diawali dengan gejala dari sindrom HELLP.

Gejala sindrom ini termasuk mual dan muntah, sakit kepala, dan nyeri perut kanan atas. Sindrom HELLP sangat berbahaya karena memincu kerusakan beberapa sistem organ.

4. Eklampsia

Apabila Preeklampsia pada ibu hamil tidak terkontrol, hal ini bisa memicu eklampsia yaitu kondisi preeklampsia ditambah kejang-kejang atau kontraksi otot pada ibu hamil.

Gejala yang mengarah pada eklampsia termasuk nyeri kanan atas perut, sakit kepala parah, gangguan penglihatan dan perubahan kondisi mental.

Baca Juga: 5 Penyebab Nyeri Perut Saat Hamil yang Tak Boleh Diremehkan

5. Penyakit kardiovaskular

Preeklampsia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di kemudian hari. Risiko akan lebih besar jika Moms pernah mengalami preeklampsia lebih dari sekali atau memiliki kelahiran prematur sebelumnya.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Kardiovaskular, Penyebab Kematian Nomor Satu di Indonesia

Tes & Diagnosis Preeklampsia pada Ibu Hamil

Diagnostic-Medical-Sonographer-810x540.jpg

Foto: Diagnostic-Medical-Sonographer-810x540.jpg (Thejobnetwork.com)

Foto: Orami Photo Stock

Jika dokter mencurigai adanya indikasi preeklampsia pada ibu hamil, Moms mungkin perlu menjalani tes tertentu, seperti:

  • Tes darah. Tes ini dapat menentukan seberapa baik fungsi hati dan ginjal dan apakah darah Moms memiliki jumlah trombosit (sel yang membantu pembekuan darah) yang normal.
  • Analisa urine. Analisis ini mengukur rasio protein dan kreatinin (kandungan kimia yang ada dalam urine). Sampel urin yang diambil lebih dari 24 jam dapat menentukan berapa banyak protein yang hilang dalam urine, indikasi tingkat keparahan preeklampsia.
  • USG janin. Dokter mungkin juga merekomendasikan pemantauan ketat pertumbuhan bayi, biasanya melalui USG untuk memeriksa berat badan janin dan jumlah cairan dalam rahim (cairan ketuban).
  • Nonstress test atau profil biofisik. Yaitu prosedur sederhana untuk mengukur detak jantung bayi ketika bergerak dalam kandungan. Profil biofisik menggabungkan USG dengan nonstress test untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang pernapasan, nada, gerakan bayi dan volume cairan ketuban di dalam rahim Moms.

Baca Juga: Seberapa Perlu USG 4 Dimensi untuk Ibu Hamil?

Pengobatan Preeklampsia pada Ibu Hamil

Diagnosis sepsis

Foto: Diagnosis sepsis

Foto: Orami Photo Stock

Jika indikasi preeklampsia pada ibu hamil sudah terdeteksi sejak dini pada usia kandungan masih terlalu muda, maka dokter akan merekomendasikan beberapa hal untuk mengatasinya.

Berikut ini adalah beberapa di antaranya, melansirMayo Clinic adalah:

1. Pengobatan

Ada beberapa cara dalam melakukan pengobatan preeklampsia pada Ibu Hamil, antara lain:

  • Penurunan tekanan darah (antihipertensi). Pengobatan ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah. Meskipun banyak jenis obat antihipertensi, namun sebagian besar tidak aman dikonsumsi selama kehamilan. Konsultasikan dengan dokter untuk dosis yang aman bagi Moms dan janin.
  • Kortikosteroid. Pengobatan ini untuk sementara waktu dapat memperbaiki fungsi hati dan trombosit dan membantu memperpanjang usia kehamilan. Pengobatan ini juga dapat membantu pertumbuhan paru-paru janin.
  • Antikonvulsan. Jika preeklampsia sangat parah, dokter mungkin memberi resep obat antikonvulsan, seperti magnesium sulfat, untuk mencegah kejang-kejang.

2. Rawat inap dan istirahat total

Jika preeklampsia yang dialami ibu hamil tergolong berat, kemungkinan dokter akan merekomendasikan rawat inap agar dokter dapat dengan mudah mengontrol kondisi ibu hamil, janin, dan kadar cairan amniotik. Kurangnya cairan amniotik merupakan tanda adanya masalah dengan suplai darah pada bayi.

Baca Juga: Mencegah Kelelahan Akut Selama Hamil

3. Persalinan

Jika Moms didiagnosis dengan preeklampsia pada ibu hamil menjelang akhir masa kehamilan, dokter dapat segera merekomendasikan persalinan.

Kesiapan leher rahim dan kondisi lainnya juga dapat menjadi faktor dalam menentukan kapan persalinan dapat dilakukan.

Setelah melahirkan, biasanya tekanan darah ibu melahirkan akan kembali normal dalam beberapa minggu atau bahkan lebih cepat. Namun, Moms tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya.

Pencegahan Preeklampsia

kehamilan

Foto: kehamilan (parenting.firstcry.com)

Terapi paling efektif untuk mengatasi preeklampsia pada ibu hamil adalah pencegahan. Berbagai strategi telah digunakan sebagai upaya untuk mencegah preeklamsia, termasuk:

1. Mengatur pola diet yang tepat

Salah satu usaha paling awal untuk mencegah preeklampsia pada ibu hamil adalah pembatasan asupan garam selama hamil. Menurut penelitian, wanita dengan diet rendah kalsium berisiko lebih kecil mengalami hipertensi selama kehamilan.

Artinya, konsumsi suplemen kalsium selama kehamilan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah serta mencegah preeklampsia.

2. Aspirin dosis rendah

Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa pemberian aspirin dosis rendah sangat efektif untuk mencegah preeklampsia pada ibu hamil.

Baca Juga: 15 Obat Batuk untuk Ibu Hamil, Mulai dari yang Alami Sampai Medis

3. Antioksidan

Terapi antioksidan menurunkan aktivasi sel endotel dan sangat bermanfaat untuk mencegah preeklampsia pada ibu hamil.

4. Pemeriksaan antenatal

Pemeriksaan antenatal care (pemeriksaan kesehatan selama kehamilan) secara teratur dan cermat dapat mengenali tanda-tanda preeklampsia pada ibu hamil sedini mungkin, sehingga kemudian dapat diberikan pengobatan yang cukup agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat. Waspadalah selalu terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia dengan menjaga kesehatan kehamilan Moms.

Baca Juga: Hati-hati, Darah Tinggi Bisa Sebabkan Komplikasi Kehamilan!

Pernahkah Moms mengalami gejala-gejala preeklampsia pada ibu hamil tersebut? Bagaimanakah cara mengatasinya? Yuk, bagikan kepada kami semua.

  • https://www.webmd.com/baby/preeclampsia-eclampsia#1
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/preeclampsia/symptoms-causes/syc-20355745
  • https://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview
  • https://www.nhs.uk/conditions/pre-eclampsia/

Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.