Scroll untuk melanjutkan membaca

TRIMESTER 2
06 Mei 2022

Mengenal 5 Penyebab Polihidramnion, Kondisi Air Ketuban Berlebihan

Ketahui juga apa saja penyebabnya yuk, Moms!
Mengenal 5 Penyebab Polihidramnion, Kondisi Air Ketuban Berlebihan

Polihidramnion adalah kondisi cairan ketuban berlebihan yang dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan.

Cairan ketuban bertindak sebagai bantalan untuk Si Kecil dalam kandungan. Tak hanya itu, cairan ketuban juga membantu dalam perkembangan paru-paru bayi, saluran pencernaan, dan otot.

Menurut Fetal Medicine Foundation, kondisi ini terjadi pada satu dari 100 kasus. Idealnya, dokter memeriksa kadar cairan ketuban melalui USG.

"Polihidramnion terdeteksi apabila ibu saat kehamilan memiliki lingkar perut tampak lebih besar dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG sejak trimester 2 sudah dapat dilihat kecurigaan untuk kelebihan air ketuban," jelas dr. M. Charnaen Ibrahim, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya

Volume normal cairan ketuban harus antara 500-1000 ml. Jika melampau ini, kemungkinan ada masalah tertentu dalam kehamilan.

Lantas, apa penyebab, dampak, dan cara mengatasinya? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.

Baca Juga: Bocor Air Ketuban Saat Hamil, Pelajari di Sini!

Mengenal Polihidramnion

ketuban3.jpg

Foto: ketuban3.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Polihidramnion adalah suatu kondisi di mana ibu hamil memiliki terlalu banyak cairan ketuban selama kehamilannya.

Melansir American Journal of Obstetrics & Gynecology, dalam USG kehamilan rutin, ada dua cara untuk mengukur jumlah cairan ketuban di dalam rahim.

Pertama adalah Amniotis Fluid Index (AFI) di mana julah cairan diukur dalam empat kantonf berbeda di area tertentu di dalam rahim. AFI normalnya berkisar antara 5 hingga 24 sentimeter (cm).

Kedua adalah mengukur kantong cairan terdalam di dalam rahim. Jika cairan lebih dari 8 cm dokter akan mendiagnosis sebagai polihidramnion.

Air ketuban biasanya mulai terbentuk kurang lebih 12 hari setelah terjadinya proses pembuahan.

Normalnya, air ketuban berwarna jernih kekuningan. Berikut ini perkiraan jumlah air ketuban yang normal:

  • 60 mL pada usia kehamilan 12 minggu.
  • 175 mL pada usia kehamilan 16 minggu.
  • 400-1.200 mL pada usia kehamilan 34-38 minggu. .

Baca Juga: Benarkah Batuk Bisa Jadi Tanda Gagal Jantung? Kenali Gejala Lain dan Pengobatannya

Penyebab Polihidramnion

diabetes hamil

Foto: diabetes hamil

Foto: Orami Photo Stock

Ibu hamil dengan polihidramnion sering kali tidak memiliki tanda atau gejala. Ketika gejalanya benar terjadi, Moms akan kesulitan bernapas, kontraksi prematur, atau jika polihidramnion parah maka nyeri di perut.

Lalu, apa penyebab polihidramnion pada ibu hamil? Berikut ulasannya.

1. Diabetes

Menurut Pusat Medis Universitas Rochester, salah satu penyebab polihidramnion adalah diabetes yang diderita selama kehamilan atau memiliki diabetes gestasional.

Diabetes gestasional biasanya dapat terjadi pada setiap tahap kehamilan, tetapi lebih sering terjadi pada trimester kedua atau ketiga.

Meskipun belum ada penelitan yang membuktikan tentang mengapa jumlah air ketuban lebih banyak saat ibu hamil menderita diabetes. Akan tetapi hal ini bisa disebabkan karena janin yang menghasilkan lebih banyak urin karena ia menerima lebih banyak gula di plasenta.

2. Twin to Twin Syndrome

Penyebab lain polihidramnion adalah hamil dengan kembar identik yang berbagi plasenta atau sindrom transfusi kembar-ke-kembar (TTTS).

Melansir C. S. Mott Children’s Hospital Michigan Medicine, dalam kondisi langka ini, si kembar berbagi plasenta.

Bayi yang mengirim darah ke kembarannya akan memiliki lebih sedikit cairan ketuban di sekitarnya dan bayi yang menerima akan memiliki volume cairan ketuban yang tinggi atau polihidramnion.

Selain itu, bayi yang terlalu banyak menerima darah membuat kerja jantung secara berlebihan sehingga dapat mengalami komplikasi jantung lainnya.

Baca Juga: 20 Makanan Menurunkan Kolesterol, Mudah Didapat!

3. Cacat Lahir

Penyebab lain polihidramnion adalah anomali kongenital seperti atresia duodenum atau kondisi yang berhubungan dengan jantung atau paru-paru (hidrops fetalis).

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa, terdapat lebih dari 8 juta bayi di seluruh dunia terlahir dengan kelainan bawaan setiap tahunnya.

Dari sekian banyak bayi yang terlahir dengan kelainan kongenital atau bawaan tersebut, sekitar 300.000 bayi meninggal hanya dalam waktu beberapa hari hingga 4 minggu setelah dilahirkan.

Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 295.000 kasus kelainan kongenital per tahunnya dan angka tersebut sekitar 7% dari angka kematian pada bayi.

Kelainan kongenital dapat terjadi dalam setiap fase kehamilan. Namun, sebagian besar kasus kelainan bawaan terjadi pada trimester pertama kehamilan, yaitu saat organ tubuh janin baru mulai terbentuk.

4. Penyumbatan di Usus Bayi

Penyebab lain polihidramnion adalah terjadi penyumbatan usus pada bayi di dalam kandungan.

Selama di dalam rahim, janin terus-menerus menelan cairan ketuban. Ketika penyumbatan terjadi tinggi di usus, janin tidak dapat menyerap semua cairan ketuban yang tertelan sehingga terjadi polihidramnion.

Polihidramnion yang parah dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur.

5. Anemia pada Janin

Penyebab lain polihidramnion adalah anemia pada janin.

Anemia janin terjadi karena jumlah sel darah merah dan hemoglobin di dalam janin berada di bawah kadar normal. Hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan sel darah merah penting untuk menjaga fungsi normal darah.

Sebuah penelitian American Journal of Obstetrics & Gynecology, membuktikan bahwa, saat hematokrit janin turun di bawah sekitar 25%, volume cairan ketuban mulai meningkat. Dengan derajat anemia yang lebih besar, volume cairan ketuban meningkat mendekati 2000 mL.

Baca Juga: 13 Cara Menghilangkan Permen Karet di Baju dan Celana, Ampuh!

Gejala Polihidramnion

Polihidramnion gejala

Foto: Polihidramnion gejala

Foto: Orami Photo Stock

Ibu hamil yang mengalami polihidramnion sering kali tidak menunjukkan gejala yang dianggap berbahaya. Karenanya, gejala ini sering dianggap sebagai masalah umum dalam kehamilan dan berakibat komplikasi.

Gejala umum polihidramnion adalah

  • Sesak napas
  • Kontraksi dini
  • Nyeri perut
  • Malposisi janin
  • Pembengkakan kaki
  • Sembelit
  • Mag

Baca Juga: 14 Cara Mengusir Tawon di Pohon dan di Rumah, Aman dan Mudah

Cara Mengatasi Polihdramnion

polihidramnion

Foto: polihidramnion

Foto: Orami Photo Stock

Polihidramnion jarang membutuhkan perawatan apa pun. Namun, USG terjadwal dilakukan untuk memonitor secara cermat indeks cairan ketuban dan kesehatan bayi.

Jarang terjadi tetapi dalam kasus polihidramnion yang parah, beberapa perawatan dapat direkomendasikan untuk mengurangi tingkat cairan ketuban menjadi gejala dengan sesak napas atau tanda dan gejala kontraksi preterm.

Baca Juga: Ketuban Pecah Dini, Harus Bagaimana?

Pilihan pengobatan mungkin berbeda tergantung pada faktor-faktor tertentu seperti keparahan kondisi, penyebabnya, gejala, dan usia kehamilan. Walaupun begitu, berikut ini perawatan yang biasanya dilakukan pada ibu hamil dengan polihidramnion adalah

1. Obat

Berdasarkan penyebab kelebihan cairan ketuban di dalam rahim, dokter kandungan meresepkan obat untuk mengurangi cairan.

Misalnya, polihdramnion disebabkan oleh kondisi janin, maka obat untuk mengobati kondisi itu ditentukan. Ini, pada gilirannya, menyesuaikan level cairan.

2. Amnioreduksi

Cara mengatasi polihidramnion adalah melakukan amnioreduksi.

Dalam prosedur ini, dokter memasukkan jarum ke dalam rahim untuk mengalirkan kelebihan cairan ketuban. Prosedur ini dapat menyebabkan sedikit ketidaknyamanan di perut.

3. Persalinan Dini

Dalam kasus komplikasi yang tampaknya berisiko bagi kesehatan ibu atau bayi, cara mengatasi polihidramnion adalah melakukan persalinan dini.

Kasus polihidramnion yang parah dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, solusio plasenta, infeksi, dan kelahiran mati. Tetapi diagnosis dan perawatan yang tepat pada waktunya dapat membantu mengurangi risiko ini.

"Keterlambatan untuk terapi sesuai penyebab terjadinya polihodramnion, akan berdampak pada munculnya infeksi, diabetes, atau memang adanya kelainan sirkulasi organ janin," kata dr. Ibrahim.

Pemeriksaan rutin selama kehamilan sangat penting untuk setiap ibu hamil. Ini membantu dalam mencari tahu masalah sejak dini, memberikan cukup waktu untuk mengelola masalah.

Baca Juga: Kondisi Polihidramnion pada Janin: Penyebab, Dampak, dan Pengobatannya

Karena polihidramnion bukan kondisi yang umum, tidak perlu terlalu khawatir tentang hal itu. Bahkan jika dokter kandungan mencurigai atau mendiagnosis Moms dengan kondisi tersebut, perawatan yang tepat waktu dapat membantu meminimalkan risiko.

  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10601942/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3964358/
  • https://fetalmedicine.org/education/fetal-abnormalities/amniotic-fluid/polyhydramnios
  • https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/congenital-anomalies
  • https://www.kemkes.go.id/article/view/16030300002/inilah-hasil-surveilans-kelainan-bawaan-.html

Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.